Berburu Pesona Batu Tawon di Muratara
A
A
A
BAGI pecinta batu akik di Indonesia, pesona batu Tawon dan Teratai memang memikat. Tak heran banyak yang memburu batu ini sampai ke berbagai daerah tak terkecuali ke Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) Provinsi Sumatera Selatan.
Seperti diketahui kandungan bahan baku batu Tawon, Teratai dan batu akik lainnya sangat melimpah di daerah ini.
Keberadaannya menyebar mulai dari pintu gerbang masuk Kabupaten Muratara yakni Kecamatan Karang Jaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mura. Hingga ke perbatasan Kabupaten Muratara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sorolangun Provinsi Jambi yakni di Kecamatan Rawas Ulu. Banyaknya kandungan tersebut membuat masyarakat setempat percaya bahwa batu tawon, teratai dan batu akik lainnya adalah khas di Kabupaten Muratara.
Kini seiring boomingnya batu akik, batu ini pun jadi buruan gemstone alias pecinta batu akik. Untuk lebih mempopulerkan batu khas Muratara itu, pemerintah kabupaten pun tak tinggal diam. Beberapa waktu terakhir Pemkab sengaja menjadikannya cinderamata bagi para tamu yang menghadiri HUT Kabupaten Muratara akhir 2014 lalu. Pembuatan cinderamata batu tersebut dilakukan langsung ke perajin di wilayah Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Muratara dan sekitarnya.
Sejak saat itu batu Tawon, Teratai dan batu akik jenis lainnya dari Muratara makin melambung cepat mulai dari masyarakat sekitar dan menjadi perburuan sejumlah Gemstone seluruh Indonesia. Sesuai namanya, batu Tawon merupakan jenis batu alam berbentuk sarang hewan tawon penghisap sari bunga atau madu. Bentuknya bulat-bulat dan nampak jelas dari struktur batu dari luar mirip sarang tawon.
Batu ini diduga berusia ratusan juta tahun. Sama seperti batu lain, batu Tawon memiliki berbagai motif, warna dan tingkat pengkristalan. Sedangkan batu Teratai terlihat dari tampilan bunga yang lebih dominan terlihat jelas berbentuk bunga yang besarbesar. Adapun jenis batu Tawon yang biasa ditemui yakni, motif bunga Teratai, bunga classmild hitam putih, telur katak atau dikenal berudu, matahari dan lainnya.
Sama halnya dengan batu Teratai ada beraneka ragam bentuknya dengan bunga besar, kecil dan sedang seperti Teratai bunga salju, bunga jarum, bunga lipan, dan bunga bulu ayam. Sedangkan untuk warna dan tingkat kristal yakni, mulai dari warna kuning, biru, ungu, hijau, merah, putih, hitam dan campur sari. Sedangkan sekarang batu Tawon dan Teratai yang dominan diburu berwarna merah, hijau dan ungu.
Selain dua batu yang menjadi ciri khas tersebut terdapat sejumlah batu akik yang telah mengkristal (Chalcedony) dengan berbagai warna juga ada mulai dari batu akik darah Muratara, sunkist, cempaka, pancawarna muratara, ungu karang jaya (KRJ), lumut KRJ, menyerupai solar aceh, kuning KRJ, king red Muratara dan batu lainnya. Tak dipungkiri kemunculan batu akik tersebut menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat.
Bahkan memberikan dampak positif di saat warga tengah mengalami masa krisis akibat anjloknya harga komoditi perkebunan karet dan kelapa sawit. Batu khas Kabupaten Muratara mulai booming dan memunculkan sejumlah pedagang batu akik di sepanjang Jalinsum Muratara. Setahap demi setahap masyarakat menjadi pengumpul, penjual dan pembuat batu akik Teratai dan batu akik lainnya.
Tidak hanya itu bermunculan juga pengumpul batu akik skala besar. Pemandangan itu nampak ketika masuk di pintu gerbang Kabupaten Muratara mulai dari Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Desa Pasenan Kecamatan Karang Jaya. Di sepanjang jalinsum Muratara yang dulunya sepi dengan aktivitas perdagangan. Kini bermunculan penjual batu akik di sisi kiri dan kanan jalan.
Tak jarang hal ini membuat sebagian masyarakat mendadak kaya sebagai pengumpul skala besar batu tawon dan teratai dengan keuntungan mencapai ratusan juta rupiah. Melihat eksploitasi secara besar-besaran dan adanya klaim asal muasal batu akik khas Muratara, membuat para pemuda Kabupaten Muratara khususnya pencinta batu akik Teratai dan jenis batu lainnya tergabung dalam Karang Jaya (KRJ) Gemstone berupaya menyadarkan masyarakat.
Mereka berharap masyarakat bijak memanfaatkan kekayaan alam tersebut yang menjadi khasanah budaya dan ciri khas daerah Muratara. Sehingga batu akik tersebut wajib dilindungi dan dilestarikan. Minimal masyarakat bisa membuat kerajinan batu akik sendiri, bukan menjual batu dalam bentuk bongkahan berton-ton.
Hengky chandra agoes
Seperti diketahui kandungan bahan baku batu Tawon, Teratai dan batu akik lainnya sangat melimpah di daerah ini.
Keberadaannya menyebar mulai dari pintu gerbang masuk Kabupaten Muratara yakni Kecamatan Karang Jaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mura. Hingga ke perbatasan Kabupaten Muratara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sorolangun Provinsi Jambi yakni di Kecamatan Rawas Ulu. Banyaknya kandungan tersebut membuat masyarakat setempat percaya bahwa batu tawon, teratai dan batu akik lainnya adalah khas di Kabupaten Muratara.
Kini seiring boomingnya batu akik, batu ini pun jadi buruan gemstone alias pecinta batu akik. Untuk lebih mempopulerkan batu khas Muratara itu, pemerintah kabupaten pun tak tinggal diam. Beberapa waktu terakhir Pemkab sengaja menjadikannya cinderamata bagi para tamu yang menghadiri HUT Kabupaten Muratara akhir 2014 lalu. Pembuatan cinderamata batu tersebut dilakukan langsung ke perajin di wilayah Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Muratara dan sekitarnya.
Sejak saat itu batu Tawon, Teratai dan batu akik jenis lainnya dari Muratara makin melambung cepat mulai dari masyarakat sekitar dan menjadi perburuan sejumlah Gemstone seluruh Indonesia. Sesuai namanya, batu Tawon merupakan jenis batu alam berbentuk sarang hewan tawon penghisap sari bunga atau madu. Bentuknya bulat-bulat dan nampak jelas dari struktur batu dari luar mirip sarang tawon.
Batu ini diduga berusia ratusan juta tahun. Sama seperti batu lain, batu Tawon memiliki berbagai motif, warna dan tingkat pengkristalan. Sedangkan batu Teratai terlihat dari tampilan bunga yang lebih dominan terlihat jelas berbentuk bunga yang besarbesar. Adapun jenis batu Tawon yang biasa ditemui yakni, motif bunga Teratai, bunga classmild hitam putih, telur katak atau dikenal berudu, matahari dan lainnya.
Sama halnya dengan batu Teratai ada beraneka ragam bentuknya dengan bunga besar, kecil dan sedang seperti Teratai bunga salju, bunga jarum, bunga lipan, dan bunga bulu ayam. Sedangkan untuk warna dan tingkat kristal yakni, mulai dari warna kuning, biru, ungu, hijau, merah, putih, hitam dan campur sari. Sedangkan sekarang batu Tawon dan Teratai yang dominan diburu berwarna merah, hijau dan ungu.
Selain dua batu yang menjadi ciri khas tersebut terdapat sejumlah batu akik yang telah mengkristal (Chalcedony) dengan berbagai warna juga ada mulai dari batu akik darah Muratara, sunkist, cempaka, pancawarna muratara, ungu karang jaya (KRJ), lumut KRJ, menyerupai solar aceh, kuning KRJ, king red Muratara dan batu lainnya. Tak dipungkiri kemunculan batu akik tersebut menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat.
Bahkan memberikan dampak positif di saat warga tengah mengalami masa krisis akibat anjloknya harga komoditi perkebunan karet dan kelapa sawit. Batu khas Kabupaten Muratara mulai booming dan memunculkan sejumlah pedagang batu akik di sepanjang Jalinsum Muratara. Setahap demi setahap masyarakat menjadi pengumpul, penjual dan pembuat batu akik Teratai dan batu akik lainnya.
Tidak hanya itu bermunculan juga pengumpul batu akik skala besar. Pemandangan itu nampak ketika masuk di pintu gerbang Kabupaten Muratara mulai dari Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Desa Pasenan Kecamatan Karang Jaya. Di sepanjang jalinsum Muratara yang dulunya sepi dengan aktivitas perdagangan. Kini bermunculan penjual batu akik di sisi kiri dan kanan jalan.
Tak jarang hal ini membuat sebagian masyarakat mendadak kaya sebagai pengumpul skala besar batu tawon dan teratai dengan keuntungan mencapai ratusan juta rupiah. Melihat eksploitasi secara besar-besaran dan adanya klaim asal muasal batu akik khas Muratara, membuat para pemuda Kabupaten Muratara khususnya pencinta batu akik Teratai dan jenis batu lainnya tergabung dalam Karang Jaya (KRJ) Gemstone berupaya menyadarkan masyarakat.
Mereka berharap masyarakat bijak memanfaatkan kekayaan alam tersebut yang menjadi khasanah budaya dan ciri khas daerah Muratara. Sehingga batu akik tersebut wajib dilindungi dan dilestarikan. Minimal masyarakat bisa membuat kerajinan batu akik sendiri, bukan menjual batu dalam bentuk bongkahan berton-ton.
Hengky chandra agoes
(ars)