Bayi Perempuan Berusia 5 Hari Dibuang Dalam Kardus
A
A
A
SAMARINDA - Seorang bayi perempuan berusia lima hari dibuang ibunya, di Jalan Kurnia Makmur, Gang Utama, RT 19, Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).
Sri, pemilik rumah mengatakan, sekira pukul 02.00 WITA, dirinya kaget mendengar suara tangisan bayi yang cukup kencang dari depan rumahnya. Penasaran dengan asal suara itu, dia membuka tirai jendela kamarnya.
"Ternyata di teras rumah saya sudah ada sebuah kardus mie instan, ditatuh di atas meja. Suara tangisan bayi itu semakin jelas terdengar. Saya pastikan itu suara bayi," katanya, kepada wartawan, Rabu (10/12/2014).
Karena takut, dia membangunkan suaminya Harno. Keduanya lalu memberanikan diri membuka pintu dan mendekati kardus. Namun kardus tertutup rapat dan direkatkan oleh isolasi. Di ujung kardus ada yang sengaja dipotong, namun ditutup kain kassa.
“Sebelum dibuka, saya minta suami saya menelpon Ketua RT biar disaksikan bersama. Sambil menunggu Ketua RT datang, saya juga membangunkan tetangga sekitar, untuk sama-sama melihat apa isi kardus itu,” tambahnya.
Setelah dibuka, semua yang menyaksikan isi kardus itu kaget. Ada sesosok bayi mungil yang sedang menangis kencang. Di dalam kardus itu juga ditemukan sepucuk surat. Surat tersebut membawa pesan agar yang menemukan bayi ini untuk merawatnya.
“Pak, saya mohon selamatkan anak kami. Kami berjanji akan datang kembali menjemputnya. Kami hanya titip sementara. Tolong rawatlah anak kami. Terima kasih,” bunyi isi surat itu.
Tanpa menunggu waktu lama, bayi itu lalu dibawa masuk. Tali pusar masih ada dan masih dijepit penjepit tali pusar. Karena tangisnya tak berhenti, Harno lalu menggeber sepeda motornya mencari toko penjual susu formula. Sayang, tak ada satupun yang buka.
“Suami saya punya kenalan pemilik toko. Akhirnya ditelepon dan bersedia menjual susu untuk bayi ini. Ternyata bayi ini haus sekali, satu botol kecil langsung habis,” kata Sri.
Pagi harinya, Harno memanggil petugas Puskesmas Harapan Baru yang lokasinya tak jauh dari rumah mereka. Pasangan suami istri ini juga memanggil aparat kepolisian.
“Saya kader Posyandu, jadi saya paham apa yang harus dilakukan saat menangani bayi yang baru lahir. Oleh petugas Puskesmas lalu diperiksa. Beratnya tiga kilogram dengan panjang 46,5 centimeter,” katanya.
Sri menambahkan, dari hasil pemeriksaan itu, bayi ini diperkirakan berusia lima hari. Melihat ada penjepit tali pusar, diperkirakan bayi perempuan ini dilahirkan di rumah sakit, atau klinik kebidanan.
Sri dan Harno mengaku heran dengan orangtua yang tega membuang bayinya. Meski demikian, keduanya sepakat untuk mengadopsi bayi ini.
“Mudah-mudahan dengan saya mendapatkan bayi ini, membawa berkah bagi keluarga saya dan lingkungan di sekitar sini pada umumnya. Ya, saya bersedia merawat bayi ini, mudah-mudahan membawa barokah bagi keluarga saya,” pungkasnya.
Sri, pemilik rumah mengatakan, sekira pukul 02.00 WITA, dirinya kaget mendengar suara tangisan bayi yang cukup kencang dari depan rumahnya. Penasaran dengan asal suara itu, dia membuka tirai jendela kamarnya.
"Ternyata di teras rumah saya sudah ada sebuah kardus mie instan, ditatuh di atas meja. Suara tangisan bayi itu semakin jelas terdengar. Saya pastikan itu suara bayi," katanya, kepada wartawan, Rabu (10/12/2014).
Karena takut, dia membangunkan suaminya Harno. Keduanya lalu memberanikan diri membuka pintu dan mendekati kardus. Namun kardus tertutup rapat dan direkatkan oleh isolasi. Di ujung kardus ada yang sengaja dipotong, namun ditutup kain kassa.
“Sebelum dibuka, saya minta suami saya menelpon Ketua RT biar disaksikan bersama. Sambil menunggu Ketua RT datang, saya juga membangunkan tetangga sekitar, untuk sama-sama melihat apa isi kardus itu,” tambahnya.
Setelah dibuka, semua yang menyaksikan isi kardus itu kaget. Ada sesosok bayi mungil yang sedang menangis kencang. Di dalam kardus itu juga ditemukan sepucuk surat. Surat tersebut membawa pesan agar yang menemukan bayi ini untuk merawatnya.
“Pak, saya mohon selamatkan anak kami. Kami berjanji akan datang kembali menjemputnya. Kami hanya titip sementara. Tolong rawatlah anak kami. Terima kasih,” bunyi isi surat itu.
Tanpa menunggu waktu lama, bayi itu lalu dibawa masuk. Tali pusar masih ada dan masih dijepit penjepit tali pusar. Karena tangisnya tak berhenti, Harno lalu menggeber sepeda motornya mencari toko penjual susu formula. Sayang, tak ada satupun yang buka.
“Suami saya punya kenalan pemilik toko. Akhirnya ditelepon dan bersedia menjual susu untuk bayi ini. Ternyata bayi ini haus sekali, satu botol kecil langsung habis,” kata Sri.
Pagi harinya, Harno memanggil petugas Puskesmas Harapan Baru yang lokasinya tak jauh dari rumah mereka. Pasangan suami istri ini juga memanggil aparat kepolisian.
“Saya kader Posyandu, jadi saya paham apa yang harus dilakukan saat menangani bayi yang baru lahir. Oleh petugas Puskesmas lalu diperiksa. Beratnya tiga kilogram dengan panjang 46,5 centimeter,” katanya.
Sri menambahkan, dari hasil pemeriksaan itu, bayi ini diperkirakan berusia lima hari. Melihat ada penjepit tali pusar, diperkirakan bayi perempuan ini dilahirkan di rumah sakit, atau klinik kebidanan.
Sri dan Harno mengaku heran dengan orangtua yang tega membuang bayinya. Meski demikian, keduanya sepakat untuk mengadopsi bayi ini.
“Mudah-mudahan dengan saya mendapatkan bayi ini, membawa berkah bagi keluarga saya dan lingkungan di sekitar sini pada umumnya. Ya, saya bersedia merawat bayi ini, mudah-mudahan membawa barokah bagi keluarga saya,” pungkasnya.
(san)