Pasar Tawangmangu Mangkrak di Lantai 2
A
A
A
KARANGANYAR - Puluhan kios dan los di lantai dua Pasar Tawangmangu, Karanganyar mangkrak. Para pedagang enggan menempatinya karena tidak potensial untuk berjualan.
Alhasil, bangunan terbengkalai. Misalnya, pintu-pintu kios yang ada di bagian selatan di lantai dua banyak yang usang. Corat-coret juga menghiasi dinding kios. Bahkan atap di lorong kios banyak yang jebol. Sejak pertama kali diresmikan pada 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), deretan kios sama sekali tidak digunakan untuk berjualan.
“Kebanyakan kios hanya dipakai untuk gudang dan ada pula yang sama sekali tidak dipakai,” ujar Suparmi, 38, salah satu pedagang Pasar Tawangmangu, kemarin. Pemilik kios juga lebih memilih berjualan di luar pasar. Sebelum pasar di lereng Gunung Lawu tersebut dibangun, para pedagang yang menempati lantai dua menempati lapak di luar pasar. Setelah pasar dibangun, mereka diarahkan masuk ke lantai dua.
Hanya geliat perdagangan di lantai dua sama sekali tidak berkembang, bahkan omzet berdagang justru menurun hingga 70%. Kepala Pasar Tawangmangu Padi mengakui kondisi perdagangan di lantai dua memang tidak berkembang. Bahkan, jumlah pedagang yang berjualan cenderung terus mengalami penurunan. Hal itu dapat dilihat dari longgarnya kios yang tidak banyak ditempati untuk berjualan. Para pembeli lebih memilih berbelanja di lantai satu.
Di antaranya karena tidak perlu naik turun dan lebih efisien dalam berbelanja. Karena kiosnya tidak banyak didatangi pembeli, para pedagang di lantai dua akhirnya memilih berjualan di lokasi lain. Dari sekitar 700 los dan kios, yang terisi hanya sebagian saja. Kabid Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Disperindagkop-UMKM) Karanganyar, Dewi Rahayu mengakui banyak kios di lantai dua Pasar Tawangmangu yang mangkrak.
Sepinya berdagangan di lantai dua merupakan salah satu kelemahan pasar tradisional selama ini. “Dari awal pembangunan pasar lantai dua menjadi persoalan tersendiribagi pedagang. Banyak pembeli yang malas naik ke lantai dua,” kata Dewi Rahayu.
Selanjutnya, persoalan yang muncul pascapembangunan Pasar Tawangmangu menjadi bahan evaluasi dalam upaya pembangunan pasar lainnya.
Ary wahyu wibowo
Alhasil, bangunan terbengkalai. Misalnya, pintu-pintu kios yang ada di bagian selatan di lantai dua banyak yang usang. Corat-coret juga menghiasi dinding kios. Bahkan atap di lorong kios banyak yang jebol. Sejak pertama kali diresmikan pada 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), deretan kios sama sekali tidak digunakan untuk berjualan.
“Kebanyakan kios hanya dipakai untuk gudang dan ada pula yang sama sekali tidak dipakai,” ujar Suparmi, 38, salah satu pedagang Pasar Tawangmangu, kemarin. Pemilik kios juga lebih memilih berjualan di luar pasar. Sebelum pasar di lereng Gunung Lawu tersebut dibangun, para pedagang yang menempati lantai dua menempati lapak di luar pasar. Setelah pasar dibangun, mereka diarahkan masuk ke lantai dua.
Hanya geliat perdagangan di lantai dua sama sekali tidak berkembang, bahkan omzet berdagang justru menurun hingga 70%. Kepala Pasar Tawangmangu Padi mengakui kondisi perdagangan di lantai dua memang tidak berkembang. Bahkan, jumlah pedagang yang berjualan cenderung terus mengalami penurunan. Hal itu dapat dilihat dari longgarnya kios yang tidak banyak ditempati untuk berjualan. Para pembeli lebih memilih berbelanja di lantai satu.
Di antaranya karena tidak perlu naik turun dan lebih efisien dalam berbelanja. Karena kiosnya tidak banyak didatangi pembeli, para pedagang di lantai dua akhirnya memilih berjualan di lokasi lain. Dari sekitar 700 los dan kios, yang terisi hanya sebagian saja. Kabid Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Disperindagkop-UMKM) Karanganyar, Dewi Rahayu mengakui banyak kios di lantai dua Pasar Tawangmangu yang mangkrak.
Sepinya berdagangan di lantai dua merupakan salah satu kelemahan pasar tradisional selama ini. “Dari awal pembangunan pasar lantai dua menjadi persoalan tersendiribagi pedagang. Banyak pembeli yang malas naik ke lantai dua,” kata Dewi Rahayu.
Selanjutnya, persoalan yang muncul pascapembangunan Pasar Tawangmangu menjadi bahan evaluasi dalam upaya pembangunan pasar lainnya.
Ary wahyu wibowo
(ars)