Krisis Elpiji 3 Kg di Jateng Meluas
A
A
A
JEPARA - Warga di beberapa daerah di Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir dipusingkan dengan menghilangnya pasokan elpiji bersubsidi 3 kg.
Kelangkaan elpiji itu terjadi di Jepara, Kabupaten Semarang, Salatiga, Karanganyar, Pekalongan, dan Kendal. Di Jepara, warga Desa Purwogondo Kecamatan Kalinyamatan menggeruduk pangkalan elpiji 3 kg yang ada di wilayah setempat. Mereka kecewa karena selalu kesulitan mendapat pasokan elpiji bersubsidi.
Warga lalu berunjuk rasa di depan gudang elpiji milik agen dan pangkalan PT Thoiron Ababil yang lokasinya di sekitar Pasar Kalinyamatan. Warga berkerumun di depan gudang distributor itu sembari membawa tabung elpiji 3 kg. “Padahal stok ada tapi mengapa kami sulit mendapatkan elpiji 3 kg,” kata salah seorang warga, Mahmudi, kemarin.
Mayoritas pendemo itu dari kalangan ibu rumah tangga dan pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Agen PT Thoiron Ababil merupakan salah satu distributor elpiji kelas kakap di Jepara. Tiap hari, rata-rata PT Thoiron Ababil mendapat pasokan sekitar 6 leading order (LO) atau sebanyak 560 tabung. Jika dihitung tiap hari ada 3.360 tabung elpiji di agen tersebut.
Selain berstatus sebagai agen, PT Thoiron Ababil juga memiliki pangkalan atas nama Mufalihah. Oleh karena itu, semestinya juga bisa melayani langsung penjualan elpiji 3 kg ke konsumen. “Saya memiliki kartu pembelian elpiji 3 kg yang terdaftar di pangkalan milik Mufalihah. Tapi tetap susah membeli elpijidisana. Kalaupangkalanini tidak bisa melayani maka lebih baik ditutup saja,” kata salah satu warga, Aminah.
Kasubag Perekonomian Daerah Bagian Perekonomian Setda Jepara Sidik YT yang turun ke lokasi menggelar mediasi dengan sejumlah pihak terkait persoalan ini. Hasilnya, pangkalan elpiji 3 kg milik Mufalihah akan ditutup berlaku mulai hari ini. “Nanti akan dipasang spanduk jika pangkalan ini sudah ditutup,” ucapnya.
Ditanya alokasi elpiji 3 kg jatah pangkalan Mufalihah yang tiap hari berkisar antara 50-100 tabung, menurut Sidik akan dibagi ke sejumlah pangkalan lain yang ada di Desa Purwogondo. Berdasar aturan, jika ada satu pangkalan yang ditutup, maka jatah elpijinya tidak boleh didistribusikan ke luar desa, tapi harus tetap berada di kawasan yang bersangkutan. “Kalau masih satu desa tidak masalah,” tandas Sidik.
Di Kabupaten Semarang, Kecamatan Suruh dan Kecamatan Ambarawa dalam sepekan terakhir mulai mengalami krisis elpiji 3 kg. Kondisi tersebut ditengarai akibat adanya migrasi konsumen setelah pemerintah menaikkan harga elpiji 12 kg. “Sudah sejak pekan kemarin, Jumat (2/1), saya kesulitan cari 3 kg. Di penjual eceran sudah tidak ada lagi barangnya,” ujar Sujiati, 43, warga Desa Suruh, Suruh kemarin.
Akibat kelangkaan tersebut, warga yang tinggal di wilayah yang berbatasan dengan Kota Salatiga ini harus susah payah mencari elpiji 3 kg hingga pangkalan. Mereka berduyun-duyun mendatangi salah satu pangkalan yang ada di Pasar Suruh. Imbasnya, warga harus rela antre dengan menitipkan tabung kosong lebih dulu demi mendapatkan satu tabung 3 kg.
“Jauh-jauh hari saya menitipkan tabung lebih dulu ke pangkalan. Jika tidak antre dengan cara ini nanti tidak kebagian sebab elpiji langsung ludes begitu dapat kiriman,” paparnya. Selain sulit mendapat elpiji 3 kg, warga juga masih dibebani dengan melonjaknya harga elpiji tersebut.
Sebelumnya, warga membeli di eceran dengan harga Rp16.000 per tabung, sekarang naik jadi Rp20.000. “Mau bagaimana lagi, kita sangat membutuhkan elpiji. Mau pakai minyak tanah, selain harganya mahal, juga sudah tidak punya kompornya,” kata Sujiati.
Istajib, 53, pemilik pangkalan elpiji tidak menampik adanya kelangkaan elpiji. Hal ini terjadi lantaran jumlah pembeli meningkat tapi pasokan dari agen juga berkurang. “Dalam seminggu, sebelumnya dikirimi dua kali, paling sedikit 250 tabung tiap kirim. Sekarang seminggu hanya sekali, 150 sampai 200 tabung,” ungkapnya.
Di Ambarawa, warga juga mengeluhkan hal serupa. Lilis, 34, warga Jalan Baru, Kupang Kidul Ambarawa mengaku harus mencari elpiji 3 kg hingga pangkalan yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, depan Pasar Projo Ambarawa. Sejumlah pengecer yang ada di sekitar tempat tinggalnya sudah kehabisan stok.
“Pemerintah itu bagaimana kerjanya? Dulu kita pakai minyak tanah disuruh ganti pakai elpiji. Setelah pakai elpiji, stoknya tidak ada,” ucapnya. Kelangkaan elpiji 3 kg juga dirasakan warga Desa Tanjungsari, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. “ Sudah sejak hari Minggu lalu saya nyari gas (elpiji) ukuran 3 kg tidak ada,” kata Ning Setyowati, 34, warga setempat.
Hal senada dikatakan Dewi, 28, warga Desa Karangsari, Kecamatan Karanganyar. Kelangkaan sudah terjadi sejak sekitar empat hari lalu.“Nyarinya susah, sampai harus nyari lebih dari lima toko. Itu pun saya nyari di pelosok-pelosok kampung,” ujarnya. Salah satu pemilik pangkalan di Kecamatan Kedungwuni, Arifin mengatakan kelangkaan itu diperkirakan akibat pasokan yang terlambat selama liburan.
Kelangkaan Diselidiki
Polres Salatiga menerjunkan tim khusus untuk menyelidiki kelangkaan elpiji 3 kg yang terjadi sejak akhir Desember 2014. Penyelidikan ini atas dasar adanya indikasi penyimpangan di balik kelangkaan elpiji tersebut.
Wakil Kepala Polres Salatiga Kompol Iwan Irmawan mengatakan, ada beberapa daerah yang dipantau ketat petugas. “Yang jelas, ada beberapa daerah yang kami curigai digunakan sebagai tempat penyuntikan gas (elpiji) 3 kg ke 12 kg,” ucapnya.
Praktik penyuntikan elpiji 3 kg ke tabung 12 kg didasari nilai keuntungan yang cukup besar. Saat ini harga elpiji 12 kg mencapai Rp140.000 per tabung. Sementara harga elpiji 3 kg dari agen hanya Rp14.000 per tabung. “Jika empat tabung gas (elpiji) 3 kg disuntikkan ke tabung 12 kg, nilainya hanya Rp56.000. Jadi, keuntungannya berkisar Rp84.000,” ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kota Salatiga Sri Danudjo menduga, kelangkaan elpiji juga terjadi diduga karena ada perpindahan konsumen pengguna elpiji 12 kg ke 3 kg. Mereka beralih ke tabung melon menyusul harga elpiji 12 kg yang kian mahal.
Humas Pertamina Pemasaran Region IV Jawa Tengah-DIY Robert MV Dumatubun menilai, pascakenaikan harga elpiji 12 kg dipastikan akan ada migrasi pengguna elpiji. “Namun, bisa juga akibat ulah pengecer yang sengaja melakukan penimbunan,” ucapnya.
Robert menegaskan Pertamina akan melakukan pengecekan lapangan secara langsung jika memang nantinya ditemukan adanya kelangkaan. Bila perlu adanya penambahan pasokan, Pertamina akan menyiapkan mekanisme operasi pasar.
M Oliez/ Agus Joko/ Prahayuda Febrianto/ Angga Rosa/ Wikha Setiawan/ Ary Wahyu Wibowo/ Andik Sismanto
Kelangkaan elpiji itu terjadi di Jepara, Kabupaten Semarang, Salatiga, Karanganyar, Pekalongan, dan Kendal. Di Jepara, warga Desa Purwogondo Kecamatan Kalinyamatan menggeruduk pangkalan elpiji 3 kg yang ada di wilayah setempat. Mereka kecewa karena selalu kesulitan mendapat pasokan elpiji bersubsidi.
Warga lalu berunjuk rasa di depan gudang elpiji milik agen dan pangkalan PT Thoiron Ababil yang lokasinya di sekitar Pasar Kalinyamatan. Warga berkerumun di depan gudang distributor itu sembari membawa tabung elpiji 3 kg. “Padahal stok ada tapi mengapa kami sulit mendapatkan elpiji 3 kg,” kata salah seorang warga, Mahmudi, kemarin.
Mayoritas pendemo itu dari kalangan ibu rumah tangga dan pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Agen PT Thoiron Ababil merupakan salah satu distributor elpiji kelas kakap di Jepara. Tiap hari, rata-rata PT Thoiron Ababil mendapat pasokan sekitar 6 leading order (LO) atau sebanyak 560 tabung. Jika dihitung tiap hari ada 3.360 tabung elpiji di agen tersebut.
Selain berstatus sebagai agen, PT Thoiron Ababil juga memiliki pangkalan atas nama Mufalihah. Oleh karena itu, semestinya juga bisa melayani langsung penjualan elpiji 3 kg ke konsumen. “Saya memiliki kartu pembelian elpiji 3 kg yang terdaftar di pangkalan milik Mufalihah. Tapi tetap susah membeli elpijidisana. Kalaupangkalanini tidak bisa melayani maka lebih baik ditutup saja,” kata salah satu warga, Aminah.
Kasubag Perekonomian Daerah Bagian Perekonomian Setda Jepara Sidik YT yang turun ke lokasi menggelar mediasi dengan sejumlah pihak terkait persoalan ini. Hasilnya, pangkalan elpiji 3 kg milik Mufalihah akan ditutup berlaku mulai hari ini. “Nanti akan dipasang spanduk jika pangkalan ini sudah ditutup,” ucapnya.
Ditanya alokasi elpiji 3 kg jatah pangkalan Mufalihah yang tiap hari berkisar antara 50-100 tabung, menurut Sidik akan dibagi ke sejumlah pangkalan lain yang ada di Desa Purwogondo. Berdasar aturan, jika ada satu pangkalan yang ditutup, maka jatah elpijinya tidak boleh didistribusikan ke luar desa, tapi harus tetap berada di kawasan yang bersangkutan. “Kalau masih satu desa tidak masalah,” tandas Sidik.
Di Kabupaten Semarang, Kecamatan Suruh dan Kecamatan Ambarawa dalam sepekan terakhir mulai mengalami krisis elpiji 3 kg. Kondisi tersebut ditengarai akibat adanya migrasi konsumen setelah pemerintah menaikkan harga elpiji 12 kg. “Sudah sejak pekan kemarin, Jumat (2/1), saya kesulitan cari 3 kg. Di penjual eceran sudah tidak ada lagi barangnya,” ujar Sujiati, 43, warga Desa Suruh, Suruh kemarin.
Akibat kelangkaan tersebut, warga yang tinggal di wilayah yang berbatasan dengan Kota Salatiga ini harus susah payah mencari elpiji 3 kg hingga pangkalan. Mereka berduyun-duyun mendatangi salah satu pangkalan yang ada di Pasar Suruh. Imbasnya, warga harus rela antre dengan menitipkan tabung kosong lebih dulu demi mendapatkan satu tabung 3 kg.
“Jauh-jauh hari saya menitipkan tabung lebih dulu ke pangkalan. Jika tidak antre dengan cara ini nanti tidak kebagian sebab elpiji langsung ludes begitu dapat kiriman,” paparnya. Selain sulit mendapat elpiji 3 kg, warga juga masih dibebani dengan melonjaknya harga elpiji tersebut.
Sebelumnya, warga membeli di eceran dengan harga Rp16.000 per tabung, sekarang naik jadi Rp20.000. “Mau bagaimana lagi, kita sangat membutuhkan elpiji. Mau pakai minyak tanah, selain harganya mahal, juga sudah tidak punya kompornya,” kata Sujiati.
Istajib, 53, pemilik pangkalan elpiji tidak menampik adanya kelangkaan elpiji. Hal ini terjadi lantaran jumlah pembeli meningkat tapi pasokan dari agen juga berkurang. “Dalam seminggu, sebelumnya dikirimi dua kali, paling sedikit 250 tabung tiap kirim. Sekarang seminggu hanya sekali, 150 sampai 200 tabung,” ungkapnya.
Di Ambarawa, warga juga mengeluhkan hal serupa. Lilis, 34, warga Jalan Baru, Kupang Kidul Ambarawa mengaku harus mencari elpiji 3 kg hingga pangkalan yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, depan Pasar Projo Ambarawa. Sejumlah pengecer yang ada di sekitar tempat tinggalnya sudah kehabisan stok.
“Pemerintah itu bagaimana kerjanya? Dulu kita pakai minyak tanah disuruh ganti pakai elpiji. Setelah pakai elpiji, stoknya tidak ada,” ucapnya. Kelangkaan elpiji 3 kg juga dirasakan warga Desa Tanjungsari, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. “ Sudah sejak hari Minggu lalu saya nyari gas (elpiji) ukuran 3 kg tidak ada,” kata Ning Setyowati, 34, warga setempat.
Hal senada dikatakan Dewi, 28, warga Desa Karangsari, Kecamatan Karanganyar. Kelangkaan sudah terjadi sejak sekitar empat hari lalu.“Nyarinya susah, sampai harus nyari lebih dari lima toko. Itu pun saya nyari di pelosok-pelosok kampung,” ujarnya. Salah satu pemilik pangkalan di Kecamatan Kedungwuni, Arifin mengatakan kelangkaan itu diperkirakan akibat pasokan yang terlambat selama liburan.
Kelangkaan Diselidiki
Polres Salatiga menerjunkan tim khusus untuk menyelidiki kelangkaan elpiji 3 kg yang terjadi sejak akhir Desember 2014. Penyelidikan ini atas dasar adanya indikasi penyimpangan di balik kelangkaan elpiji tersebut.
Wakil Kepala Polres Salatiga Kompol Iwan Irmawan mengatakan, ada beberapa daerah yang dipantau ketat petugas. “Yang jelas, ada beberapa daerah yang kami curigai digunakan sebagai tempat penyuntikan gas (elpiji) 3 kg ke 12 kg,” ucapnya.
Praktik penyuntikan elpiji 3 kg ke tabung 12 kg didasari nilai keuntungan yang cukup besar. Saat ini harga elpiji 12 kg mencapai Rp140.000 per tabung. Sementara harga elpiji 3 kg dari agen hanya Rp14.000 per tabung. “Jika empat tabung gas (elpiji) 3 kg disuntikkan ke tabung 12 kg, nilainya hanya Rp56.000. Jadi, keuntungannya berkisar Rp84.000,” ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kota Salatiga Sri Danudjo menduga, kelangkaan elpiji juga terjadi diduga karena ada perpindahan konsumen pengguna elpiji 12 kg ke 3 kg. Mereka beralih ke tabung melon menyusul harga elpiji 12 kg yang kian mahal.
Humas Pertamina Pemasaran Region IV Jawa Tengah-DIY Robert MV Dumatubun menilai, pascakenaikan harga elpiji 12 kg dipastikan akan ada migrasi pengguna elpiji. “Namun, bisa juga akibat ulah pengecer yang sengaja melakukan penimbunan,” ucapnya.
Robert menegaskan Pertamina akan melakukan pengecekan lapangan secara langsung jika memang nantinya ditemukan adanya kelangkaan. Bila perlu adanya penambahan pasokan, Pertamina akan menyiapkan mekanisme operasi pasar.
M Oliez/ Agus Joko/ Prahayuda Febrianto/ Angga Rosa/ Wikha Setiawan/ Ary Wahyu Wibowo/ Andik Sismanto
(ftr)