Pedagang Bulu Diklaim Sudah 100%
A
A
A
SEMARANG - Pedagang di tempat relokasi belum seluruhnya menempati kios di bangunan baru Pasar Bulu. Masih banyak kios dan lapak yang dibiarkan kosong. Pedagang yang sudah pindah dan berjualan di dalam pasar juga masih bisa dihitung dengan jari.
Meski demikian, Dinas Pasar mengklaim sudah 100% pedagang yang pindah ke bangunan pasar. Sebagian besar mereka belum membuka kios karena masih berkemas-kemas dan membangun tempat untuk menaruh dagangan di kios. Sejak resmi pindahan pada Kamis (15/1) lalu, belum terlihat aktivitas jual beli di pasar tersebut.
Warga yang datang ke pasar untuk berbelanja juga masih sedikit. Beberapa fasilitas pasar seperti eskalator menuju ke lantai dua dan tiga bagi pembeli yang berbelanja juga belum berfungsi. Sementara di bagian basement pasar yang diperuntukkan para pedagang pancakan, masih terdapat genangan air hujan.
Sejauh ini belum ada upaya penanganan untuk menghilangkan genangan air yang selalu muncul ketika terjadi hujan tersebut. Meski masih banyak kios di dalam pasar yang kosong, namun di tempat relokasi sudah tidak aktivitas berjualan. Bangunan milik pedagang di Jalan HOS Cokroaminoto dan Jalan Jayengan itu semuanya sudah dikosongkan.
Bahkan sebagian sudah dibongkar sendiri oleh para pedagangnya. Pedagang yang masih nekat berjualan di tempat relokasi, hanya pedagang yang tidak memiliki bangunan di tempat relokasi tersebut. Mereka berjualan di atas trotoar jalan seperti pedagang kelapa, bensin, es, dan lain-lain.
Kabid Pengaturan dan Ketertiban Pasar Dinas Pasar Kota Semarang Bachtiar Effendi mengakui memang masih ada tempat milik para pedagang di dalam pasar yang masih kosong. Namun lebih banyak yang sudah mengisinya dengan barang dagangan dan bahkan sudah mulai berjualan.
Dia menyatakan, sudah hampir 100% jumlah pedagang yang sudah masuk ke dalam pasar. Dia memberikan apresiasi para pedagang yang sudah tidak berjualan lagi di tempat relokasi. Pihaknya memang sudah mengambil tindakan tegas dengan mematikan aliran listrik supaya pedagang mau pindah.
Dia berharap tidak ada lagi pedagang yang nekat berjualan di tempat relokasi. “Pedagang pancakan pun sudah kami minta untuk segera pindah di basement . Kami tidak segan-segan mengambil tindakan tegas kepada pedagang yang melanggar ketentuan,” katanya.
Dia memperkirakan, pedagang yang belum menempati lapak, kios, atau losnya tersebut karena masih melakukan persiapan. Karena itu dia mengimbau agar para pedagang tersebut segera bisa menempatinya. “Yang penting jangan lagi berjualan di tempat relokasi,” katanya.
Salah seorang pedagang, Siti, 57, mengatakan, dirinya belum menempati tempat dagangnya di dalam pasar karena belum ada uang untuk proses pindahan. Dia berharap diberi waktu agar bisa mencari modal lagi untuk pindahan dan menambah kulakan barang dagangan. “Saya harus mencari pinjaman dulu untuk menambahmodal. Karenamodal sudah habis akibat di tempat relokasidulusangat sepipembelinya,” katanya.
Seorang pedagang lainnya, Sri Suhartini, mengaku pasrah jika nantinya ditempatkan di basement . Harapannya, penempatan bisa dilakukan secara adil dan pembelinya tetap banyak.
M Abduh
Meski demikian, Dinas Pasar mengklaim sudah 100% pedagang yang pindah ke bangunan pasar. Sebagian besar mereka belum membuka kios karena masih berkemas-kemas dan membangun tempat untuk menaruh dagangan di kios. Sejak resmi pindahan pada Kamis (15/1) lalu, belum terlihat aktivitas jual beli di pasar tersebut.
Warga yang datang ke pasar untuk berbelanja juga masih sedikit. Beberapa fasilitas pasar seperti eskalator menuju ke lantai dua dan tiga bagi pembeli yang berbelanja juga belum berfungsi. Sementara di bagian basement pasar yang diperuntukkan para pedagang pancakan, masih terdapat genangan air hujan.
Sejauh ini belum ada upaya penanganan untuk menghilangkan genangan air yang selalu muncul ketika terjadi hujan tersebut. Meski masih banyak kios di dalam pasar yang kosong, namun di tempat relokasi sudah tidak aktivitas berjualan. Bangunan milik pedagang di Jalan HOS Cokroaminoto dan Jalan Jayengan itu semuanya sudah dikosongkan.
Bahkan sebagian sudah dibongkar sendiri oleh para pedagangnya. Pedagang yang masih nekat berjualan di tempat relokasi, hanya pedagang yang tidak memiliki bangunan di tempat relokasi tersebut. Mereka berjualan di atas trotoar jalan seperti pedagang kelapa, bensin, es, dan lain-lain.
Kabid Pengaturan dan Ketertiban Pasar Dinas Pasar Kota Semarang Bachtiar Effendi mengakui memang masih ada tempat milik para pedagang di dalam pasar yang masih kosong. Namun lebih banyak yang sudah mengisinya dengan barang dagangan dan bahkan sudah mulai berjualan.
Dia menyatakan, sudah hampir 100% jumlah pedagang yang sudah masuk ke dalam pasar. Dia memberikan apresiasi para pedagang yang sudah tidak berjualan lagi di tempat relokasi. Pihaknya memang sudah mengambil tindakan tegas dengan mematikan aliran listrik supaya pedagang mau pindah.
Dia berharap tidak ada lagi pedagang yang nekat berjualan di tempat relokasi. “Pedagang pancakan pun sudah kami minta untuk segera pindah di basement . Kami tidak segan-segan mengambil tindakan tegas kepada pedagang yang melanggar ketentuan,” katanya.
Dia memperkirakan, pedagang yang belum menempati lapak, kios, atau losnya tersebut karena masih melakukan persiapan. Karena itu dia mengimbau agar para pedagang tersebut segera bisa menempatinya. “Yang penting jangan lagi berjualan di tempat relokasi,” katanya.
Salah seorang pedagang, Siti, 57, mengatakan, dirinya belum menempati tempat dagangnya di dalam pasar karena belum ada uang untuk proses pindahan. Dia berharap diberi waktu agar bisa mencari modal lagi untuk pindahan dan menambah kulakan barang dagangan. “Saya harus mencari pinjaman dulu untuk menambahmodal. Karenamodal sudah habis akibat di tempat relokasidulusangat sepipembelinya,” katanya.
Seorang pedagang lainnya, Sri Suhartini, mengaku pasrah jika nantinya ditempatkan di basement . Harapannya, penempatan bisa dilakukan secara adil dan pembelinya tetap banyak.
M Abduh
(ftr)