Legislator Keluhkan Kelangkaan Elpiji
A
A
A
MAJALENGKA - Dewan DPRD Kabupaten Majalengka mengeluhkan kelangkaan elpiji 3 kg yang tak kunjung tuntas dan kerap dikeluhkan warga hingga saat ini.
Apalagi harga eceran di ber bagai daerah di Kabupaten Majalengka tidak merata dari mulai Rp19.000 - Rp25.000. Hal itu terungkap dalam pertemuan antara Komisi B DPRD Kabupaten Majalengka dengan Hiswanamigas, disperindag, pe rwakilan Pertamina, dan KUKM (koperasi usaha kecil menengah), di ruangan Bamus DPRD setempat, kemarin.
Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Majalengka Deden Hardian Naryanto mengatakan, pihaknya kerap mendapatkan keluhan dari masyarakat terkait kelangkaan gas elpiji yang hingga saat ini belum menemukan solusi. Termasuk tidak meratanya harga eceran elpiji 3 kg. “Kami hanya meminta agar masalah kelangkaan gas elpiji dan tarifnya tidak terus berlanjut, hingga masyarakat akhirnya dibuat resah atas kelangkaan elpiji ini,” pinta politisi PKS ini, kemarin.
Dia mengatakan, pertemuan ini tiada lain untuk mencari jalan keluar atas masalah elpiji 3 kg, sekaligus mengklarifikasi dan mencari solusi atas masalah tersebut. Termasuk lemahnya pengawasan dari instansi terkait mengenai pendistribusiaan elpiji. “Kami merasa prihatin atas masalah ini. Oleh karena itu, kami sebagai anggota dewan tidak tinggal diam dan terus menggali informasi serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menyelediki penyebab ketiadaan elpiji ini,” tukasnya.
Anggota DPRD lainnya Dede Aif Mussofa menambahkan, persoalan kelangkaan dan tingginya harga eceran dikarenakan berubahnya Harga Ecer an Tertinggi (HET) gas 3 kg dari pangkalan yang semula Rp 14.000 menjadi Rp16.000/ tabung. Tentu kondisi ini berimplikasi pada harga di tingkat pengecer. “Diyakini harga elpiji 3 kg di pengecer harganya akan semakin melambung, maka perlunya Pemkab Majalengka mengkaji HET ini,” katanya.
Sekretaris Disperindag KUKM Kabupaten Majalengka Nunu Rohaenudin menjelaskan, berdasarkan laporan yang dimilikinya pasokan elpiji di Kabupaten Majalengka sudah sesuai ketentuan yang berlaku. Bahkan pada 2014 ini, pihaknya sudah melayangkan surat ke pemerintah guna meminta tambahan pasokan gas elpiji di wilayah Kabupaten Majalengka.
“Saat ini tabung gas 3 kg di Majalengka setiap tahunnya mengalami penambahan. Pada 2012 lalu ada 7 juta, 2013 ada 8 juta dan sekarang 2014 kami akan mengusulkan ke pemerintah dan Pertamina 10 juta. Nah, kalau sekarang masih mengalami kelangkaaan terus masalahnya ada di mana,” ujarnya.
Pengurus Hiswanamigas Iis Iskandar mengatakan, jika selama ini pasokan elpiji sudah sesuai ketentuan yang berlaku. Namun, kelangkaan gas elpiji bisa dikarenakan tidak tepat sasaran penggunaannya.
“Seharusnya elpiji 3 kg ini un - tuk orang miskin, tapi banyak digunakan orang mampu. Dan bisa saja kelangkaan ini terjadi akibat adanya imigrasi dari ukuran 12 kg ke 3 kg yang mendapatkan subsidi dari pemerintah,” paparnya.
Ade Nurjanah
Apalagi harga eceran di ber bagai daerah di Kabupaten Majalengka tidak merata dari mulai Rp19.000 - Rp25.000. Hal itu terungkap dalam pertemuan antara Komisi B DPRD Kabupaten Majalengka dengan Hiswanamigas, disperindag, pe rwakilan Pertamina, dan KUKM (koperasi usaha kecil menengah), di ruangan Bamus DPRD setempat, kemarin.
Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Majalengka Deden Hardian Naryanto mengatakan, pihaknya kerap mendapatkan keluhan dari masyarakat terkait kelangkaan gas elpiji yang hingga saat ini belum menemukan solusi. Termasuk tidak meratanya harga eceran elpiji 3 kg. “Kami hanya meminta agar masalah kelangkaan gas elpiji dan tarifnya tidak terus berlanjut, hingga masyarakat akhirnya dibuat resah atas kelangkaan elpiji ini,” pinta politisi PKS ini, kemarin.
Dia mengatakan, pertemuan ini tiada lain untuk mencari jalan keluar atas masalah elpiji 3 kg, sekaligus mengklarifikasi dan mencari solusi atas masalah tersebut. Termasuk lemahnya pengawasan dari instansi terkait mengenai pendistribusiaan elpiji. “Kami merasa prihatin atas masalah ini. Oleh karena itu, kami sebagai anggota dewan tidak tinggal diam dan terus menggali informasi serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menyelediki penyebab ketiadaan elpiji ini,” tukasnya.
Anggota DPRD lainnya Dede Aif Mussofa menambahkan, persoalan kelangkaan dan tingginya harga eceran dikarenakan berubahnya Harga Ecer an Tertinggi (HET) gas 3 kg dari pangkalan yang semula Rp 14.000 menjadi Rp16.000/ tabung. Tentu kondisi ini berimplikasi pada harga di tingkat pengecer. “Diyakini harga elpiji 3 kg di pengecer harganya akan semakin melambung, maka perlunya Pemkab Majalengka mengkaji HET ini,” katanya.
Sekretaris Disperindag KUKM Kabupaten Majalengka Nunu Rohaenudin menjelaskan, berdasarkan laporan yang dimilikinya pasokan elpiji di Kabupaten Majalengka sudah sesuai ketentuan yang berlaku. Bahkan pada 2014 ini, pihaknya sudah melayangkan surat ke pemerintah guna meminta tambahan pasokan gas elpiji di wilayah Kabupaten Majalengka.
“Saat ini tabung gas 3 kg di Majalengka setiap tahunnya mengalami penambahan. Pada 2012 lalu ada 7 juta, 2013 ada 8 juta dan sekarang 2014 kami akan mengusulkan ke pemerintah dan Pertamina 10 juta. Nah, kalau sekarang masih mengalami kelangkaaan terus masalahnya ada di mana,” ujarnya.
Pengurus Hiswanamigas Iis Iskandar mengatakan, jika selama ini pasokan elpiji sudah sesuai ketentuan yang berlaku. Namun, kelangkaan gas elpiji bisa dikarenakan tidak tepat sasaran penggunaannya.
“Seharusnya elpiji 3 kg ini un - tuk orang miskin, tapi banyak digunakan orang mampu. Dan bisa saja kelangkaan ini terjadi akibat adanya imigrasi dari ukuran 12 kg ke 3 kg yang mendapatkan subsidi dari pemerintah,” paparnya.
Ade Nurjanah
(ftr)