Datang ke Kondangan, 63 Orang Keracunan
A
A
A
GARUT - Puluhan warga Kampung Ciseke, Desa Tanjung karya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, mengalami keracunan massal kemarin.
Hingga pukul 21.00 WIB tadi malam, jumlah warga yang keracunan tercatat sebanyak 63 orang, belasan di antaranya anak-anak. Mereka mengalami keracunan setelah menyantap hidangan dalam sebuah resepsi per nikahan salah satu warga di Desa Tanjungkarya, sekitar pukul 10.00 WIB.
Rata-rata, korban mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sakit perut, mencret hingga muntah-muntah pada pukul 13.00 WIB. Seorang balita berusia tiga tahun, Muhammad Rifki, men ja di korban termuda dalam peristiwa keracunan massal ini. Ibunya, Lilis, 35, menuturkan anaknya tersebut hanya memakan air dari sayur dan capcay.
“Anak saya tidak memakan semua hidangan di hajatan karena sudah makan di rumah. Dia hanya makan air dari sayur saja, itu juga sambil menemani saya makan. Sementara saya makan dari mulai sayuran, capcay, kentang, dan sate ayam,” kata Lilis saat ditemui di Puskesmas Sukakarya, kemarin.
Berselang beberapa jam kemudian, Lilis dan anaknya tersebut mulai merasakan dampak dari makanan yang diduga terkontaminasi bakteri tersebut. Rasa mual, pusing, dan sakit perut mereka rasakan selepas Dzuhur.
“Anak rewel sementara saya pusing dan mencret, buang air terus. Awalnya saya tidak mengira bila kami ini menjadi korban keracunan. Saya sempat memeriksakan kondisi kami berdua ke bidan pada pukul 15.00 WIB. Bidan menyarankan agar kami meminum air gula merah. Namun saat di rumah, sekitar pukul 16.00 WIB, saya baru tahu bila tetangga lain yang juga datang ke hajatan merasa hal yang sama. Makanya kami bergegas datang ke sini sebelum Magrib,” ungkap dia.
Petugas medis Puskesmas Sukakarya Opik Taufik Akbar, membenarkan bila semua warga yang menjadi korban keracunan mengalami gejala sama layaknya penderita keracunan. Beberapa diantaranya sempat dehidrasi karena terus mengeluarkan cairan.
“Tidak semua dehidrasi. Hanya sebagian saja. Korban pertama datang sekitar pukul 17.30 WIB. Jumlahnya terus bertambah kurang lebih hingga pukul 21.00 WIB,” kata Opik. Pihak medis, tambah dia, memberikan obat anti pusing dan mual kepada seluruh warga yang menjadi korban keracunan. Bagi yang menderita dehidrasi diberi cairan infus.
“Sebagian besar yang menderita dehidrasi ini adalah anak-anak. Sementara orang dewasa kebanyakannya hanya mual pusing saja,” ungkap dia. Menurut Opik, dua orang dari ke-30 korban itu adalah ibu hamil. Keduanya adalah Inar, 18, dan Iim, 28. “Alhamdulillah kondisi kandungannya baik,” ujar Opik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Dadi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah keperluan yang dibutuhkan oleh pihak puskesmas dalam menangani para korban keracunan di desa tersebut.
“Kami sudah menyiapkan tempat tidur darurat untuk dapat digunakan. Karena tem pat tidur yang ada di puskesmas tidak cukup untuk menampungnya. Kami juga sudah koordinasi dengan Muspika Samarang dan Dinkes (Dinas Kes ehatan) dalam masalah ini,” kata Dadi.
Sementara itu, Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinkes Garut Ade Rohimat mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel makanan yang diduga terkontaminasi bakteri dari pesta pernikahan tersebut. Sampel makanan ini rencananya akan diperiksa di laboratorium Kota Bandung.
Fani Ferdiansyah
Hingga pukul 21.00 WIB tadi malam, jumlah warga yang keracunan tercatat sebanyak 63 orang, belasan di antaranya anak-anak. Mereka mengalami keracunan setelah menyantap hidangan dalam sebuah resepsi per nikahan salah satu warga di Desa Tanjungkarya, sekitar pukul 10.00 WIB.
Rata-rata, korban mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, sakit perut, mencret hingga muntah-muntah pada pukul 13.00 WIB. Seorang balita berusia tiga tahun, Muhammad Rifki, men ja di korban termuda dalam peristiwa keracunan massal ini. Ibunya, Lilis, 35, menuturkan anaknya tersebut hanya memakan air dari sayur dan capcay.
“Anak saya tidak memakan semua hidangan di hajatan karena sudah makan di rumah. Dia hanya makan air dari sayur saja, itu juga sambil menemani saya makan. Sementara saya makan dari mulai sayuran, capcay, kentang, dan sate ayam,” kata Lilis saat ditemui di Puskesmas Sukakarya, kemarin.
Berselang beberapa jam kemudian, Lilis dan anaknya tersebut mulai merasakan dampak dari makanan yang diduga terkontaminasi bakteri tersebut. Rasa mual, pusing, dan sakit perut mereka rasakan selepas Dzuhur.
“Anak rewel sementara saya pusing dan mencret, buang air terus. Awalnya saya tidak mengira bila kami ini menjadi korban keracunan. Saya sempat memeriksakan kondisi kami berdua ke bidan pada pukul 15.00 WIB. Bidan menyarankan agar kami meminum air gula merah. Namun saat di rumah, sekitar pukul 16.00 WIB, saya baru tahu bila tetangga lain yang juga datang ke hajatan merasa hal yang sama. Makanya kami bergegas datang ke sini sebelum Magrib,” ungkap dia.
Petugas medis Puskesmas Sukakarya Opik Taufik Akbar, membenarkan bila semua warga yang menjadi korban keracunan mengalami gejala sama layaknya penderita keracunan. Beberapa diantaranya sempat dehidrasi karena terus mengeluarkan cairan.
“Tidak semua dehidrasi. Hanya sebagian saja. Korban pertama datang sekitar pukul 17.30 WIB. Jumlahnya terus bertambah kurang lebih hingga pukul 21.00 WIB,” kata Opik. Pihak medis, tambah dia, memberikan obat anti pusing dan mual kepada seluruh warga yang menjadi korban keracunan. Bagi yang menderita dehidrasi diberi cairan infus.
“Sebagian besar yang menderita dehidrasi ini adalah anak-anak. Sementara orang dewasa kebanyakannya hanya mual pusing saja,” ungkap dia. Menurut Opik, dua orang dari ke-30 korban itu adalah ibu hamil. Keduanya adalah Inar, 18, dan Iim, 28. “Alhamdulillah kondisi kandungannya baik,” ujar Opik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Dadi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah keperluan yang dibutuhkan oleh pihak puskesmas dalam menangani para korban keracunan di desa tersebut.
“Kami sudah menyiapkan tempat tidur darurat untuk dapat digunakan. Karena tem pat tidur yang ada di puskesmas tidak cukup untuk menampungnya. Kami juga sudah koordinasi dengan Muspika Samarang dan Dinkes (Dinas Kes ehatan) dalam masalah ini,” kata Dadi.
Sementara itu, Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinkes Garut Ade Rohimat mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel makanan yang diduga terkontaminasi bakteri dari pesta pernikahan tersebut. Sampel makanan ini rencananya akan diperiksa di laboratorium Kota Bandung.
Fani Ferdiansyah
(ftr)