Ratusan Kera Rusak Puluhan Hektare Tanaman Jagung
A
A
A
KUDUS - Ratusan kera ekor panjang yang menghuni hutan di kawasan Gunung Muria turun ke lereng Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ratusan kera tersebut merusak puluhan hektare tanaman jagung milik petani setempat.
Perangkat Desa Rahtawu, Suratno, mengatakan jumlah kera di Pegunungan Muria sebenarnya berjumlah ribuan. Namun yang turun dan menyerbu ladang jagung milik petani hanya ratusan ekor.
Menurut Suratno, kebiasaan “buruk” kera menyerbu ladang milik petani sudah berlangsung lama. Ladang tanaman jagung yang diserang biasanya jauh dari rumah warga. Dan rata-rata, serangan kera itu berlangsung antara November hingga Desember.
“Petani tidak bisa berbuat banyak. Karena serangan kera itu tak tentu waktunya. Kadang bisa pagi, siang atau bahkan malam hari,” kata Suratno Selasa (6/1/2015).
Saat ini masih ada sebagian tanaman jagung yang belum dipanen, sehingga masih banyak kera yang berkeliaran. Terkadang, kera- kera itu berkeliaran hingga jalan- jalan desa. Namun saat melihat manusia, kera itu langsung lari kembali ke hutan. Tapi saat kondisinya sepi mereka menyerang lagi,” jelasnya.
Beberapa tahun lalu, pernah dilakukan upaya perburuan kera- kera itu. Namun upaya itu tak berlangsung lama. Sebab ada cerita turun temurun terkait keberadaan kera itu. Warga khawatir terjadi sesuatu dengan mereka jika mengusik keberadaan kera Gunung Muria.
Kera itu akhirnya tidak dibunuh tapi hanya diusir jika menyerang ladang jagung. “Akhirnya populasi kera pun terus bertambah tiap tahunnya,” ucap Suratno.
Karena tak ingin terus menerus merugi akibat serangan kera, warga pun mulai memutar otak. Mereka tak lagi hanya menanam jagung namun juga membudidayakan pohon lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti kopi, kemiri, sengon maupun pohon karet. “Jagung tetap, tapi luasannya berkurang,” paparnya.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Budi Santoso mengatakan, total lahan jagung di Desa Rahtawu sekitar 100 hektare. Luasan lahan jagung yang rusak akibat serangan kera berkisar antara 10% - 20% dari total luasan lahan.
“Sebenarnya yang diserang bukan hanya jagung saja. Tapi juga tanaman palawija lainnya, namun jumlahnya relatih lebih kecil. Paling besar memang jagung itu,” tandasnya.
Perangkat Desa Rahtawu, Suratno, mengatakan jumlah kera di Pegunungan Muria sebenarnya berjumlah ribuan. Namun yang turun dan menyerbu ladang jagung milik petani hanya ratusan ekor.
Menurut Suratno, kebiasaan “buruk” kera menyerbu ladang milik petani sudah berlangsung lama. Ladang tanaman jagung yang diserang biasanya jauh dari rumah warga. Dan rata-rata, serangan kera itu berlangsung antara November hingga Desember.
“Petani tidak bisa berbuat banyak. Karena serangan kera itu tak tentu waktunya. Kadang bisa pagi, siang atau bahkan malam hari,” kata Suratno Selasa (6/1/2015).
Saat ini masih ada sebagian tanaman jagung yang belum dipanen, sehingga masih banyak kera yang berkeliaran. Terkadang, kera- kera itu berkeliaran hingga jalan- jalan desa. Namun saat melihat manusia, kera itu langsung lari kembali ke hutan. Tapi saat kondisinya sepi mereka menyerang lagi,” jelasnya.
Beberapa tahun lalu, pernah dilakukan upaya perburuan kera- kera itu. Namun upaya itu tak berlangsung lama. Sebab ada cerita turun temurun terkait keberadaan kera itu. Warga khawatir terjadi sesuatu dengan mereka jika mengusik keberadaan kera Gunung Muria.
Kera itu akhirnya tidak dibunuh tapi hanya diusir jika menyerang ladang jagung. “Akhirnya populasi kera pun terus bertambah tiap tahunnya,” ucap Suratno.
Karena tak ingin terus menerus merugi akibat serangan kera, warga pun mulai memutar otak. Mereka tak lagi hanya menanam jagung namun juga membudidayakan pohon lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti kopi, kemiri, sengon maupun pohon karet. “Jagung tetap, tapi luasannya berkurang,” paparnya.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Budi Santoso mengatakan, total lahan jagung di Desa Rahtawu sekitar 100 hektare. Luasan lahan jagung yang rusak akibat serangan kera berkisar antara 10% - 20% dari total luasan lahan.
“Sebenarnya yang diserang bukan hanya jagung saja. Tapi juga tanaman palawija lainnya, namun jumlahnya relatih lebih kecil. Paling besar memang jagung itu,” tandasnya.
(lis)