Ajak Kurangi Berburu, Fokus Tingkatkan Prestasi
A
A
A
Bisingnya bunyi senapan angin terdengar Sabtu (10/1) sore kemarin di lapangan tembak Arhanudse 15 Semarang.
Belasan orang tampak bergantian membidik sasaran yang jaraknya 12-25 meter. Ada yang berdiri, jongkok, dan tiarap. Bidikan sasaran adalah metal siluet atau logam besi berbentuk ayam, kalkun, dan babi seukuran jempol tangan orang dewasa.
Mereka merupakan anggota Bhaladika Shooting Club (BSC). Klub tersebut didirikan 2012 lalu dan baru direstui sebagai anggota binaan Perbakin pada 15 September 2013. Anggota dari BSC sebelumnya merupakan punggawa dari Komunitas Senapan Angin Semarang (Komsas) yang didirikan pada 2010. Komsas awalnya lebih banyak aktif di dunia maya melalui akun Facebook .
Kemudian dengan diprakarsai oleh Bambang WP, salah satu anggota, akhirnya mereka kopi darat (kopdar), berkumpul latihan menembak metal siluet di tanah kosong di samping Kelurahan Sompok (biasa disebut Yondangop). Kopdar kedua saat pengundian net Ramadan di lapangan tembak Stadion Jatidiri, mereka kemudian bertemu dengan Yohanes Budi Laksono dari Batalion Artileri Pertahanan Udara Sedang (Yonarhanudse) 15 Kodam IV/Diponegoro.
Saat mengadakan pertemuan, mereka didatangi intel dari TNI dan menanyakan kegiatan tersebut. Saat itu Pak Yoel, begitu Yohanes Budi biasa dipanggil, ikut menjelaskan kepada intelijen tersebut tentang kegiatan dari Komsas yang bukan merupakan aktivitas dilarang. Sejak saat itu Komsas diajak oleh Yoel menggunakan lapangan tembak Arhanudse untuk latihan setiap Sabtu dan Minggu sore.
“Jumlah anggotanya yang aktif sekitar 30 orang. Mereka berasal dari lintas profesi, ada anggota TNI, mahasiswa, dan swasta,” ujar pendiri dari BSC, yang juga koordinator Komsas, Fa’in, kepada KORAN SINDO. Pendiri lainnya adalah Yoel, Anang, Azhar, Cecep, Heinrich, Uzza, Indarjo, Aries, dan Yoesoef Wibowo.
BSC ini sudah melahirkan para penembak andal yang sering memenangi kejuaraan di tingkat nasional maupun regional. Seperti Uzza yang menjadi juara 1, 2, dan 3 pada 2014 di Salatiga. Ada juga Hendrik di ajang Galih Taruna Desember 2014, menyabet juara 3, serta nama lainnya seperti Jack Peni dan Heri.
Karena untuk menggunakan atribut menembak resmi cukup mahal, seperti harus menggunakan pakaian khusus dan bidikan melingkar, klub ini hanya memanfaatkan lempengan metal siluet. Selain itu, mereka juga memanfaatkan senapan angin untuk latihan karena harga senjata api ataupun gas cukup fantastis.
Embrio dari BSC yakni Komsas, beberapa anggotanya suka berburu hewan di hutan. Mereka harus memiliki bekal BSC saat ini lebih menekankan hobi menembak untuk olahraga prestasi. Itu karena melakukan perburuan hewan itu tidak semua elemen masyarakat senang. Beberapa kelompok pencinta binatang bisa saja memprotes ulah pemburu di hutan.
Atas dasar itu, anggota Komsas dianjurkan sudah mulai mengurangi perburuan, apalagi memosting hasil buruan di dunia maya. “Saya sudah tekankan berkali-kali, jangan pasang gambar hewan buruan. Di Kota Semarang sudah ada larangan menembak unggas liar. Setahu saya itu burung tekukur (derkuku) dan blekok, kami harap ini bisa diperhatikan,” ucapnya.
Anggota BSC lainnya, Yustinus, 37, senang bisa bergabung dengan klub menembak sejak berdiri. “Kita jadi tahu teknik menembak yang benar,” ujarnya.
Arif Purniawan
Kota Semarang
Belasan orang tampak bergantian membidik sasaran yang jaraknya 12-25 meter. Ada yang berdiri, jongkok, dan tiarap. Bidikan sasaran adalah metal siluet atau logam besi berbentuk ayam, kalkun, dan babi seukuran jempol tangan orang dewasa.
Mereka merupakan anggota Bhaladika Shooting Club (BSC). Klub tersebut didirikan 2012 lalu dan baru direstui sebagai anggota binaan Perbakin pada 15 September 2013. Anggota dari BSC sebelumnya merupakan punggawa dari Komunitas Senapan Angin Semarang (Komsas) yang didirikan pada 2010. Komsas awalnya lebih banyak aktif di dunia maya melalui akun Facebook .
Kemudian dengan diprakarsai oleh Bambang WP, salah satu anggota, akhirnya mereka kopi darat (kopdar), berkumpul latihan menembak metal siluet di tanah kosong di samping Kelurahan Sompok (biasa disebut Yondangop). Kopdar kedua saat pengundian net Ramadan di lapangan tembak Stadion Jatidiri, mereka kemudian bertemu dengan Yohanes Budi Laksono dari Batalion Artileri Pertahanan Udara Sedang (Yonarhanudse) 15 Kodam IV/Diponegoro.
Saat mengadakan pertemuan, mereka didatangi intel dari TNI dan menanyakan kegiatan tersebut. Saat itu Pak Yoel, begitu Yohanes Budi biasa dipanggil, ikut menjelaskan kepada intelijen tersebut tentang kegiatan dari Komsas yang bukan merupakan aktivitas dilarang. Sejak saat itu Komsas diajak oleh Yoel menggunakan lapangan tembak Arhanudse untuk latihan setiap Sabtu dan Minggu sore.
“Jumlah anggotanya yang aktif sekitar 30 orang. Mereka berasal dari lintas profesi, ada anggota TNI, mahasiswa, dan swasta,” ujar pendiri dari BSC, yang juga koordinator Komsas, Fa’in, kepada KORAN SINDO. Pendiri lainnya adalah Yoel, Anang, Azhar, Cecep, Heinrich, Uzza, Indarjo, Aries, dan Yoesoef Wibowo.
BSC ini sudah melahirkan para penembak andal yang sering memenangi kejuaraan di tingkat nasional maupun regional. Seperti Uzza yang menjadi juara 1, 2, dan 3 pada 2014 di Salatiga. Ada juga Hendrik di ajang Galih Taruna Desember 2014, menyabet juara 3, serta nama lainnya seperti Jack Peni dan Heri.
Karena untuk menggunakan atribut menembak resmi cukup mahal, seperti harus menggunakan pakaian khusus dan bidikan melingkar, klub ini hanya memanfaatkan lempengan metal siluet. Selain itu, mereka juga memanfaatkan senapan angin untuk latihan karena harga senjata api ataupun gas cukup fantastis.
Embrio dari BSC yakni Komsas, beberapa anggotanya suka berburu hewan di hutan. Mereka harus memiliki bekal BSC saat ini lebih menekankan hobi menembak untuk olahraga prestasi. Itu karena melakukan perburuan hewan itu tidak semua elemen masyarakat senang. Beberapa kelompok pencinta binatang bisa saja memprotes ulah pemburu di hutan.
Atas dasar itu, anggota Komsas dianjurkan sudah mulai mengurangi perburuan, apalagi memosting hasil buruan di dunia maya. “Saya sudah tekankan berkali-kali, jangan pasang gambar hewan buruan. Di Kota Semarang sudah ada larangan menembak unggas liar. Setahu saya itu burung tekukur (derkuku) dan blekok, kami harap ini bisa diperhatikan,” ucapnya.
Anggota BSC lainnya, Yustinus, 37, senang bisa bergabung dengan klub menembak sejak berdiri. “Kita jadi tahu teknik menembak yang benar,” ujarnya.
Arif Purniawan
Kota Semarang
(ars)