UGM Kirim Ahli Forensik Gigi

Selasa, 06 Januari 2015 - 17:35 WIB
UGM Kirim Ahli Forensik Gigi
UGM Kirim Ahli Forensik Gigi
A A A
YOGYAKARTA - UGM mengirim dua pakar odontologi forensik untuk membantu Tim Disaster Victim Identification (DVI) dalam mengidentifikasi jenazah penumpang Pesawat AirAsia QZ8501. Proses Identifikasi yang dilakukan para ahli UGM melalui gigi korban dinilai paling efektif.

Dua orang yang dikirim tersebut adalah Prof dr drg Sudibyo SU SpPerio (K) dan Dr drg Ahmad Syaify SpPerio (K).

Menurut Rektor UGM Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati PhD, kedua orang pakar tersebut berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

"Untuk Prof Sudibyo bahkan sudah terlibat langsung dalam tim DVI Polda Jatim sejak Jumat 2 Januari lalu. Kabarnya, salah satu korban yang berhasil diidentifikasi langsung olehnya adalah penumpang bernama Hayati Lutfiah Hamid," ujarnya.

Sementara itu, menurut Sudibyo, tidak mudah mengidentifikasi jenazah penumpang AirAsia. Umumnya kondisi wajah korban yang rusak karena mengalami benturan dan terendam di air laut.

"Sekarang tim DVI memasuki tahapan post morten identification, disana berkumpul ahli-ahli forensik, ahli DNA dan ahli odontologi forensik," katanya usai kunjungan singkat dengan Rektor UGM.

Pria yang pernah ditunjuk sebagai Ketua Tim Odontologi Forensik RS Sardjito Yogyakarta ini menuturkan, untuk mengidentifikasi korban penumpang pesawat AirAsia yang jatuh di selat Karimata membutuhkan dua syarat, yakni data primer berupa DNA, sidik jari dan gigi korban.

Selanjutnya data sekunder berupa dokumen penting yang mendukung proses identifikasi korban.

"Dari berbagai data tersebut, identifikasi yang paling handal adalah lewat pemeriksaan gigi korban. Ini karena gigi masih dalam kondisi utuh dan masih bisa diidentifikasi walaupun kondisi korban dalam keadaan terbakar, terbentur maupun terendam di air. Meski dari DNA bisa, tapi butuh waktu lebih lama," jelasnya.

Sudibyo memaparkan, proses identifikasi korban lewat gigi bisa dilakukan dengan cara mengetahui cerita dari para keluarga mengenai kondisi gigi korban selama masih hidup.

Dengan mengetahui ciri-ciri seperti gigi tidak rata, pengalaman gigi patah atau riwayat pencabutan gigi justru membuat identifikasi semakin cepat.

"Cara ini juga yang saya lakukan saat pertama kali mengidentifikasi Hayati Lutfiah Hamid," imbuhnya.

Diakui Sudibyo keberangkatannya ke Surabaya diawali inisiatif dan biaya sendiri untuk membantu proses identifikasi korban.

Sebagai anggota tim odontologi forensik nasional, dia mengaku merasa terpanggil apabila terjadi bencana di Indonesia yang memang membutuhkan keahliannya di bidang forensik gigi.

Keahliannya tersebut juga dia praktikkan langsung saat membantu para korban gempa Bantul di 2006. Saat itu dia berhasil melakukan identifikasi 17 korban.

Di tahun yang sama, Sudibyo juga terlibat identifikasi korban awan panas di Bungker Merapi dan identifikasi jenazah Mbah Marijan setelah erupsi Merapi 2010.

Keterlibatannya juga diakui saat mengidentifikasi jenazah penumpang Pesawat Garuda GA 200 yang terbakar pada 2007.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6526 seconds (0.1#10.140)