Butuh Rp100 Miliar untuk Bangun Kawasan Wisata
A
A
A
GARUT - Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan Usef Zainal Arifin, biaya untuk mendirikan kawasan wisata di lahan seluas 3 ha miliknya memerlukan Rp100 miliar lebih. Dana yang cukup besar itu guna membangun 100 unit bangunan.
“Di tiga ha itu kami akan bangun 100 unit bangunan yang terdiri dari convention halldan lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk satu unit bangunan itu adalah Rp100 juta. Bila ada 100 unit bangunan, maka total biayanya Rp100 miliar. Semua itu sudah termasuk segala in frastruktur juga di per unit bangunan tadi. Untuk jalan misalnya, sudah masuk biayanya,” jelas Usef.
Dia menyadari betul bahaya mengintai bila sebuah kawasan wisata didirikan berada sangat dekat dengan gunung api. Bahaya inilah yang dicoba untuk dijualnya. “Di luar negeri itu ada hotel yang terletak di dalam air. Tingkat bahayanya jelas. Lalu wisata bawah laut lainnya, jelas berbahaya juga. Tapi mereka memiliki teknologi untuk meminimalisasi bahaya itu. Kami pun akan mencoba mengaplikasikannya di sini,” katanya.
Bahaya pertama yang menjadi risiko sebuah kawasan wisata dibangun di kaki gunung api adalah ancaman letusan gunung berapi. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban korban, pihaknya akan rutin berkoordinasi dengan pos pemantau Gunung Guntur Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), agar mengetahui perkembangan terkini mengenai aktivitas gunung.
Segala aktivitas vulkanik di gunung itu akan terpantau melalui sejumlah peralatan canggih yang dimiliki pos pemantauan tersebut. Bentuk antisipasi lainnya adalah dengan membangun sejumlah check dam dan tempat kantong lahar.
“Check dam satu sudah dibangun di bawah areal kawasan wisata. Check dam dua akan dibangun di sebelah atas objek wisata. Jadi sebelum masuk ke dalam kantongkantong yang sudah disediakan, lahar akan masuk dulu ke check dam. Danau yang sudah dibangun salah satunya untuk menampung lahar,” paparnya.
Jalur evakuasi pun sudah disiapkan. Untuk menunjang keselamatan pada proses evakuasi sekaligus membuat pintu keluar dari kawasan wisata di setiap hari operasional, pihaknya akan membuka jalan baru dengan dana sendiri. Jalan untuk jalur ini berada di dua wilayah administratif Pemerintah Desa Rancabango dan Cimanganten.
“Nanti kami sendiri akan membebaskan lahan warga didua desa itu. Kami membantu pemerintah untuk membuat jalan baru nantinya,” ucapnya. Ancaman kedua bila sebuah kawasan wisata didirikan di wilayah itu adalah bencana longsor. Longsor menjadi sangat berpotensi karena kawasan ini merupakan eks pertambangan galian C.
“Kami bekerja dengan konsultan. Dari hasil pembahasan, wilayah eks tambang memang rawan dan berpotensi longsor. Untuk mengantisipasi bahaya longsor, kami akan menggunakan teknik mengubah geometri lahan yang miring dengan sistem cut and fill atau pemotongan dan penimbunan.
Fani Ferdiansyah
“Di tiga ha itu kami akan bangun 100 unit bangunan yang terdiri dari convention halldan lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk satu unit bangunan itu adalah Rp100 juta. Bila ada 100 unit bangunan, maka total biayanya Rp100 miliar. Semua itu sudah termasuk segala in frastruktur juga di per unit bangunan tadi. Untuk jalan misalnya, sudah masuk biayanya,” jelas Usef.
Dia menyadari betul bahaya mengintai bila sebuah kawasan wisata didirikan berada sangat dekat dengan gunung api. Bahaya inilah yang dicoba untuk dijualnya. “Di luar negeri itu ada hotel yang terletak di dalam air. Tingkat bahayanya jelas. Lalu wisata bawah laut lainnya, jelas berbahaya juga. Tapi mereka memiliki teknologi untuk meminimalisasi bahaya itu. Kami pun akan mencoba mengaplikasikannya di sini,” katanya.
Bahaya pertama yang menjadi risiko sebuah kawasan wisata dibangun di kaki gunung api adalah ancaman letusan gunung berapi. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban korban, pihaknya akan rutin berkoordinasi dengan pos pemantau Gunung Guntur Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), agar mengetahui perkembangan terkini mengenai aktivitas gunung.
Segala aktivitas vulkanik di gunung itu akan terpantau melalui sejumlah peralatan canggih yang dimiliki pos pemantauan tersebut. Bentuk antisipasi lainnya adalah dengan membangun sejumlah check dam dan tempat kantong lahar.
“Check dam satu sudah dibangun di bawah areal kawasan wisata. Check dam dua akan dibangun di sebelah atas objek wisata. Jadi sebelum masuk ke dalam kantongkantong yang sudah disediakan, lahar akan masuk dulu ke check dam. Danau yang sudah dibangun salah satunya untuk menampung lahar,” paparnya.
Jalur evakuasi pun sudah disiapkan. Untuk menunjang keselamatan pada proses evakuasi sekaligus membuat pintu keluar dari kawasan wisata di setiap hari operasional, pihaknya akan membuka jalan baru dengan dana sendiri. Jalan untuk jalur ini berada di dua wilayah administratif Pemerintah Desa Rancabango dan Cimanganten.
“Nanti kami sendiri akan membebaskan lahan warga didua desa itu. Kami membantu pemerintah untuk membuat jalan baru nantinya,” ucapnya. Ancaman kedua bila sebuah kawasan wisata didirikan di wilayah itu adalah bencana longsor. Longsor menjadi sangat berpotensi karena kawasan ini merupakan eks pertambangan galian C.
“Kami bekerja dengan konsultan. Dari hasil pembahasan, wilayah eks tambang memang rawan dan berpotensi longsor. Untuk mengantisipasi bahaya longsor, kami akan menggunakan teknik mengubah geometri lahan yang miring dengan sistem cut and fill atau pemotongan dan penimbunan.
Fani Ferdiansyah
(ftr)