Risma Klaim Bekerja Dibalik Layar Tangani AirAsia QZ8501
A
A
A
JAKARTA - Sejak jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014 lalu, sejumlah pihak ikut membantu proses search and rescue. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengklaim Pemerintah Kota Surabaya ikut membantu dibalik layar.
"Kita berusaha dibalik layar. Kita berusaha tidak merepotkan AirAsia. Sejak hari pertama, 24 jam tim pemkot siap di krisis center," ungkap Risma saat Konfrensi Press di Menara Merdeka, Jakarta, Jumat (9/1/2015).
Menurutnya, pengalaman penanganan kecelakaan AirAsia QZ8501 merupakan pengalaman pertama bagi Pemerintah Kota Surabaya.
"Sebenarnya ini merupakan pengalaman pertama kita. Jadi tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pertama, saya buat pendampingan ke keluarga. Hari pertama memang sangat kacau. Maka di hari pertama, supply logistik sudah kita berikan ke keluarga korban," timpal Risma.
Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga membantu DVI (Disaster Victim Identification) dalam melakukan forensik.
"Kita siapkan rumah sakit, baju dokter, sepatu boot. Tidak hanya itu, jasa pengangkut jenazah juga kita siapkan," imbuh Risma.
Ia mengakui, bahwa pihaknya juga menjaga rumah korban 24 jam. Juga melakukan komunikasi penanganan anak-anak korban yang ada di Singapura.
"Kami juga komunikasi, ke kepala sekolah di Singapura untuk mengawasi anak korban yang ditinggal terutama pengawasan psikis anak korban," tandasnya.
"Kita berusaha dibalik layar. Kita berusaha tidak merepotkan AirAsia. Sejak hari pertama, 24 jam tim pemkot siap di krisis center," ungkap Risma saat Konfrensi Press di Menara Merdeka, Jakarta, Jumat (9/1/2015).
Menurutnya, pengalaman penanganan kecelakaan AirAsia QZ8501 merupakan pengalaman pertama bagi Pemerintah Kota Surabaya.
"Sebenarnya ini merupakan pengalaman pertama kita. Jadi tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pertama, saya buat pendampingan ke keluarga. Hari pertama memang sangat kacau. Maka di hari pertama, supply logistik sudah kita berikan ke keluarga korban," timpal Risma.
Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga membantu DVI (Disaster Victim Identification) dalam melakukan forensik.
"Kita siapkan rumah sakit, baju dokter, sepatu boot. Tidak hanya itu, jasa pengangkut jenazah juga kita siapkan," imbuh Risma.
Ia mengakui, bahwa pihaknya juga menjaga rumah korban 24 jam. Juga melakukan komunikasi penanganan anak-anak korban yang ada di Singapura.
"Kami juga komunikasi, ke kepala sekolah di Singapura untuk mengawasi anak korban yang ditinggal terutama pengawasan psikis anak korban," tandasnya.
(sms)