Puluhan Bencana Alam Terjadi Selama Penghujan
A
A
A
MAJALENGKA - Puluhan bencana alam terjadi di Kabupaten Majalengka selama musim penghujan.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, namun telah menimbulkan kerugian materi yang cukup besar. Bencana tersebut meliputi banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung. Akan tetapi, dari jumlah tersebut bencana alam tersebut didominasi tanah longsor, kemudian banjir dan angin puting beliung. “Sejak Desember sampai Januari ini telah terjadi 23 ben cana alam di Kabupaten Ma ja lengka,” kata Kabid Logistik BPBD Kabupaten Majalengka, kemarin.
Untuk bencana tanah longsor, lanjut Ano, terutama terjadi di wilayah selatan Majalengka. Seperti Kecamatan Maja, Banjaran dan Lemahsugih. “Ter akhir terjadi di Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga berupa pergerakan tanah,” kata Ano. Namun dari puluhan bencana tersebut menurut Ano tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan. Tercatat selama Desember jumlah kerugian akibat bencana alam di Kabupaten Majalengka berjumlah Rp592 juta. “Yang ada hanya kerugian materi,” katanya.
Kabupaten Majalengka, lanjut Ano, berada pada pe ringkat ketujuh di Jawab Barat dan ke 16 di Indonesia sebagai daerah yang rentan terjadi bencana alam. Kondisi geografis yang dipenuhi perbukitan dan banyaknya dataran tinggi menjadi faktor utama tingginya potensi rawan bencana alam khususnya longsor dan gempa berskala kecil. Termasuk karakter tanah juga menjadi penyebab banyaknya bencana alam. “Karenanya kami mengimbau kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, untuk selalu meningkatkan kewaspadaan,” kata Ano.
Sementara itu, dari Blok Babakansari Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga dilaporkan jika pergerakan tanah di daerah tersebut masih terus terjadi hingga kini. “Walaupun dalam skala kecil, namun terjadi lagi pergerakan tanah kemarin,” kata Satgas BPBD di posko bencana Desa Cibeureum, Heri.
Pergerakan tanah terjadi di atas bukit yang tepatnya 3 kotak sawah ke atas dari tugu peringatan yang telah dibangun. Karenanya, lanjut Heri, hingga kini pihaknya masih terus memantau agar warga tidak melakukan aktivitas atau menggarap lahan yang berada di zona berbahaya. Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi Kabupaten Majalengka meminta warga waspada, menyusul tengah memasukinya puncak musim hujan.
Pasalnya, dapat me nimbul kan bencana mulai banjir, longsor, puting beling, dan munculnya beragam pe nyakit. Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka Ahmad Faa Izyn menjelaskan, tekanan rendah di wilayah selatan Indonesia, tepatnya di perairan utara Australia, kini sudah tidak ada. Akibatnya, massa udara kembali membentuk awan-awan hujan.
“Mulai hari ini kembali normal. Kalau sebelumnya dalam sepekan terakhir memang hujan tidak turun,” tegas pria yang biasa disapa Faiz tersebut, kemarin. Faiz menyebutkan, hari ini Wilayah Ciayumajakuning diprkirakan hujan dengan in tensitas ringan hingga lebat. Sedangkan puncak musim hujan, di prakirakan mulai pertengahan Januari atau akhir Januari hingga pertengahan Februari 2015.
Ade Nurjanah
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, namun telah menimbulkan kerugian materi yang cukup besar. Bencana tersebut meliputi banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung. Akan tetapi, dari jumlah tersebut bencana alam tersebut didominasi tanah longsor, kemudian banjir dan angin puting beliung. “Sejak Desember sampai Januari ini telah terjadi 23 ben cana alam di Kabupaten Ma ja lengka,” kata Kabid Logistik BPBD Kabupaten Majalengka, kemarin.
Untuk bencana tanah longsor, lanjut Ano, terutama terjadi di wilayah selatan Majalengka. Seperti Kecamatan Maja, Banjaran dan Lemahsugih. “Ter akhir terjadi di Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga berupa pergerakan tanah,” kata Ano. Namun dari puluhan bencana tersebut menurut Ano tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan. Tercatat selama Desember jumlah kerugian akibat bencana alam di Kabupaten Majalengka berjumlah Rp592 juta. “Yang ada hanya kerugian materi,” katanya.
Kabupaten Majalengka, lanjut Ano, berada pada pe ringkat ketujuh di Jawab Barat dan ke 16 di Indonesia sebagai daerah yang rentan terjadi bencana alam. Kondisi geografis yang dipenuhi perbukitan dan banyaknya dataran tinggi menjadi faktor utama tingginya potensi rawan bencana alam khususnya longsor dan gempa berskala kecil. Termasuk karakter tanah juga menjadi penyebab banyaknya bencana alam. “Karenanya kami mengimbau kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, untuk selalu meningkatkan kewaspadaan,” kata Ano.
Sementara itu, dari Blok Babakansari Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga dilaporkan jika pergerakan tanah di daerah tersebut masih terus terjadi hingga kini. “Walaupun dalam skala kecil, namun terjadi lagi pergerakan tanah kemarin,” kata Satgas BPBD di posko bencana Desa Cibeureum, Heri.
Pergerakan tanah terjadi di atas bukit yang tepatnya 3 kotak sawah ke atas dari tugu peringatan yang telah dibangun. Karenanya, lanjut Heri, hingga kini pihaknya masih terus memantau agar warga tidak melakukan aktivitas atau menggarap lahan yang berada di zona berbahaya. Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi Kabupaten Majalengka meminta warga waspada, menyusul tengah memasukinya puncak musim hujan.
Pasalnya, dapat me nimbul kan bencana mulai banjir, longsor, puting beling, dan munculnya beragam pe nyakit. Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka Ahmad Faa Izyn menjelaskan, tekanan rendah di wilayah selatan Indonesia, tepatnya di perairan utara Australia, kini sudah tidak ada. Akibatnya, massa udara kembali membentuk awan-awan hujan.
“Mulai hari ini kembali normal. Kalau sebelumnya dalam sepekan terakhir memang hujan tidak turun,” tegas pria yang biasa disapa Faiz tersebut, kemarin. Faiz menyebutkan, hari ini Wilayah Ciayumajakuning diprkirakan hujan dengan in tensitas ringan hingga lebat. Sedangkan puncak musim hujan, di prakirakan mulai pertengahan Januari atau akhir Januari hingga pertengahan Februari 2015.
Ade Nurjanah
(ftr)