Dipersulit Meliput, Wartawan Semarang Boikot Jokowi
A
A
A
SEMARANG - Puluhan wartawan, baik media cetak maupun elektronik, di Kota Semarang, memboikot peliputan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada acara Apel Kasatwil 2014, di Kompleks Akademi Kepolisian (Akpol).
Aksi spontan wartawan bukan tanpa alasan. Sebab, setelah mengikuti sejumlah prosedur, termasuk memegang kartu pers khusus yang dikeluarkan Paspampres, para wartawan tetap saja tidak diperbolehkan meliput.
Para wartawan yang jumlahnya sekira 30-an pun akhirnya memilih untuk meninggalkan Kompleks Akpol, dengan berjalan kaki, hingga naik truk barang.
Insiden ini bermula pada Senin 24 November 2014. Para wartawan mengurus kartu pers khusus ke Bidang Humas Polda Jawa Tengah, untuk keperluan peliputan ini. Pada Jumat 28 November 2014, kartu pers itu sudah dicetak oleh Polda Jawa Tengah, dan baru dibagikan Minggu 30 November 2014, di Mapolda Jawa Tengah.
Sehari kemudian, yakni Senin 1 Desember 2014, atau saat digelar registrasi kepada peserta apel yang terdiri dari 31 Kapolda, dan 452 Kapolres se Indonesia, tiba–tiba ada pengumuman mendadak dari Humas Polda Jawa Tengah.
Wartawan ditelepon pihak Humas Polda Jawa Tengah, dan mengabarkan jika ada kartu pers khusus untuk peliputan, pada Selasa (2/12/2014) ini.
“Ini id card yang dikeluarkan resmi Paspampres untuk peliputan RI 1,” kata Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Bid Humas Polda Jawa Tengah AKBP Kartuti, saat menghubungi wartawan saat itu, Selasa (2/12/2014).
Para wartawan pun menuju Humas Polda Jawa Tengah, mengambil id card yang dimaksud. Id card yang disebut jumlahnya terbatas. Setelah mengambil id card, para wartawan sempat ke Akpol untuk konferensi pers dengan Asisten Operasi Kapolri Irjen Pol Arif Wahyunandi.
Di situ, didampingi pejabat Humas Polda Jawa Tengah, wartawan diberi arahan untuk tiba di Akpol on time. Dijadwalkan berangkat bersama–sama menggunakan bus Polda Jawa Tengah, pukul 06.00 WIB menuju kompleks Akpol, mengenakan baju batik, dan bersepatu.
Hari H peliputan, para wartawan yang hendak meliput pun berdatangan ke Mapolda Jawa Tengah, di Jalan Pahlawan Kota Semarang. Menjelang pukul 07.00 WIB, rombongan tiba di Akpol, dan langsung menuju Lapangan Bhayangkara di mana Kapolri Jenderal Sutarman mengambil apel upacara pembukaan Apel Kasatwil 2014 di depan para peserta.
Menjelang pukul 08.00 WIB, wartawan yang telah selesai sesi wawancara dengan kapolri diarahkan ke posko wartawan sekira 50 meter dari Gedung Graha Cendikia, tempat di mana Presiden Jokowi akan memberikan arahan kepada para Kapolda dan Kapolres di Indonesia.
Wartawan pun menurut dan menunggu kedatangan sang Presiden. Pukul 09.00 WIB lewat, rombongan Jokowi terlihat datang. Tidak ada panitia menginformasikan. Wartawan hanya dibiarkan menunggu di tepi jalan, yang jaraknya jauh dari gedung.
“Sudah. Di sini saja, tidak boleh mendekat ke gedung,” kata salah satu polisi di sana.
Sekira satu jam berlalu, tetap saja tidak ada kejelasan teknis peliputan. Saat berkumpul bersama wartawan lain, wartawan menghubungi salah satu pejabat Humas Polda Jawa Tengah via telepon seluler menanyakan apakah acara arahan Jokowi sudah dimulai, sekaligus meminta izin mengambil gambar walaupun hanya beberapa menit.
“Iya acaranya sudah dimulai. Pengamanan ketat sekali. Wartawan tidak boleh masuk meliput. Jadi nanti door stop saja. Ini saya juga tidak boleh masuk,” kata dia dari balik telepon.
Mendengar informasi itu, ditambah, ternyata ada wartawan yang diperbolehkan meliput (terkonfirmasi dari berita yang terus update dari portal online), puluhan wartawan di Semarang itupun kecewa. Akhirnya, dengan spontan mereka bersama–sama meninggalkan Akpol Semarang.
Jarak gedung dengan jalan raya sekira tiga km. Awalnya, para wartawan berjalan kaki, hingga nebeng truk yang hendak keluar komplek Akpol. Di tengah jalan, salah satu pejabat humas Polda Jawa Tengah sempat menelpon wartawan, namun tidak sempat terjawab, karena masih di atas truk, tidak sempat menerima telepon.
Para wartawan sembari menenteng peralatannya, melanjutkan perjalanan dengan kembali naik truk dari Jalan Sultan Agung menuju komplek Mapolda Jawa Tengah, tempat sepeda motor mereka di parkir. Wartawan patungan mengumpulkan uang untuk mengganti biaya bensin truk tersebut.
“Kami tidak boleh meliput, bahkan apa yang disampaikan Presiden Jokowi tidak terdengar dari luar tempat kami disuruh nunggu. Padahal sudah memegang Id card khusus ini, lebih baik pulang saja,” kata Abdul Mughis, wartawan Radar Semarang.
Para wartawan pun bergegas mengambil sepeda motor di Mapolda Jawa Tengah, begitu sampai untuk melanjutkan tugas liputan lainnya. Pukul 11.58 WIB, Koran Sindo dihubungi via telepon seluler oleh Kompol Sunardi, salah satu pejabat Humas Akpol.
“Mas, teman–teman ini disuruh makan siang,” kata dia. “Teman–teman (wartawan) sudah pulang semua Pak,” kata Koran Sindo menjawab telepon itu.
Aksi spontan wartawan bukan tanpa alasan. Sebab, setelah mengikuti sejumlah prosedur, termasuk memegang kartu pers khusus yang dikeluarkan Paspampres, para wartawan tetap saja tidak diperbolehkan meliput.
Para wartawan yang jumlahnya sekira 30-an pun akhirnya memilih untuk meninggalkan Kompleks Akpol, dengan berjalan kaki, hingga naik truk barang.
Insiden ini bermula pada Senin 24 November 2014. Para wartawan mengurus kartu pers khusus ke Bidang Humas Polda Jawa Tengah, untuk keperluan peliputan ini. Pada Jumat 28 November 2014, kartu pers itu sudah dicetak oleh Polda Jawa Tengah, dan baru dibagikan Minggu 30 November 2014, di Mapolda Jawa Tengah.
Sehari kemudian, yakni Senin 1 Desember 2014, atau saat digelar registrasi kepada peserta apel yang terdiri dari 31 Kapolda, dan 452 Kapolres se Indonesia, tiba–tiba ada pengumuman mendadak dari Humas Polda Jawa Tengah.
Wartawan ditelepon pihak Humas Polda Jawa Tengah, dan mengabarkan jika ada kartu pers khusus untuk peliputan, pada Selasa (2/12/2014) ini.
“Ini id card yang dikeluarkan resmi Paspampres untuk peliputan RI 1,” kata Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Bid Humas Polda Jawa Tengah AKBP Kartuti, saat menghubungi wartawan saat itu, Selasa (2/12/2014).
Para wartawan pun menuju Humas Polda Jawa Tengah, mengambil id card yang dimaksud. Id card yang disebut jumlahnya terbatas. Setelah mengambil id card, para wartawan sempat ke Akpol untuk konferensi pers dengan Asisten Operasi Kapolri Irjen Pol Arif Wahyunandi.
Di situ, didampingi pejabat Humas Polda Jawa Tengah, wartawan diberi arahan untuk tiba di Akpol on time. Dijadwalkan berangkat bersama–sama menggunakan bus Polda Jawa Tengah, pukul 06.00 WIB menuju kompleks Akpol, mengenakan baju batik, dan bersepatu.
Hari H peliputan, para wartawan yang hendak meliput pun berdatangan ke Mapolda Jawa Tengah, di Jalan Pahlawan Kota Semarang. Menjelang pukul 07.00 WIB, rombongan tiba di Akpol, dan langsung menuju Lapangan Bhayangkara di mana Kapolri Jenderal Sutarman mengambil apel upacara pembukaan Apel Kasatwil 2014 di depan para peserta.
Menjelang pukul 08.00 WIB, wartawan yang telah selesai sesi wawancara dengan kapolri diarahkan ke posko wartawan sekira 50 meter dari Gedung Graha Cendikia, tempat di mana Presiden Jokowi akan memberikan arahan kepada para Kapolda dan Kapolres di Indonesia.
Wartawan pun menurut dan menunggu kedatangan sang Presiden. Pukul 09.00 WIB lewat, rombongan Jokowi terlihat datang. Tidak ada panitia menginformasikan. Wartawan hanya dibiarkan menunggu di tepi jalan, yang jaraknya jauh dari gedung.
“Sudah. Di sini saja, tidak boleh mendekat ke gedung,” kata salah satu polisi di sana.
Sekira satu jam berlalu, tetap saja tidak ada kejelasan teknis peliputan. Saat berkumpul bersama wartawan lain, wartawan menghubungi salah satu pejabat Humas Polda Jawa Tengah via telepon seluler menanyakan apakah acara arahan Jokowi sudah dimulai, sekaligus meminta izin mengambil gambar walaupun hanya beberapa menit.
“Iya acaranya sudah dimulai. Pengamanan ketat sekali. Wartawan tidak boleh masuk meliput. Jadi nanti door stop saja. Ini saya juga tidak boleh masuk,” kata dia dari balik telepon.
Mendengar informasi itu, ditambah, ternyata ada wartawan yang diperbolehkan meliput (terkonfirmasi dari berita yang terus update dari portal online), puluhan wartawan di Semarang itupun kecewa. Akhirnya, dengan spontan mereka bersama–sama meninggalkan Akpol Semarang.
Jarak gedung dengan jalan raya sekira tiga km. Awalnya, para wartawan berjalan kaki, hingga nebeng truk yang hendak keluar komplek Akpol. Di tengah jalan, salah satu pejabat humas Polda Jawa Tengah sempat menelpon wartawan, namun tidak sempat terjawab, karena masih di atas truk, tidak sempat menerima telepon.
Para wartawan sembari menenteng peralatannya, melanjutkan perjalanan dengan kembali naik truk dari Jalan Sultan Agung menuju komplek Mapolda Jawa Tengah, tempat sepeda motor mereka di parkir. Wartawan patungan mengumpulkan uang untuk mengganti biaya bensin truk tersebut.
“Kami tidak boleh meliput, bahkan apa yang disampaikan Presiden Jokowi tidak terdengar dari luar tempat kami disuruh nunggu. Padahal sudah memegang Id card khusus ini, lebih baik pulang saja,” kata Abdul Mughis, wartawan Radar Semarang.
Para wartawan pun bergegas mengambil sepeda motor di Mapolda Jawa Tengah, begitu sampai untuk melanjutkan tugas liputan lainnya. Pukul 11.58 WIB, Koran Sindo dihubungi via telepon seluler oleh Kompol Sunardi, salah satu pejabat Humas Akpol.
“Mas, teman–teman ini disuruh makan siang,” kata dia. “Teman–teman (wartawan) sudah pulang semua Pak,” kata Koran Sindo menjawab telepon itu.
(san)