Oprokan Masih Bertahan di Jalan Kampung
A
A
A
SUKOHARJO - Boyongan pedagang Pasar Ir Soekarno masih menyisakan pedagang oprokan yang selama ini berjualan di kampung-kampung selatan pasar.
Sementara pedagang yang berada di pasar daruratsudahseluruhnya pindah. “Hingga saat ini masih banyak pedagang oprokan yang berjualan di pinggir jalan kampung, khususnya di Jalan Lettu Ismail,” ujar warga RT 02/1, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo Kota Herdianto.
Kondisi ini dikeluhkan warga kampung sehingga mereka mendesak agar para pedagang oprokan itu segera pindah. Permintaan warga selatan pasar atau dikenal Kidul Pasar (Kipas) itu sudah disampaikan oleh Ketua RT setempat. Namun, hingga kini pedagang masih bertahan dengan berjualan di kampung Kipas. Warga ingin agar suasana kampung tersebut kembali seperti semula saat sebelum pasar dibangun.
Namun, permintaan warga belum dipenuhi oleh seluruh pedagang oprokan. Pasalnya, hingga kemarin masih banyak pedagang yang berjualan. “Untuk pedagang sisi timur sudah pindah, kalau pedagang di sisi barat hingga perempatan belum pindah,” ujar Herdianto.
Dari pantauan di lokasi, warga sudah memasang dua spanduk yang dipasang di Jalan Lettu Ismail. Spanduk tersebut bertuliskan ‘Stop Pedagang Oprokan Stop. Jalan Lettu Ismail Wajah Kota Sukoharjo, Jalan Lettu Ismail Bukan Pasar, Pasar Ir Soekarno Mulai Beroperasi Jumat, 9 Januari 2015. Jalan Lettu Ismail Bebas Bersih dari Pedagang Oprokan. Berdaganglah di Pasar Sebenarnya’.
Herdianto menambahkan, pedagang kios di sepanjang jalan tersebut sejak awal memang sudah ada. Sementara pedagang oprokan merupakan pedagang baru yang dulu tidak ada. Sejumlah pedagang oprokan belum bersedia pindah karena belum tahu akan pindah ke mana.
Seperti yang diungkapkan pedagang kelapa, Sunarmi. Dia tetap berjualan di pinggir Jalan Lettu Ismail karena belum ada instruksi untuk pindah ke pasar. Dia bersama pedagang oprokan di lokasi tersebut merupakan pedagang yang tidak memiliki izin di pasar. “Kalau pindah sekarang, pindah ke mana. Kalau ada instruksi untuk pindah ke lokasi tertentu, pasti kami pindah,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan pedagang gorengan, Surani. Para pedagang oprokan di lokasi mendapat informasi jika harus menunggu pedagang kios dan los yang memiliki izin untuk menempati pasar. Dia mengaku sudah dioprak- oprak oleh Ketua RT dan Ketua RW.
Namun karena belum tahu akan pindah ke mana, pedagang tetap bertahan. “Kalau sudah jelas tempatnya, kami pasti akan pindah,” ujarnya. Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya mengatakan, pedagang yang belum memiliki tempat dipersilakan menyewa sisa kios maupun los.
Mereka tidak diperbolehkan berjualan di kampung karena pembangunan pasar telah selesai dan pedagang juga sudah pindah. Khusus untuk pedagang oprokan akan dipikirkan oleh dinas di mana tempatnya. Bupati yakin pedagang oprokan yang berjualan di jalan kampung merupakan pedagang baru.
“Nanti biar Disperindag koordinasi dengan Satpol PP untuk menertibkan pedagang yang masih jualan di pinggir jalan kampung,” katanya.
Sumarno
Sementara pedagang yang berada di pasar daruratsudahseluruhnya pindah. “Hingga saat ini masih banyak pedagang oprokan yang berjualan di pinggir jalan kampung, khususnya di Jalan Lettu Ismail,” ujar warga RT 02/1, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo Kota Herdianto.
Kondisi ini dikeluhkan warga kampung sehingga mereka mendesak agar para pedagang oprokan itu segera pindah. Permintaan warga selatan pasar atau dikenal Kidul Pasar (Kipas) itu sudah disampaikan oleh Ketua RT setempat. Namun, hingga kini pedagang masih bertahan dengan berjualan di kampung Kipas. Warga ingin agar suasana kampung tersebut kembali seperti semula saat sebelum pasar dibangun.
Namun, permintaan warga belum dipenuhi oleh seluruh pedagang oprokan. Pasalnya, hingga kemarin masih banyak pedagang yang berjualan. “Untuk pedagang sisi timur sudah pindah, kalau pedagang di sisi barat hingga perempatan belum pindah,” ujar Herdianto.
Dari pantauan di lokasi, warga sudah memasang dua spanduk yang dipasang di Jalan Lettu Ismail. Spanduk tersebut bertuliskan ‘Stop Pedagang Oprokan Stop. Jalan Lettu Ismail Wajah Kota Sukoharjo, Jalan Lettu Ismail Bukan Pasar, Pasar Ir Soekarno Mulai Beroperasi Jumat, 9 Januari 2015. Jalan Lettu Ismail Bebas Bersih dari Pedagang Oprokan. Berdaganglah di Pasar Sebenarnya’.
Herdianto menambahkan, pedagang kios di sepanjang jalan tersebut sejak awal memang sudah ada. Sementara pedagang oprokan merupakan pedagang baru yang dulu tidak ada. Sejumlah pedagang oprokan belum bersedia pindah karena belum tahu akan pindah ke mana.
Seperti yang diungkapkan pedagang kelapa, Sunarmi. Dia tetap berjualan di pinggir Jalan Lettu Ismail karena belum ada instruksi untuk pindah ke pasar. Dia bersama pedagang oprokan di lokasi tersebut merupakan pedagang yang tidak memiliki izin di pasar. “Kalau pindah sekarang, pindah ke mana. Kalau ada instruksi untuk pindah ke lokasi tertentu, pasti kami pindah,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan pedagang gorengan, Surani. Para pedagang oprokan di lokasi mendapat informasi jika harus menunggu pedagang kios dan los yang memiliki izin untuk menempati pasar. Dia mengaku sudah dioprak- oprak oleh Ketua RT dan Ketua RW.
Namun karena belum tahu akan pindah ke mana, pedagang tetap bertahan. “Kalau sudah jelas tempatnya, kami pasti akan pindah,” ujarnya. Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya mengatakan, pedagang yang belum memiliki tempat dipersilakan menyewa sisa kios maupun los.
Mereka tidak diperbolehkan berjualan di kampung karena pembangunan pasar telah selesai dan pedagang juga sudah pindah. Khusus untuk pedagang oprokan akan dipikirkan oleh dinas di mana tempatnya. Bupati yakin pedagang oprokan yang berjualan di jalan kampung merupakan pedagang baru.
“Nanti biar Disperindag koordinasi dengan Satpol PP untuk menertibkan pedagang yang masih jualan di pinggir jalan kampung,” katanya.
Sumarno
(ftr)