Ratusan Hektare Sawah Rusak
A
A
A
BANDUNG - Bencana banjir yang melanda Kabupaten Bandung selama beberapa hari terakhir selain merendam ratusan rumah warga, juga 365 hektare (ha) sawah.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan, 365 hektare sawah di sejumlah kecamatan rusak akibat terendam banjir. Bahkan, 50% diantara sawah terendam itu dipastikan terancam puso atau gagal panen. Sawah yang terendam tersebut berada di Kecamatan Rancaekek seluas 195 hektare, Paseh 13 ha, Solokanjeruk 8 ha, Cileunyi 6 ha, Banjaran 48 ha, Pameungpeuk 28 ha, dan Bojongsoang 70 ha.
“Hampir semua lahan sawah itu rusak akibat terendam bencana banjir luapan dari Sungai Citarum dan Cisangkuy yang kini melanda Kabupaten Bandung,” kata Tisna kemarin. Menurut dia, jika banjir ini terus terjadi dalam artian tidak surut selama seminggu, sawah bisa dipastikan mengalami puso. Sebab, sebagai areal pertanian yang terendam itu tengah memasuki masa persemaian.
“Saat ini mayoritas tanaman padi yang terendam sudah memasuki usia 60 hari. Bila tetap terendam dipastikan tanaman akan busuk dan mengakibatkan gagal panen,” ujar dia. Kondisi tersebut, lanjut Tisna, berpotensi menyebabkan kerugian materi hingga Rp4,5 miliar dengan asumsi Rp3 juta per hektare. Jika demikian, petani terpaksa harus menanam ulang setelah banjir surut.
Dampak banjir tahun ini pun meningkat tiga kali lipat dibandingkan 2013 dengan luas sawah terendam sekitar 100 hektare. “Potensi puso sekarang bisa mencapai 150 hektare. Tahun lalu, curah hujan tidak terlalu tinggi seperti saat ini,” ungkap Tisna.
Sementara itu, bencana banjir yang melanda tiga keca matan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang semakin parah, kemarin. Sejumlah akses utama yang menghubungkan Kabupaten Bandung menuju Kota Bandung masih terputus akibat genangan air, seperti Jalan Terusan Mohammad Toha, Dayeuhkolot, Banjaran, terusan Bojongsoang dengan ketinggian air sekitar 50 sentimeter (cm).
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, bencana banjir di tiga kecamatan itu terus meluas. Jumlah rumah yang tergenang banjir pun bertambah hanya dalam kurun waktu sehari akibat hujan deras yang mengguyur tanpa henti. “Selain memutuskan akses jalan tercatat, 36.000 rumah warga dilokasi itu terendam. Sekitar 6.300 jiwa kini telah berada di lokasi pengungsian,” kata Marlan.
Dia menuturkan, pihaknya telah mengerahkan tim dari BPBD, Basarnas, Tagana, TNI, dan Polri untuk melakukan evakuasi warga. Pasalnya, air di lokasi terdampak bencana di tiga kecamatan terus meninggi. Aliran air Sungai Citarum pun semakin deras. “Evakuasi telah kami laksanakan sejak beberapa hari lalu. Warga yang bertahan di rumah sejak semalam sudah diminta untuk mengungsi,” tutur dia.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengunjungi ka wasan Dayeuhkolot, kemarin. Deddy mengatakan, untuk mengatasi banjir di Kabupaten Bandung Pemprov kini fokus pada rencana pembuatan waduk atau kolam retensi.
Rencana tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. “BBWS harus mengevaluasi sejumlah waduk yang telah ada,” kata Deddy. Menurut Wagub, BBWS akan membuat 22 waduk kecil plus tiga waduk besar di Bojong Citepus, Parunghalang, dan Cieunteung.
Dua waduk besar telah dibangun di Bojong citepus dan Parunghalang saat ini tidak berfungsi. “Jangan sampai pinjaman Rp35 triliun hilang entah ke mana. Kalau tidak ada perawatan dan kontrol, percuma,” ujar dia.
Bencana Landa Sejumlah Daerah
Tanah ambles dan ancaman ben cana longsor terjadi di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Badan Penanggulangan Ben cana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat, tanah ambles dan longsor terjadi di Desa Sagara dan Maroko. “Di Desa Sagara, Jalan Ciete yang me rupakan akses menuju Kecamatan Cibalong, ambles,” kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut TB Agus, kemarin.
Selain itu, empat rumah milik warga di Kampung Cibodas RT 02/02, Desa Sagara pun terancam longsor tebing. Penghuni empat rumah itu telah dievakuasi ke tempat aman. “Sementara di Desa Maroko, jalan penghubung antara Desa Maroko dan Simpang terancam ambles karena tergerus arus air. Enam unit rumah warga di Kampung Cikole, Desa Maroko juga terancam longsor,” ujar dia.
Di Kecamatan Cikelet, satu jembatan darurat Leuwikacapi di atas Sungai Cipasarangan, Desa Karangsari hanyut dibawa arus banjir bandang sekitar pukul 13.30 WIB kemarin. “Jembatan itu penghubung antara Desa Karang sari dan Desa Linggamanik,” kata Camat Cikelet Asep Sutisna. Pemkab Garut menganggarkan dana Rp6 miliar untuk pengadaan alat berat.
Jika tidak ada halangan, pengadaan tersebut akan dilakukan pada pertengahan Januari 2015 mendatang. “Mudah-mudahan terealisasi. Kebutuhan alat berat sangat besar di saat tingginya risiko bencana alam di wilayah Kabupaten Garut,” kata Kepala Dinas Binamarga Garut Eded Komara Nugraha, kemarin.
Sementara itu, di Kabupaten Pangandaran, banjir merendam Desa Kalipucang dan Tung gilis, Kecamatan Padaherang dan Kalipucang. Aktivitas warga dan perekonomian terganggu, bahkan lumpuh. Novan Aray, 27, warga Dusun Nagrak Desa Karangsari Kecamatan Padaherang mengatakan, akibat banjir dia tak bisa berjualan di Pasar Kalipucang.
Di Majalengke, hujan deras yang mengguyur sejak Senin (22/12) malam sekitar pukul 20.00 WIB hinga kemarin pagi menyebabkan banjir merendam sekitar 400 unit rumah warga di Desa Dawuan dan Pagandon, Kecamatan Dawuan, serta Desa Liang Julang dan Kadipaten, Kadipaten.
Banjir terparah terjadi di Blok Anjun, Desa/Kecamatan Kadipaten. Di tempat tersebut, banjir merendam rumah warga dengan ketinggian hingga 1,5 meter, terutama rumah yang berada di bibir sungai. Selain Blok Anjun, Desa/Kecamatan Kadipaten, banjir juga merendam Blok Tahu dan Jogol, Desa Dawuan dengan ketinggian 80 cm. Di kedua blok tersebut, banjir merendam 247 unit rumah warga.
Sedangkan di Blok Daweng Desa Pagandon, banjir mencapai ketinggian sekitar 50 cm. Di blok ini, dua rumah warga rusak berat milik Acip dan Enung. Bencana banjir yang melanda empat desa itu akibat air Sungai Cikasarung dan Ciputih meluap setelah hujan deras mengguyur Majalengka. Kondisi pendangkalan dan banyak tumpukan sampah membuat sungaitidak dapat menampung tingginya debit air hingga akhirnya meluap ke pemukiman warga.
Menjelang dini hari, ketinggian genangan air semakin tinggi hingga sekitar 1,5 meter. Sejumlah warga, terutama yang berusia lanjut maupun perempuan dan anak-anak, mengungsi ke tempat sanak keluarga mereka yang lebih aman. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan unsur TNI-Polri terjun ke lokasi banjir untuk membantu mengevakuasi warga yang rumahnya terendam banjir.
Kepala BPBD Kabupaten Majalengka Tatang Rahmat mengatakan, secara keseluruhan, rumah warga yang terendam banjir di empat desa tersebut mencapai sekitar 400 unit. Namun, banjir yang merendam rumah warga telah surut kemarin siang.
Dila Nashear/ Fani Ferdiansyah/ Syamsul Ma’arif/ Ade Nurjanah
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan, 365 hektare sawah di sejumlah kecamatan rusak akibat terendam banjir. Bahkan, 50% diantara sawah terendam itu dipastikan terancam puso atau gagal panen. Sawah yang terendam tersebut berada di Kecamatan Rancaekek seluas 195 hektare, Paseh 13 ha, Solokanjeruk 8 ha, Cileunyi 6 ha, Banjaran 48 ha, Pameungpeuk 28 ha, dan Bojongsoang 70 ha.
“Hampir semua lahan sawah itu rusak akibat terendam bencana banjir luapan dari Sungai Citarum dan Cisangkuy yang kini melanda Kabupaten Bandung,” kata Tisna kemarin. Menurut dia, jika banjir ini terus terjadi dalam artian tidak surut selama seminggu, sawah bisa dipastikan mengalami puso. Sebab, sebagai areal pertanian yang terendam itu tengah memasuki masa persemaian.
“Saat ini mayoritas tanaman padi yang terendam sudah memasuki usia 60 hari. Bila tetap terendam dipastikan tanaman akan busuk dan mengakibatkan gagal panen,” ujar dia. Kondisi tersebut, lanjut Tisna, berpotensi menyebabkan kerugian materi hingga Rp4,5 miliar dengan asumsi Rp3 juta per hektare. Jika demikian, petani terpaksa harus menanam ulang setelah banjir surut.
Dampak banjir tahun ini pun meningkat tiga kali lipat dibandingkan 2013 dengan luas sawah terendam sekitar 100 hektare. “Potensi puso sekarang bisa mencapai 150 hektare. Tahun lalu, curah hujan tidak terlalu tinggi seperti saat ini,” ungkap Tisna.
Sementara itu, bencana banjir yang melanda tiga keca matan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang semakin parah, kemarin. Sejumlah akses utama yang menghubungkan Kabupaten Bandung menuju Kota Bandung masih terputus akibat genangan air, seperti Jalan Terusan Mohammad Toha, Dayeuhkolot, Banjaran, terusan Bojongsoang dengan ketinggian air sekitar 50 sentimeter (cm).
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, bencana banjir di tiga kecamatan itu terus meluas. Jumlah rumah yang tergenang banjir pun bertambah hanya dalam kurun waktu sehari akibat hujan deras yang mengguyur tanpa henti. “Selain memutuskan akses jalan tercatat, 36.000 rumah warga dilokasi itu terendam. Sekitar 6.300 jiwa kini telah berada di lokasi pengungsian,” kata Marlan.
Dia menuturkan, pihaknya telah mengerahkan tim dari BPBD, Basarnas, Tagana, TNI, dan Polri untuk melakukan evakuasi warga. Pasalnya, air di lokasi terdampak bencana di tiga kecamatan terus meninggi. Aliran air Sungai Citarum pun semakin deras. “Evakuasi telah kami laksanakan sejak beberapa hari lalu. Warga yang bertahan di rumah sejak semalam sudah diminta untuk mengungsi,” tutur dia.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengunjungi ka wasan Dayeuhkolot, kemarin. Deddy mengatakan, untuk mengatasi banjir di Kabupaten Bandung Pemprov kini fokus pada rencana pembuatan waduk atau kolam retensi.
Rencana tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. “BBWS harus mengevaluasi sejumlah waduk yang telah ada,” kata Deddy. Menurut Wagub, BBWS akan membuat 22 waduk kecil plus tiga waduk besar di Bojong Citepus, Parunghalang, dan Cieunteung.
Dua waduk besar telah dibangun di Bojong citepus dan Parunghalang saat ini tidak berfungsi. “Jangan sampai pinjaman Rp35 triliun hilang entah ke mana. Kalau tidak ada perawatan dan kontrol, percuma,” ujar dia.
Bencana Landa Sejumlah Daerah
Tanah ambles dan ancaman ben cana longsor terjadi di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Badan Penanggulangan Ben cana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat, tanah ambles dan longsor terjadi di Desa Sagara dan Maroko. “Di Desa Sagara, Jalan Ciete yang me rupakan akses menuju Kecamatan Cibalong, ambles,” kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut TB Agus, kemarin.
Selain itu, empat rumah milik warga di Kampung Cibodas RT 02/02, Desa Sagara pun terancam longsor tebing. Penghuni empat rumah itu telah dievakuasi ke tempat aman. “Sementara di Desa Maroko, jalan penghubung antara Desa Maroko dan Simpang terancam ambles karena tergerus arus air. Enam unit rumah warga di Kampung Cikole, Desa Maroko juga terancam longsor,” ujar dia.
Di Kecamatan Cikelet, satu jembatan darurat Leuwikacapi di atas Sungai Cipasarangan, Desa Karangsari hanyut dibawa arus banjir bandang sekitar pukul 13.30 WIB kemarin. “Jembatan itu penghubung antara Desa Karang sari dan Desa Linggamanik,” kata Camat Cikelet Asep Sutisna. Pemkab Garut menganggarkan dana Rp6 miliar untuk pengadaan alat berat.
Jika tidak ada halangan, pengadaan tersebut akan dilakukan pada pertengahan Januari 2015 mendatang. “Mudah-mudahan terealisasi. Kebutuhan alat berat sangat besar di saat tingginya risiko bencana alam di wilayah Kabupaten Garut,” kata Kepala Dinas Binamarga Garut Eded Komara Nugraha, kemarin.
Sementara itu, di Kabupaten Pangandaran, banjir merendam Desa Kalipucang dan Tung gilis, Kecamatan Padaherang dan Kalipucang. Aktivitas warga dan perekonomian terganggu, bahkan lumpuh. Novan Aray, 27, warga Dusun Nagrak Desa Karangsari Kecamatan Padaherang mengatakan, akibat banjir dia tak bisa berjualan di Pasar Kalipucang.
Di Majalengke, hujan deras yang mengguyur sejak Senin (22/12) malam sekitar pukul 20.00 WIB hinga kemarin pagi menyebabkan banjir merendam sekitar 400 unit rumah warga di Desa Dawuan dan Pagandon, Kecamatan Dawuan, serta Desa Liang Julang dan Kadipaten, Kadipaten.
Banjir terparah terjadi di Blok Anjun, Desa/Kecamatan Kadipaten. Di tempat tersebut, banjir merendam rumah warga dengan ketinggian hingga 1,5 meter, terutama rumah yang berada di bibir sungai. Selain Blok Anjun, Desa/Kecamatan Kadipaten, banjir juga merendam Blok Tahu dan Jogol, Desa Dawuan dengan ketinggian 80 cm. Di kedua blok tersebut, banjir merendam 247 unit rumah warga.
Sedangkan di Blok Daweng Desa Pagandon, banjir mencapai ketinggian sekitar 50 cm. Di blok ini, dua rumah warga rusak berat milik Acip dan Enung. Bencana banjir yang melanda empat desa itu akibat air Sungai Cikasarung dan Ciputih meluap setelah hujan deras mengguyur Majalengka. Kondisi pendangkalan dan banyak tumpukan sampah membuat sungaitidak dapat menampung tingginya debit air hingga akhirnya meluap ke pemukiman warga.
Menjelang dini hari, ketinggian genangan air semakin tinggi hingga sekitar 1,5 meter. Sejumlah warga, terutama yang berusia lanjut maupun perempuan dan anak-anak, mengungsi ke tempat sanak keluarga mereka yang lebih aman. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan unsur TNI-Polri terjun ke lokasi banjir untuk membantu mengevakuasi warga yang rumahnya terendam banjir.
Kepala BPBD Kabupaten Majalengka Tatang Rahmat mengatakan, secara keseluruhan, rumah warga yang terendam banjir di empat desa tersebut mencapai sekitar 400 unit. Namun, banjir yang merendam rumah warga telah surut kemarin siang.
Dila Nashear/ Fani Ferdiansyah/ Syamsul Ma’arif/ Ade Nurjanah
(ftr)