Jangan Hanya Dua Sungai

Minggu, 15 Februari 2015 - 10:36 WIB
Jangan Hanya Dua Sungai
Jangan Hanya Dua Sungai
A A A
BANDUNG - Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung Tedi Surahman mendukung rencana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Bandung untuk memasang jaring baja penghalau sampah di Sungai Cikapundung dan Citepus.

Dia sepakat sampah kiriman memang menjadi salah satu penyebab banjir di Kabupaten Bandung terutama di Kecamatan Dayeukolot, Baleendah, dan Ke camatan Bojongsoang. “Terlebih sampah tersebut mayoritas berasal dari warga luar daerah, namun menumpuk di bantaran sungai Citarum,” ujar Tedi.

Dia mencontohkan, di kawasan Dayeuhkolot tepatnya di Jembatan Cipurut, saat hujan sampah yang mengalir dari Sungai Cikapundung tertahan di bawahnya. Akibat air yang debit nya besar tak terbendung dan akhirnya meluap ke pemukiman warga termasuk rumahnya yang tak jauh dari lokasi itu.

“Kami rasa pemasangan jaring baja ini dapat secepatnya di realisasikan agar banjir bisa diminimalisasi,” tuturnya. Dengan ada jaring baja itu, sampah bisa tertahan di perbatasan dan pemerintah daerah “pengirim” sampah yang bertanggung jawab mem bersihkannya.

Dia meminta jaring baja peng halau sampah itu tidak saja dipasang di kedua sungai itu, tapi di sungai perbatasan dengan daerah yang lain. ”Kalau di semua perbatasan dipasang minimal sungai Citarum bersih dari sampah. Intinya, jangan sam pai sampah dari wilayah lain, kita yang repot,” jelasnya.

Namun dia meminta jaring baja penghalau sampah itu tidak saja dipasang di kedua sungai itu, tapi di sungai perbatasan dengan daerah yang lain. ”Pemasangan jaring tersebut sangat bagus karena sampah jadi bisa tersaring,” ucapnya.

Seperti diberitakan sebelum nya, BPBD Kabupaten Bandung akan memasang jaring baja di Sungai Cikapundung dan Sungai Citepus untuk menyaring sampah yang terbawa arus. Selama ini sampah dari Cikapundung yang membelah Kota Bandung dan Citepus yang mengalir dari Kabupaten Sumedang disinyalir turut menyumbangkan banjir di Kabupaten Bandung.

”Adanya alat ini diharapkan dapat menjaring sampah yang sering mengalir dan masuk hing ga menumpuk di anak Sungai Citarum (Cikapundung dan Citepus),” ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan kemarin. Marlan tidak mau menuduh sampah-sampah yang kerap kali merepotkan wilayahnya berasal dari Kota Bandung atau Kabupaten Sumedang.

”Dalam satu hari sampah yang berada di Sungai Cikapundung dan Citepus mencapai 6-7 ton,” tuturnya. Untuk me rea lisasikan rencana tersebut, Marlan mengaku sudah ber koor dinasi dengan Dinas Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan membahas teknis pemasangan jaring baja itu.

Dengan jaring baja peng halau sampah, kata Marlan, masing-masing pemerintah daerah bisa bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan masyarakat secara sendiri-sendiri. Kota Bandung Tinggikan Tanggul Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung akan meninggikan tanggul sungai yang ada di Kota Bandung.

Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi pasca banjir yang terjadi akibat jebolnya tanggul dan meluapnya sungai. Seperti diberitakan, hujan deras yang mengguyur Kota Bandung sejak Jumat (6/2) lalu mengakibatkan banjir di enam titik di kawasan timur kota Bandung yakni di sekitar Jalan Manjahlega, Cingised, Cisaran - ten, Pasir Impun, Cinambo, dan Arcamanik.

Sejumlah tanggul jebol dan aliran air sungai meluap hingga merendam pemukiman penduduk. Kepala Bidang Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung Sihar Pandapotan mengatakan, untuk mengantisipasi banjir kembali terulang tanggul segera diperbaiki secara permanen.

Dia mengaku akan bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). “Dalam waktu dekat yang Cigiringsing, Manjahlega, Pasir Impun, Cipamokolan, Cironggeng itu tanggulnya akan di perbaiki secara permanen. Dan untuk sementara dari lokasi lokasi itu Sungai Cironggeng dan Cidurian akan dilakukan peninggian oleh BBWS,” ujar Sihar saat ditemui di kantornya Jalan Cianjur kemarin.

Sihar mengaku selama ini telah melakukan beragam upaya untuk mengantisipasi banjir acapkali hujan terjadi. Se tiap saat pihaknya rutin me la ku kan pengawasan dengan menyiagakan petugas untuk menyisir sungai, melakukan pengecekan tanggultanggul di sepanjang aliran sungai.

Dia mencontohkan, sebelum tanggul di Sungai Cironggeng jebol, secara kasat tanggul masih bagus dan kokoh. Namun saat debit air sungai mulai tinggi, hal itu menjadi di luar kendali. “Kalo yang jebol itu (Sungai Cironggeng) sebelum kejadian tetap kami kontrol.

Secara kasat mata kan bagus. Namun ketika air sekian tinggi kita tidak tahu, di luar perkiraan kita,” ungkapnya.Menurut dia, pengecekan tanggul sungai yang dilakukan secara rutin selalu ditindaklanjuti. Hasil survei yang dilakukan masuk ke bagian perencanaan untuk kemudian dilakukan penanganan.

“Saya punya petugas penyangga bendung 33 orang. Kalo lihat ada tanggul atau kirmir yang retak akan masuk ke bagian perencanaan. Dari situ akan dibuat RAB (Rencana Anggaran Biaya)-nya untuk segera diperbaiki,” katanya.

Sihar mengaku telah melakukan penanganan di sejumlah lokasi banjir seperti menyedot dengan pompa (rumah pompa) dan menormalisasi saluran secara kontinyu. “Jadi untuk menanggulangi ini beberapa titik kami standby terus untuk menjaga agar sampai tidak masuk ke pemukiman. Karena 70 persen daerah rawan banjir di Bandung berada di wilayah timur,” tandasnya.

Dila nashear/ dian rosadi
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7106 seconds (0.1#10.140)