2 Desa di Jepara Terendam Banjir 1 Meter
![2 Desa di Jepara Terendam...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2015/02/11/22/962841/2-desa-di-jepara-terendam-banjir-1-meter-O1n-thumb.jpg)
2 Desa di Jepara Terendam Banjir 1 Meter
A
A
A
JEPARA - Ratusan rumah di dua desa, di Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, terendam air banjir. Banjir diduga akibat rusaknya daerah tangkapan air di kawasan hulu, dan terjadinya pendangkalan sungai, serta rusaknya tanggul di wilayah hilir.
Dua desa tersebut, yakni Desa Tegalsambi, dan Platar, Kecamatan Tahunan. Di Tegalsambi, banjir merendam RT 09 dan RT 10/1. Penduduk di dua RT itu sekitar 225 Kepala Keluarga (KK).
Berdasarkan informasi yang terhimpun, banjir mulai masuk di desa itu dini hari, hingga pukul 07.00 WIB, dengan ketinggian hingga satu meter. Namun saat berita ini ditulis, ketinggian sudah mulai menyusut berkisar antara 20 cm-50 cm.
Sedangkan di Desa Platar, banjir merendam belasan rumah warga. Rumah yang terendam berada di dekat areal pertanian desa setempat. Ketinggian air saat berita ini ditulis berkisar antara 10 cm-20 cm.
"Desa Mantingan dini hari juga sempat terendam. Tapi air cuma lewat dan saat ini sudah surut. Jadi sekarang hanya Tegalsambi dan Platar saja," kata Camat Tahunan Ratib Zaini, kepada wartawan, Rabu (11/2/2015).
Menurut Ratib, desa yang saat ini terendam banjir, merupakan daerah langganan banjir. Sejak Januari-Februari 2015, banjir yang merendam dua RT itu sudah terjadi sebanyak tiga kali.
"Dua kali, termasuk kali ini lumayan parah. Sedang yang sekali tidak parah," jelasnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Jepara Lulus S mengatakan, banjir yang merendam kawasan Tegalsambi dan sekitarnya tidak melulu karena tingginya curah hujan yang mengguyur Kecamatan Tahunan.
Namun, juga karena faktor banjir kiriman dari kawasan atas, seperti Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara. Karena daerah tangkapan air di kawasan hulu itu banyak yang rusak, akhirnya air hujan tak bisa ditampung oleh tanah.
Sehingga, air hujan pun banyak yang masuk ke sungai. Aliran sungai dari kawasan atas itu pun sampai ke wilayah bawah. Karena pendangkalan sungai, air pun meluap ke pemukiman warga.
"Kondisi ini diperparah dengan rusaknya sejumlah tanggul sungai di kawasan hilir. Penanganan masalah ini harus komprehensif. Kalau soal dana, perkiraan butuh sekitar Rp5-6 miliar," pungkasnya.
Dua desa tersebut, yakni Desa Tegalsambi, dan Platar, Kecamatan Tahunan. Di Tegalsambi, banjir merendam RT 09 dan RT 10/1. Penduduk di dua RT itu sekitar 225 Kepala Keluarga (KK).
Berdasarkan informasi yang terhimpun, banjir mulai masuk di desa itu dini hari, hingga pukul 07.00 WIB, dengan ketinggian hingga satu meter. Namun saat berita ini ditulis, ketinggian sudah mulai menyusut berkisar antara 20 cm-50 cm.
Sedangkan di Desa Platar, banjir merendam belasan rumah warga. Rumah yang terendam berada di dekat areal pertanian desa setempat. Ketinggian air saat berita ini ditulis berkisar antara 10 cm-20 cm.
"Desa Mantingan dini hari juga sempat terendam. Tapi air cuma lewat dan saat ini sudah surut. Jadi sekarang hanya Tegalsambi dan Platar saja," kata Camat Tahunan Ratib Zaini, kepada wartawan, Rabu (11/2/2015).
Menurut Ratib, desa yang saat ini terendam banjir, merupakan daerah langganan banjir. Sejak Januari-Februari 2015, banjir yang merendam dua RT itu sudah terjadi sebanyak tiga kali.
"Dua kali, termasuk kali ini lumayan parah. Sedang yang sekali tidak parah," jelasnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Jepara Lulus S mengatakan, banjir yang merendam kawasan Tegalsambi dan sekitarnya tidak melulu karena tingginya curah hujan yang mengguyur Kecamatan Tahunan.
Namun, juga karena faktor banjir kiriman dari kawasan atas, seperti Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara. Karena daerah tangkapan air di kawasan hulu itu banyak yang rusak, akhirnya air hujan tak bisa ditampung oleh tanah.
Sehingga, air hujan pun banyak yang masuk ke sungai. Aliran sungai dari kawasan atas itu pun sampai ke wilayah bawah. Karena pendangkalan sungai, air pun meluap ke pemukiman warga.
"Kondisi ini diperparah dengan rusaknya sejumlah tanggul sungai di kawasan hilir. Penanganan masalah ini harus komprehensif. Kalau soal dana, perkiraan butuh sekitar Rp5-6 miliar," pungkasnya.
(san)