Penjualan Emas di Semarang Lesu
A
A
A
SEMARANG - Penjualan emas perhiasan di Kota Semarang sejak akhir tahun hingga awal tahun ini mengalami kelesuan meskipun harganya saat ini turun.
Bahkan, berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Semarang, penjualan emas 2014 lalu turun drastis hingga 20%. Ketua APEPI Semarang Bambang Yuwono mengaku, sebelum harga BBM naik, harga emas dunia per satu gramnya mencapai Rp515.000.
Kemudian melemah saat BBM naik menjadi Rp468.000. Meski harga emas mengalami penurunan, minat masyarakat untuk membeli perhiasan kurang bergairah. “Banyak faktornya, (penjualan lesu), salah satunya akibat kenaikan harga BBM,” ucapnya.
Di sisi lain, penyebab lesunya penjualan emas juga dikarenakan faktor makin berkurangnya minat masyarakat untuk berinvestasi emas. Selain itu, masyarakat saat ini khususnya kalangan menengah justru cenderung membelanjakan uang mereka untuk membeli perangkat elektronik dan gadget.
“Tahun 2013 lalu penjualan emas cukup baik, terutama untuk kadar emas di bawah 75% karena masyarakat masih sangat gemar menyimpan emas. Tapi sekarang sudah bergeser,” papar Bambang.
Ramainya pembelian emas biasanya menjelang Lebaran tiba, sedangkan untuk masyarakat yang menjual emasnya biasanya ramai Juni ataupun Juli. “Kalau hari raya jelas ekonomi masyarakat membaik karena mungkin ada tabungan uang yang dikeluarkan,” ujarnya.
Bambang, yang juga pemilik toko emas Dewi Sri, berharap penjualan emas bisa kembali bergairah. Pemilik Toko Emas Semar Nusantara di Kranggan, Vanya Gotama menambahkan, penurunan harga emas ini tidak diikuti dengan tingginya permintaan. Omzet penjualan emas terus turun sekitar 5–10% setiap tahun.
Andik Sismanto
Bahkan, berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Semarang, penjualan emas 2014 lalu turun drastis hingga 20%. Ketua APEPI Semarang Bambang Yuwono mengaku, sebelum harga BBM naik, harga emas dunia per satu gramnya mencapai Rp515.000.
Kemudian melemah saat BBM naik menjadi Rp468.000. Meski harga emas mengalami penurunan, minat masyarakat untuk membeli perhiasan kurang bergairah. “Banyak faktornya, (penjualan lesu), salah satunya akibat kenaikan harga BBM,” ucapnya.
Di sisi lain, penyebab lesunya penjualan emas juga dikarenakan faktor makin berkurangnya minat masyarakat untuk berinvestasi emas. Selain itu, masyarakat saat ini khususnya kalangan menengah justru cenderung membelanjakan uang mereka untuk membeli perangkat elektronik dan gadget.
“Tahun 2013 lalu penjualan emas cukup baik, terutama untuk kadar emas di bawah 75% karena masyarakat masih sangat gemar menyimpan emas. Tapi sekarang sudah bergeser,” papar Bambang.
Ramainya pembelian emas biasanya menjelang Lebaran tiba, sedangkan untuk masyarakat yang menjual emasnya biasanya ramai Juni ataupun Juli. “Kalau hari raya jelas ekonomi masyarakat membaik karena mungkin ada tabungan uang yang dikeluarkan,” ujarnya.
Bambang, yang juga pemilik toko emas Dewi Sri, berharap penjualan emas bisa kembali bergairah. Pemilik Toko Emas Semar Nusantara di Kranggan, Vanya Gotama menambahkan, penurunan harga emas ini tidak diikuti dengan tingginya permintaan. Omzet penjualan emas terus turun sekitar 5–10% setiap tahun.
Andik Sismanto
(ftr)