Klewer Terbakar karena Korsleting Listrik
A
A
A
SEMARANG - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah (Jateng) menyimpulkan kebakaran Pasar Klewer Solo pada Sabtu (27/12) malam, disebabkan hubungan pendek arus listrik. Titik api diketahui muncul pertama kali dari kios Blok D di lantai 1.
Kapolda Jateng, Irjen Pol Nur Ali, mengatakan, kesimpulan itu merupakan hasil yang didapat dari penyelidikan yang dilakukan Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim Polri Cabang Semarang. “Di sana (Blok D lantai 1) itu terjadi air masuk ke pembagi arus. Itu menyebabkan bunga api. Tidak ada korban jiwa,” ungkapnya, kemarin.
Kesimpulan tersebut sekaligus menepis anggapan yang beredar terutama di kalangan para pedagang setempat yang menyebut ada sabotase alias ada kesengajaan di balik kebakaran itu. Terkait hal ini, Nur Ali mengakui sejak malam kejadian itu informasi tersebut memang ramai berkembang.
“Malam itu saya sudah di TKP (tempat kejadian). Itu kan praduga. Kami membuktikan secara labfor,” ucapnya. Terkait kerugian total insiden itu, Nur Ali menyebut semuanya sudah dikirimkan laporan ke pihak Polresta Solo. Diketahui, selain Labfor Bareskrim Polri Cabang Semarang, tim-tim ahli dari Polda Jateng juga diturunkan untuk menyelidiki penyebab pasti insiden itu.
Di antaranya Tim Indonesian Automatic Fingerprint System (INAFIS) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Jateng, dan Tim Crime Scene Investigation (CSI). Kebakaran itu menghanguskan total 1.700 bangunan kios. Rinciannya, 1.000 kios di lantai 2, dan 700 kios dilantai 1.
Kepala Seksi Identifikasi Dit Reskrimum Polda Jateng, Kompol Sukhamdi, menambahkan, melakukan olah kejadian dan identifikasi bersama labfor untuk mengetahui penyebab pasti kebakaran itu. “Sampel (yang terbakar) dibawa ke Semarang untuk diteliti,” katanya.
HPPK Minta Maaf
Sementara Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) mencabut pernyataannya mengenai tuduhan sabotase dalam kejadian kebakaran Pasar Klewer beberapa waktu lalu. Pejabat Humas HPPK, Kusbani, mengatakan, dugaan sabotase spontanitas diungkapkan para pedagang karena mereka saat itu sedang panik. “Hasil penyelidikan sudah jelas dan ternyata bukan karena sabotase, melainkan karena korsleting listrik,” ucapnya.
Kusbani juga meminta kepada para pedagang tidak terus mengembuskan isu tersebut ke masyarakat. “Kami meminta maaf dan kami berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan agar kami bisa berjualan kembali,” ujarnya.
Sementara itu, rencana Pemkot Solo membangun pasar darurat di kawasan Alun-alun Keraton Kasunanan Surakarta sepertinya tidak akan berjalan mulus. Sebab, banyak aspek yang perlu diperhatikan untuk mendirikan pasar darurat di lokasi tersebut.
Pengageng Wadana Keraton Kasunanan Surakarta, KP Satriyo Hadinagoro, menyebutkan, aspek yang perlu diperhatikan di antaranya aspek kewibawaan keraton, yakni aspek sejarah dan aspek penyelamatan benda cagar budaya (BCB). Jika dari beberapa aspek tersebut tidak memenuhi syarat, pasar darurat itu tidak bisa dibangun.
“Perlu pemikiran panjang untuk menempatkan para pedagang di alun-alun keraton, tidak langsung dengan mudah ditempatkan di lokasi itu,” ucap Satriyo. Pihak lembaga keraton harus melakukan rapat terlebih dahulu menyikapi hal itu.
Rapat itu untuk menentukan masing-masing persepsi antara pengageng keraton. “Jangan sampai pembangunan pasar darurat itu justru akan merusak simbol budaya yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta,” katanya.
Eka Setiawan/ Arief Setiawan
Kapolda Jateng, Irjen Pol Nur Ali, mengatakan, kesimpulan itu merupakan hasil yang didapat dari penyelidikan yang dilakukan Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim Polri Cabang Semarang. “Di sana (Blok D lantai 1) itu terjadi air masuk ke pembagi arus. Itu menyebabkan bunga api. Tidak ada korban jiwa,” ungkapnya, kemarin.
Kesimpulan tersebut sekaligus menepis anggapan yang beredar terutama di kalangan para pedagang setempat yang menyebut ada sabotase alias ada kesengajaan di balik kebakaran itu. Terkait hal ini, Nur Ali mengakui sejak malam kejadian itu informasi tersebut memang ramai berkembang.
“Malam itu saya sudah di TKP (tempat kejadian). Itu kan praduga. Kami membuktikan secara labfor,” ucapnya. Terkait kerugian total insiden itu, Nur Ali menyebut semuanya sudah dikirimkan laporan ke pihak Polresta Solo. Diketahui, selain Labfor Bareskrim Polri Cabang Semarang, tim-tim ahli dari Polda Jateng juga diturunkan untuk menyelidiki penyebab pasti insiden itu.
Di antaranya Tim Indonesian Automatic Fingerprint System (INAFIS) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Jateng, dan Tim Crime Scene Investigation (CSI). Kebakaran itu menghanguskan total 1.700 bangunan kios. Rinciannya, 1.000 kios di lantai 2, dan 700 kios dilantai 1.
Kepala Seksi Identifikasi Dit Reskrimum Polda Jateng, Kompol Sukhamdi, menambahkan, melakukan olah kejadian dan identifikasi bersama labfor untuk mengetahui penyebab pasti kebakaran itu. “Sampel (yang terbakar) dibawa ke Semarang untuk diteliti,” katanya.
HPPK Minta Maaf
Sementara Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) mencabut pernyataannya mengenai tuduhan sabotase dalam kejadian kebakaran Pasar Klewer beberapa waktu lalu. Pejabat Humas HPPK, Kusbani, mengatakan, dugaan sabotase spontanitas diungkapkan para pedagang karena mereka saat itu sedang panik. “Hasil penyelidikan sudah jelas dan ternyata bukan karena sabotase, melainkan karena korsleting listrik,” ucapnya.
Kusbani juga meminta kepada para pedagang tidak terus mengembuskan isu tersebut ke masyarakat. “Kami meminta maaf dan kami berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan agar kami bisa berjualan kembali,” ujarnya.
Sementara itu, rencana Pemkot Solo membangun pasar darurat di kawasan Alun-alun Keraton Kasunanan Surakarta sepertinya tidak akan berjalan mulus. Sebab, banyak aspek yang perlu diperhatikan untuk mendirikan pasar darurat di lokasi tersebut.
Pengageng Wadana Keraton Kasunanan Surakarta, KP Satriyo Hadinagoro, menyebutkan, aspek yang perlu diperhatikan di antaranya aspek kewibawaan keraton, yakni aspek sejarah dan aspek penyelamatan benda cagar budaya (BCB). Jika dari beberapa aspek tersebut tidak memenuhi syarat, pasar darurat itu tidak bisa dibangun.
“Perlu pemikiran panjang untuk menempatkan para pedagang di alun-alun keraton, tidak langsung dengan mudah ditempatkan di lokasi itu,” ucap Satriyo. Pihak lembaga keraton harus melakukan rapat terlebih dahulu menyikapi hal itu.
Rapat itu untuk menentukan masing-masing persepsi antara pengageng keraton. “Jangan sampai pembangunan pasar darurat itu justru akan merusak simbol budaya yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta,” katanya.
Eka Setiawan/ Arief Setiawan
(ftr)