Fakhtun Nadjib Ingin Dirikan Pesantren Gratis
A
A
A
JAKARTA - Korban tabrak lari di Tol Cipularang Fakhtun Nadjib (64) ternyata memiliki satu cita-cita yang belum terwujud semasa hidupnya. Cita-cita mulia itu adalah mendirikan pesantren gratis seperti ayahnya.
Sahabat dekat Fakhtun Nadjib (64), Novel Norton (46) mengatakan, dia mengenal sosok Fakhtun Nadjib sejak dirinya duduk di bangku SMP. Sehingga, dirinya sering mendengarkan curhatan sahabatnya tersebut.
Termasuk keinginannya membuat bengkel besar dengan mempekerjakan orang-orang yang terbelakang.
"Dia pernah mengatakannya pada saya. Dia pengen punya bengkel. Tapi, karyawannya itu orang-orang yang punya keterbelakangan fisik. Saya yakin itu, maksudnya dia itu mau nolong," katanya, saat berbincang dengan Sindonews, Rabu (3/12/2014).
Selain itu, sambung Novel, dia pun ingin mengikuti jejak ayahnya yang berstatus seorang kiai besar yang mendirikan Pondok Pesantren Annida, dan mempunyai ratusan santri yang berasal dari berbagai daerah, di Jawa Tengah.
"Dia itu ingin kaya ayahnya yang seorang kiai besar. Dia cerita kalau dirinya ingin juga mendirikan sebuah pondok pesantren atau sekolahan, dan membiarkan orang-orang masuk secara gratis," terangnya.
Terlebih, tambah Novel, almarhum sendiri memiliki tanah kosong yang berada di kawasan Jonggol. "Tanahnya yang di kawasan Jonggol itu yang tadinya diniatkan untuk membuat pesantren atau sekolah gratis itu," tukasnya.
Sahabat dekat Fakhtun Nadjib (64), Novel Norton (46) mengatakan, dia mengenal sosok Fakhtun Nadjib sejak dirinya duduk di bangku SMP. Sehingga, dirinya sering mendengarkan curhatan sahabatnya tersebut.
Termasuk keinginannya membuat bengkel besar dengan mempekerjakan orang-orang yang terbelakang.
"Dia pernah mengatakannya pada saya. Dia pengen punya bengkel. Tapi, karyawannya itu orang-orang yang punya keterbelakangan fisik. Saya yakin itu, maksudnya dia itu mau nolong," katanya, saat berbincang dengan Sindonews, Rabu (3/12/2014).
Selain itu, sambung Novel, dia pun ingin mengikuti jejak ayahnya yang berstatus seorang kiai besar yang mendirikan Pondok Pesantren Annida, dan mempunyai ratusan santri yang berasal dari berbagai daerah, di Jawa Tengah.
"Dia itu ingin kaya ayahnya yang seorang kiai besar. Dia cerita kalau dirinya ingin juga mendirikan sebuah pondok pesantren atau sekolahan, dan membiarkan orang-orang masuk secara gratis," terangnya.
Terlebih, tambah Novel, almarhum sendiri memiliki tanah kosong yang berada di kawasan Jonggol. "Tanahnya yang di kawasan Jonggol itu yang tadinya diniatkan untuk membuat pesantren atau sekolah gratis itu," tukasnya.
(san)