Bank BUMN Diminta Jaga Stok Dolar
A
A
A
MEDAN - Bank Indonesia (BI) meminta perbankan di Medan, khususnya bank BUMN, untuk menjaga kebutuhan dolar di masing-masing bank sehingga pasokan tetap ada saat dibutuhkan.
Pimpinan BI Wilayah Sumater Utara (Sumut), Difi A Johansyah mengatakan, ketersediaan dolar harus dijaga karena harga minyak mentah diperkirakan akan semakin rendah atau paling tidak bertahan rendah untuk jangka waktu cukup lama. Hal ini akan berdampak juga pada nilai mata uang asing tersebut, yaitu membuat nilai dolar terhadap rupiah terus melemah.
Menjaga ketersediaan dolar penting untuk menghindari penarikan dana besar-besaran dari “pemain” mata uang satu ini. Tidak hanya pada pasar valuta asing (valas), tetapi juga pada pasar saham. “Jadi kalaupun ada penarikan besar-besaran karena nilainya turun, dolar tetap ada,” ujarnya.
“Harga minyak mentah diperkirakan akan semakin rendah atau paling tidak bertahan rendah untuk jangka waktu cukup lama. Karena itu, bank harus menjaga ketersediaan dolar pada masing-masing bank,” kata Difi A Johansyah di Medan, Rabu (3/12).
Selain melalui bank, BI juga berharap melalui dana hasil ekspor (DHE). Eksportir diminta menyampaikan DHE ke bank dalam negeri supaya ketersediaan dolar tetap terjaga. “Eksportir harus rutin melaporkan DHE karena itu penting untuk menjaga ketersediaan dolar,” ucapnya.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kebijakan menahan mata uang dolar ini untuk menjaga alat tukar rupiah agar tidak turun semakin tajam. Karena itu, bank BUMN diminta menganalisis berapa kebutuhan transaksi dolar, baik pembelian maupun penjualan.
“Dengan begitu, bank bisa memperkirakan kapan terjadi tren pembelian dan penjualan sehingga pemerintah akan lebih mudah mengambil kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil, atau setidaknya tidak anjlok terlalu tinggi,” ujarnya.
Dalam hal ini, berarti BI ingin membuat BUMN menjadi alat untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Terlebih lagi di tingkat daerah, seperti di Sumut yang memiliki banyak eksportir dan importir sehingga peredaran dolar lebih banyak. “Terutama importir yang biasanya melakukan transaksi dengan dolar. Diharapkan bank mau melakukan hanging dari pembelian barang-barang oleh importir tersebut,” ucapnya.
Sementara eksportir saat ini ada kecenderungan berbeda karena pada umumnya tidak juga jor-joran menjual produk. Kemungkinan besar karena harga komoditas juga menurun, eksportir memilih menahan ekspor sehingga peredaran dolar tidak begitu tinggi. “Jika eksportir tidak bisa menahan, importir yang hendaknya memperkirakan kebutuhan dolar di masa mendatang,” ujarnya.
Gunawan menuturkan, bicara mengenai transaksi pembelian dan penjualan dolar di BUMN, diakuinya memang tidak sebanyak dibankasing. Namun, setidaknya bisa memudahkan pemerintah mengintervensi kebijakan untuk menjaga nilai mata uang.
“Ini ada kaitannya dengan nasionalisme. Diharapkan bank nasional bisa menjadi alat untuk menaikkan kembali nilai tukar rupiah,” katanya.
Jelia Amelida
Pimpinan BI Wilayah Sumater Utara (Sumut), Difi A Johansyah mengatakan, ketersediaan dolar harus dijaga karena harga minyak mentah diperkirakan akan semakin rendah atau paling tidak bertahan rendah untuk jangka waktu cukup lama. Hal ini akan berdampak juga pada nilai mata uang asing tersebut, yaitu membuat nilai dolar terhadap rupiah terus melemah.
Menjaga ketersediaan dolar penting untuk menghindari penarikan dana besar-besaran dari “pemain” mata uang satu ini. Tidak hanya pada pasar valuta asing (valas), tetapi juga pada pasar saham. “Jadi kalaupun ada penarikan besar-besaran karena nilainya turun, dolar tetap ada,” ujarnya.
“Harga minyak mentah diperkirakan akan semakin rendah atau paling tidak bertahan rendah untuk jangka waktu cukup lama. Karena itu, bank harus menjaga ketersediaan dolar pada masing-masing bank,” kata Difi A Johansyah di Medan, Rabu (3/12).
Selain melalui bank, BI juga berharap melalui dana hasil ekspor (DHE). Eksportir diminta menyampaikan DHE ke bank dalam negeri supaya ketersediaan dolar tetap terjaga. “Eksportir harus rutin melaporkan DHE karena itu penting untuk menjaga ketersediaan dolar,” ucapnya.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kebijakan menahan mata uang dolar ini untuk menjaga alat tukar rupiah agar tidak turun semakin tajam. Karena itu, bank BUMN diminta menganalisis berapa kebutuhan transaksi dolar, baik pembelian maupun penjualan.
“Dengan begitu, bank bisa memperkirakan kapan terjadi tren pembelian dan penjualan sehingga pemerintah akan lebih mudah mengambil kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil, atau setidaknya tidak anjlok terlalu tinggi,” ujarnya.
Dalam hal ini, berarti BI ingin membuat BUMN menjadi alat untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Terlebih lagi di tingkat daerah, seperti di Sumut yang memiliki banyak eksportir dan importir sehingga peredaran dolar lebih banyak. “Terutama importir yang biasanya melakukan transaksi dengan dolar. Diharapkan bank mau melakukan hanging dari pembelian barang-barang oleh importir tersebut,” ucapnya.
Sementara eksportir saat ini ada kecenderungan berbeda karena pada umumnya tidak juga jor-joran menjual produk. Kemungkinan besar karena harga komoditas juga menurun, eksportir memilih menahan ekspor sehingga peredaran dolar tidak begitu tinggi. “Jika eksportir tidak bisa menahan, importir yang hendaknya memperkirakan kebutuhan dolar di masa mendatang,” ujarnya.
Gunawan menuturkan, bicara mengenai transaksi pembelian dan penjualan dolar di BUMN, diakuinya memang tidak sebanyak dibankasing. Namun, setidaknya bisa memudahkan pemerintah mengintervensi kebijakan untuk menjaga nilai mata uang.
“Ini ada kaitannya dengan nasionalisme. Diharapkan bank nasional bisa menjadi alat untuk menaikkan kembali nilai tukar rupiah,” katanya.
Jelia Amelida
(ftr)