Banjir Terus Genangi Pantura
A
A
A
SLAWI - Banjir setinggi hingga satu meter merendam ratusan rumah warga di dua kecamatan di Kabupaten Tegal kemarin. Sebelumnya, tanggul Sungai Babakan di Brebes membuat beberapa enam rumah rusak berat dan satu rumah rata dengan tanah.
Banjir di Tegal ini dipicu pendangkalan Sungai Cacaban. Ban jir terparah merendam Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Di desa yang terletak di tepi jalan pantura tersebut sekitar 500 rumah pada 10 rukun tangga (RT) terendam air dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter hingga 1 meter. Dua desa lainnya yang tergenang, yakni Desa Kemuning dan Plumbung an, Kecamatan Kramat.
Air kiriman dari Sungai Cacaban yang meluap mulai menggenangi jalan dan rumah warga sejak Rabu (28/2) pukul 24.00 WIB. Hingga pukul 12.00 WIB kemarin banjir masih menggenang dan mengganggu aktivitas warga. Salah satu warga Murniyati, 66, mengatakan banjir mulai masuk rumah sejak pukul 00.30 WIB dan terus meninggi hingga pagi. Warga tetap bertahan di dalam rumah untuk menjaga barang-barang berharga.
“Ketinggian air sampai sepinggang,” ucapnya kemarin. Warga lainnya, Bakhrun, me ngatakan, selain karena hujan yang mengguyur sejak Rabu ma lam, banjir juga disebabkan pendangkalan Sungai Cacaban. Upaya normalisasi sungai tersebut yang sudah dilakukan sejak ta hun lalu hingga musim hujan datang belum selesai. Ini merupakan kejadian ketujuh sejak Januari tahun ini. Sepanjang Ja nua ri sudah lima kali banjir terjadi dan menggenangi rumah warga.
“Februari sudah dua kali ini. Selama Sungai Cacaban yang dangkal tidak dinormalisasi akan terus banjir,” kata Bakhrun, yang juga anggota DPRD Kabupaten Tegal. Normalisasi Sungai Cacaban baru dilakukan sepanjang 1 kilometer pada akhir tahun lalu. Padahal panjang sungai yang dangkal dan harus dinormalisasi mencapai 8 kilometer (km).
“Sudah puluhan tahun tidak pernah dinormalisasi. Norma lisasi yang sudah dilakukan se panjang satu kilometer kemarin terbukti berpengaruh, jumlah RT yang terendam lebih se dikit. Tahun lalu lebih parah,” tandasnya. Camat Suradadi Tri Guntoro mengakui banjir di wilayah Sidaharja selalu terjadi saat musim hujan. Dia menyebut langkah normalisasi sungai akan dilakukan kembali.
Kemarin pagi sejumlah personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal dikerahkan ke lokasi dengan membawa serta dua perahu karet untuk membantu warga yang hendak beraktivitas keluar desa. BPBD juga mendirikan dapur umum. Sekretaris BPBD Kabupaten Tegal Zaenal Dasmin mengungkapkan, jumlah total rumah yang terendam pada tiga desa itu sekitar 638 rumah.
“Tidak ada warga yang sampai mengungsi. Tapi kita tetap siagakan personel untuk antisipasi evakuasi,” ujarnya. Kepala BPBD Kabupaten Tegal Tedjo Kisworo mengatakan normalisasi Sungai Caca ban merupakan kewenangan dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi (PSDA) Pro vinsi Jawa Tengah.
“Pemkabsu dahberkoordinasi dengan PSDA dan segera melakukan pengerukan sungai yang dangkal sepanjang 5 kilometer. Sebelumnya Desember sudah dikeruk sepanjang 1 kilometer,” ucapnya kemarin.
Setelah nantinya dinormalisasi, Tedjo berharap warga bisa ikut menjaga agar sungai tidak kembali mengalami pendangkalan. Hal ini karena normalisasi yang sudah dilakukan rawan kembali rusak karena adanya pembukaan lahan baru di sekitar daerah aliran sungai.
Farid firdaus
Banjir di Tegal ini dipicu pendangkalan Sungai Cacaban. Ban jir terparah merendam Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Di desa yang terletak di tepi jalan pantura tersebut sekitar 500 rumah pada 10 rukun tangga (RT) terendam air dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter hingga 1 meter. Dua desa lainnya yang tergenang, yakni Desa Kemuning dan Plumbung an, Kecamatan Kramat.
Air kiriman dari Sungai Cacaban yang meluap mulai menggenangi jalan dan rumah warga sejak Rabu (28/2) pukul 24.00 WIB. Hingga pukul 12.00 WIB kemarin banjir masih menggenang dan mengganggu aktivitas warga. Salah satu warga Murniyati, 66, mengatakan banjir mulai masuk rumah sejak pukul 00.30 WIB dan terus meninggi hingga pagi. Warga tetap bertahan di dalam rumah untuk menjaga barang-barang berharga.
“Ketinggian air sampai sepinggang,” ucapnya kemarin. Warga lainnya, Bakhrun, me ngatakan, selain karena hujan yang mengguyur sejak Rabu ma lam, banjir juga disebabkan pendangkalan Sungai Cacaban. Upaya normalisasi sungai tersebut yang sudah dilakukan sejak ta hun lalu hingga musim hujan datang belum selesai. Ini merupakan kejadian ketujuh sejak Januari tahun ini. Sepanjang Ja nua ri sudah lima kali banjir terjadi dan menggenangi rumah warga.
“Februari sudah dua kali ini. Selama Sungai Cacaban yang dangkal tidak dinormalisasi akan terus banjir,” kata Bakhrun, yang juga anggota DPRD Kabupaten Tegal. Normalisasi Sungai Cacaban baru dilakukan sepanjang 1 kilometer pada akhir tahun lalu. Padahal panjang sungai yang dangkal dan harus dinormalisasi mencapai 8 kilometer (km).
“Sudah puluhan tahun tidak pernah dinormalisasi. Norma lisasi yang sudah dilakukan se panjang satu kilometer kemarin terbukti berpengaruh, jumlah RT yang terendam lebih se dikit. Tahun lalu lebih parah,” tandasnya. Camat Suradadi Tri Guntoro mengakui banjir di wilayah Sidaharja selalu terjadi saat musim hujan. Dia menyebut langkah normalisasi sungai akan dilakukan kembali.
Kemarin pagi sejumlah personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal dikerahkan ke lokasi dengan membawa serta dua perahu karet untuk membantu warga yang hendak beraktivitas keluar desa. BPBD juga mendirikan dapur umum. Sekretaris BPBD Kabupaten Tegal Zaenal Dasmin mengungkapkan, jumlah total rumah yang terendam pada tiga desa itu sekitar 638 rumah.
“Tidak ada warga yang sampai mengungsi. Tapi kita tetap siagakan personel untuk antisipasi evakuasi,” ujarnya. Kepala BPBD Kabupaten Tegal Tedjo Kisworo mengatakan normalisasi Sungai Caca ban merupakan kewenangan dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi (PSDA) Pro vinsi Jawa Tengah.
“Pemkabsu dahberkoordinasi dengan PSDA dan segera melakukan pengerukan sungai yang dangkal sepanjang 5 kilometer. Sebelumnya Desember sudah dikeruk sepanjang 1 kilometer,” ucapnya kemarin.
Setelah nantinya dinormalisasi, Tedjo berharap warga bisa ikut menjaga agar sungai tidak kembali mengalami pendangkalan. Hal ini karena normalisasi yang sudah dilakukan rawan kembali rusak karena adanya pembukaan lahan baru di sekitar daerah aliran sungai.
Farid firdaus
(ars)