Lecet-Lecet dan Motor Rusak, Itu Risiko

Senin, 05 Januari 2015 - 11:29 WIB
Lecet-Lecet dan Motor...
Lecet-Lecet dan Motor Rusak, Itu Risiko
A A A
SEMARANG - Setiap anak muda tentu punya hobi, yang jika terus dikembangkan, prestasi bisa pun diraih. Seperti Loenpia Xtreme Semarang (LXS), komunitas free style extreme sepeda motor.

Komunitas ini satu-satunya yang mampu eksis hampir 10 tahun, baikdi kancah lokal Semarang maupun nasional. LXS mempunyai seabrek prestasi. Di antaranya Juara I Matic (Surya12, Kediri 2011), Juara 1 Matic (Surya12, Surabaya 2011), Juara I Matic Freestyle Competition Djarum Black 2011 Seri 1 (22 Oktober 2011 Magelang),

Juara 1 Matic Profesional; U Mild Feestrack Stunride Competition 2011 (Surabaya), Juara 1 Matic Freestyle Competition Djarum Black 2011 Seri2 (9 Desember 2011, Yogyakarta), Juara 1 Matic U Mild Feestrack Stunt Competition 2012 (Sukabumi), Juara 1 Matic Open: All You Can Ride Freestyle Competition 2012 (Yogyakarta).

Teranyar, para riders -nya menyabet Juara 1 kelas sport , Juara 2 kelas Pro Matic, Juara 2 Kelas Regional Matic, dan Juara 2 Tim Exibishi di Sidrap, Sulawesi Selatan penghujung 2014 lalu. Anggotanya bukan hanya dari Semarang, tercatat ada dari Pati, Purwodadi, Kendal, hingga Solo.

Ketua LXS Choirul Syaifudin alias Aroel, 33, bercerita, klub freestyle motor pimpinannya itu berdiri 9 Juni 2006 silam. Ini diawali dari kegelisahan tidak adanya wadah bagi pencinta freesytle motor ekstrem.

“Kalau dulu di Jalan Pahlawan Kota Semarang ada trek-trekan motor, kami (freestyle ) datang, trek-trekan langsung berhenti. Kenapa? Karena mereka semua jadi menonton kami,” kata Aroel kepada KORAN SINDO saat latihan di GOR Jatidiri Semarang, kemarin.

Atraksi yang ditunjukkan memang sangat menarik. Bagaimana sepeda motor dikemudikan sedemikian rupa dengan sangat atraktif. Mulai berputar- putar dengan satu ban, aksi mengangkat roda belakang, hingga akrobat lainnya. Aroel menjelaskan, setidaknya ada empat kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang freestyler .

Yakni wheely (berputar), stoopie (mengangkat roda belakang), burn out (membakar ban), hingga akrobatik. “Itu semacam regulasi freestyle ,” tutur Aroel yang juga seorang freestyler sepeda motor ekstrem ini. Tak ingin disebut komunitas liar yang kerap mengganggu kenyamanan warga, LXS selalu menekankan anggotanya tertib aturan.

Berlatih di tempat yang disediakan dan terus berkreatif. LXS sejak 2006 terdaftar di Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Indonesian Stunride Asociation (ISA). Ini bukti legalitas LXS tak main-main. Pada 20 April 2008 silam, tim LXS ini juga dirangkul Polrestabes Semarang masuk dalam Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM).

Hingga saat ini, tim LXS pun masih aktif dan eksis mengikuti kegiatan-kegiatan motor show , baik kompetisi maupun exhibishi di Indonesia. KORAN SINDO pada Minggu sore itu melihat LXS berlatih di GOR Jatidiri Semarang. Seorang rider , Tino Cemani, menggunakan motor matik nya serius berlatih meskipun gerimis turun membasahi aspal.

Dia memakai aneka peralatan pelindung tubuh, termasuk helm full face . Teman-temannya serius menonton tak terkecuali Aroel yang juga ikut memberikan semacam instruksi. “Ya , keamanan itu penting. Meminimalisasi risiko,” katanya.

Tak berlebihan jika seorang freestyler harus memerhatikan betul aspek keamanan. Sebab, risiko jatuh membuat lecetlecet hingga luka cukup parah bisa saja terjadi. “Risiko lain ya motor rusak. Tak kalah penting itu harus punya nyali. Percuma kalau sarana prasarana ada, tapi enggak punya nyali,” kata Aroel.

LXS berharap freestyle dapat terus dan lebih berkembang di Indonesia. Sama seperti cabang olahraga lain seperti road race hingga drag race. “Kalau tertarik gabung, silakan datang ke sekretariat kami, Jalan Taman Karonsih 2 nomor 1129 RT 05/04 Perumahan Sulanji Ngaliyan. Atau bisa menghubungi saya di 085225416969,” katanya.

Eka Setiawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3722 seconds (0.1#10.140)