Kantung Air Baleendah Terbengkalai dan Rusak
A
A
A
BANDUNG - Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Kementerian Pekerjaan Umum berencana mengaktifkan kembali kantung air di Kampung Mulyasari RW 19, Kelurahan/Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.
Kantung air seluas sekitar setengah hektare tersebut kini kon disinya terbengkalai dan dipenuhi sampah. Tak heran jika kantung air jadi penyebab banjir di Kelurahan Baleendah dan Andir akibat luapan Sungai Cisangkuy yang merupakan anak dari Sungai Citarum. Padahal dulunya kantung air ter sebut berfungsi untuk meminimalisasi banjir akibat dampak luapan Sungai Citarum.
Kepala Unit Pengelolaan Sumber Daya Air BBWS Citarum, Hari Utama menyatakan, rencana tersebut hingga kini masih terkendala dengan sengketa lahan antara Pemkab Bandung dengan pihak kedua yang me ngatasnamakan pribadi. “Untuk mengaktifkannya kembali kami harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemkab Bandung, jika sudah mendapat persetujuan baru kami bisa kerjakan untuk mengaktiflan lagi kantung air ini,” terang Hari kepada KORAN SINDO saat meninjau lokasi kantung air kemarin.
Jika lahan tersebut benar milik Pemkab Bandung, imbuh Hari, maka rencana tersebut akan lebih mudah. Tapi jika lahan tersebut milik pihak lain, pihaknya pun harus menyediakan anggaran pembebasan lahan yang cukup besar. “Makanya kami pun dari BBWS memerlukan bantuan dari Pemkab Bandung jika memang kantung air ini akan diaktifkan seperti yang diharapkan masyarakat di sekitar sini. Kalau surat resmi dari Pemkab Bandung sudah kami terima, baru kami bisa melangkah ketahapan selanjutnya,” jelas Hari.
Ketua RW 19 Kampung Mulyasari Kelurahan Baleendah, Wawan Rudiawan menyatakan, warga meminta pemerintah untuk mengfungsikan lahan terbengkalai tersebut untuk dijadikan lagi kantung air yang aktif. “Kami meminta kepada pemerintah untuk lebih serius memperhatikan bekas kantung air ini yang kondisinya rusak,” ucapnya.
Tokoh masyarakat Baleendah, Joko Sutanto menambahkan, akan lebih baik jika pemerintah mengaktifkan kembali kantung air tersebut. Sebab selama ini kantung air itu selalu membuat warga Kelurahan Baleendah dan Andir bersitegang jika terjadi banjir akibat luapan Sungai Citarum. “Menuntaskan banjir akibat luap an Sungai Citarum memang harus secara gradual menluruh. Termasuk pembuatan waduk-waduk, danau buatan, embung-embung sampai ke kantung-kantung air seperti ini,” ungkap Joko.
Karena itu dirinya mendorong Pemkab Badung untuk segera merespons ke inginan warga Baleendah tersebut agar dampak banjir di Baleendah bisa berkurang. “Dulunya sebelum banjir besar melanda Baleendah tahun 1986 itu kantung air ini berfungsi sebagai penapung air hujan agar tidak terjadi banjir saat musim hujan.
Di musim kemarau, air di kantung ini juga berfungsi sebagai air cadangan kalau mengalami kekeringam. Maka saya berharap agar kantung air ini direvitalisasi lagi untuk kembali berfungsi seperti semula untuk meminimalisir banjir,” papar Joko.
Terpisah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, data ter akhir yang diterima bencana angin puting beliung yang terjadi Minggu (25/1) di tiga kecamatan diantaranya Baleendah, Soreang, dan Pameungpeuk telah merusak sekitar 28 unit rumah dengan kondisi rusak parah, dan sekitar 300 unit rumah rusak ringan. “Di Kecamatan Soreang terdapat 52 rumah rusak ringan, sedangkan di Kecamatan Pameungpeuk terdapat 5 rusak berat dan 119 rusak ringan,” katanya.
Dia menuturkan, yang pa ling parah di Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah terdapat 23 rumah rusak berat, 100 rusak ringan, dan satu orang luka ringan.
Dila Nashear/ Iwa Ahmad Sugriwa
Kantung air seluas sekitar setengah hektare tersebut kini kon disinya terbengkalai dan dipenuhi sampah. Tak heran jika kantung air jadi penyebab banjir di Kelurahan Baleendah dan Andir akibat luapan Sungai Cisangkuy yang merupakan anak dari Sungai Citarum. Padahal dulunya kantung air ter sebut berfungsi untuk meminimalisasi banjir akibat dampak luapan Sungai Citarum.
Kepala Unit Pengelolaan Sumber Daya Air BBWS Citarum, Hari Utama menyatakan, rencana tersebut hingga kini masih terkendala dengan sengketa lahan antara Pemkab Bandung dengan pihak kedua yang me ngatasnamakan pribadi. “Untuk mengaktifkannya kembali kami harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemkab Bandung, jika sudah mendapat persetujuan baru kami bisa kerjakan untuk mengaktiflan lagi kantung air ini,” terang Hari kepada KORAN SINDO saat meninjau lokasi kantung air kemarin.
Jika lahan tersebut benar milik Pemkab Bandung, imbuh Hari, maka rencana tersebut akan lebih mudah. Tapi jika lahan tersebut milik pihak lain, pihaknya pun harus menyediakan anggaran pembebasan lahan yang cukup besar. “Makanya kami pun dari BBWS memerlukan bantuan dari Pemkab Bandung jika memang kantung air ini akan diaktifkan seperti yang diharapkan masyarakat di sekitar sini. Kalau surat resmi dari Pemkab Bandung sudah kami terima, baru kami bisa melangkah ketahapan selanjutnya,” jelas Hari.
Ketua RW 19 Kampung Mulyasari Kelurahan Baleendah, Wawan Rudiawan menyatakan, warga meminta pemerintah untuk mengfungsikan lahan terbengkalai tersebut untuk dijadikan lagi kantung air yang aktif. “Kami meminta kepada pemerintah untuk lebih serius memperhatikan bekas kantung air ini yang kondisinya rusak,” ucapnya.
Tokoh masyarakat Baleendah, Joko Sutanto menambahkan, akan lebih baik jika pemerintah mengaktifkan kembali kantung air tersebut. Sebab selama ini kantung air itu selalu membuat warga Kelurahan Baleendah dan Andir bersitegang jika terjadi banjir akibat luapan Sungai Citarum. “Menuntaskan banjir akibat luap an Sungai Citarum memang harus secara gradual menluruh. Termasuk pembuatan waduk-waduk, danau buatan, embung-embung sampai ke kantung-kantung air seperti ini,” ungkap Joko.
Karena itu dirinya mendorong Pemkab Badung untuk segera merespons ke inginan warga Baleendah tersebut agar dampak banjir di Baleendah bisa berkurang. “Dulunya sebelum banjir besar melanda Baleendah tahun 1986 itu kantung air ini berfungsi sebagai penapung air hujan agar tidak terjadi banjir saat musim hujan.
Di musim kemarau, air di kantung ini juga berfungsi sebagai air cadangan kalau mengalami kekeringam. Maka saya berharap agar kantung air ini direvitalisasi lagi untuk kembali berfungsi seperti semula untuk meminimalisir banjir,” papar Joko.
Terpisah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, data ter akhir yang diterima bencana angin puting beliung yang terjadi Minggu (25/1) di tiga kecamatan diantaranya Baleendah, Soreang, dan Pameungpeuk telah merusak sekitar 28 unit rumah dengan kondisi rusak parah, dan sekitar 300 unit rumah rusak ringan. “Di Kecamatan Soreang terdapat 52 rumah rusak ringan, sedangkan di Kecamatan Pameungpeuk terdapat 5 rusak berat dan 119 rusak ringan,” katanya.
Dia menuturkan, yang pa ling parah di Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah terdapat 23 rumah rusak berat, 100 rusak ringan, dan satu orang luka ringan.
Dila Nashear/ Iwa Ahmad Sugriwa
(ftr)