Apa Itu Alat ELT di AirAsia yang Tak Berbunyi?
A
A
A
JAKARTA - Kepala Basarnas Jakarta Sutrisno heran sistem pemberitahuan darurat Emergency Locator Transmitter (ELT) pada pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak tak berbunyi, sehingga lokasi pesawat hingga kini belum terdeteksi.
Lalu alat apakah itu ELT?
ELT merupakan alat yang memancarkan sinyal radio agar lokasi dari suatu pesawat dapat diketahui dari sistem deteksi yang ada.
Alat tersebut dibuat dan dipasang pada pesawat agar bisa memberikan informasi lokasi dari pesawat saat terjadi crash melalui sinyal yang dimiliki.
Frekuensi yang digunakan untuk operasi alat ini ialah 121,5 megahertz (MHz) bagi darurat penerbangan sipil serta 243 MHzuntuk penerbangan militer dengan frekuensi UHF darurat penerbangan.
Namun di awal kemunculannya alat ini bukan tanpa kekurangan. Salah satunya ialah karena suara berdaya rendah, sehingga kerap terlindas transmisi suara yang berdaya tinggi.
Untuk memaksimalkan alat ini maka dibuat dengan sistem berbasis satelit. Kondisi saat ini sudah ada satelit pendukung ELT.
Dalam operasinya, sistem yang dirancang untuk menginformasikan keadaan darurat ini didukung dua satelit yakni satelit-satelit Geosar (Geostationary SAR) dan yang kedua adalah satelit-satelit Leosar (Low-Earth Orbit Search-and-Rescue).
Untuk Geosar terdapat tiga satelit geostasioner yakni dua dari AS (GOES-Weast, GOES-East), satu dari Eropa (MSG) dan satu dari India (INSAT-3D).
Berbeda dengan Geosar, komponen Leosar saat ini didukung dengan enam satelit meteorologi yang mengorbit di ketinggian 850 km.
Satelit-satelit itu didukung instrumen SAR dan mengorbit bumi dari kutub ke kutub satu kali setiap 100 menit. Enam satelit tersebut dinamai dengan penamaan S07, S08, S09,S10,S11,S12.
Sebelumnya, Kepala Basarnas Jakarta Sutrisno mengaku heran atas insiden hilang kontaknya pesawat QZ8501 milik AirAsia, Minggu pagi.
"Kami belum mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Jika jatuh, Emergency Locator Tramsiter (ELT) pesawat tersebut seharusnya berbunyi. Begitupun ketika kertena benturan keras atau masuk ke air," kata Sutrisno kepada wartawan, di Tangerang, Minggu (28/12/2014).
Namun katanya lagi, sampai sekarang ELT tersebut tidak berbunyi dan keberadaan pesawat tidak terdeteksi.
"Kalau pesawat itu tidak landing di Singapura, kami cari ke mana? Jadi kami belum berasumsi apa-apa,” terangnya.
Lalu alat apakah itu ELT?
ELT merupakan alat yang memancarkan sinyal radio agar lokasi dari suatu pesawat dapat diketahui dari sistem deteksi yang ada.
Alat tersebut dibuat dan dipasang pada pesawat agar bisa memberikan informasi lokasi dari pesawat saat terjadi crash melalui sinyal yang dimiliki.
Frekuensi yang digunakan untuk operasi alat ini ialah 121,5 megahertz (MHz) bagi darurat penerbangan sipil serta 243 MHzuntuk penerbangan militer dengan frekuensi UHF darurat penerbangan.
Namun di awal kemunculannya alat ini bukan tanpa kekurangan. Salah satunya ialah karena suara berdaya rendah, sehingga kerap terlindas transmisi suara yang berdaya tinggi.
Untuk memaksimalkan alat ini maka dibuat dengan sistem berbasis satelit. Kondisi saat ini sudah ada satelit pendukung ELT.
Dalam operasinya, sistem yang dirancang untuk menginformasikan keadaan darurat ini didukung dua satelit yakni satelit-satelit Geosar (Geostationary SAR) dan yang kedua adalah satelit-satelit Leosar (Low-Earth Orbit Search-and-Rescue).
Untuk Geosar terdapat tiga satelit geostasioner yakni dua dari AS (GOES-Weast, GOES-East), satu dari Eropa (MSG) dan satu dari India (INSAT-3D).
Berbeda dengan Geosar, komponen Leosar saat ini didukung dengan enam satelit meteorologi yang mengorbit di ketinggian 850 km.
Satelit-satelit itu didukung instrumen SAR dan mengorbit bumi dari kutub ke kutub satu kali setiap 100 menit. Enam satelit tersebut dinamai dengan penamaan S07, S08, S09,S10,S11,S12.
Sebelumnya, Kepala Basarnas Jakarta Sutrisno mengaku heran atas insiden hilang kontaknya pesawat QZ8501 milik AirAsia, Minggu pagi.
"Kami belum mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Jika jatuh, Emergency Locator Tramsiter (ELT) pesawat tersebut seharusnya berbunyi. Begitupun ketika kertena benturan keras atau masuk ke air," kata Sutrisno kepada wartawan, di Tangerang, Minggu (28/12/2014).
Namun katanya lagi, sampai sekarang ELT tersebut tidak berbunyi dan keberadaan pesawat tidak terdeteksi.
"Kalau pesawat itu tidak landing di Singapura, kami cari ke mana? Jadi kami belum berasumsi apa-apa,” terangnya.
(maf)