Dapat Banyak Pujian dengan Kreatif Memanipulasi Bahan
A
A
A
YOGYAKARTA - Kompetensi, kemampuan, dan kreativitas generasi muda Indonesia tidak kalah, bahkan bisa mengungguli negara-negara ASEAN lainnya.
Hal tersebut dibuktikan oleh Dewinta Megarani, mahasiswa Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang menjuarai ajang ASEAN Skill Competition (ASC) ke-10 bidang Fashion Technology. Dewinta mampu menyumbangkan medali emas bagi Indonesia pada kompetisi yang diadakan pada akhir Oktober 2014 lalu di National Convention Center, Hanoi, Vietnam tersebut.
ASC merupakan kompetisi sekaligus arena unjuk kebolehan terhadap penguasaan kompetensi keterampilan kerja berbagai bidang kejuruan oleh para tenaga kerja muda.”Pesertanya maksimal berusia 22 tahun. Tidak mudah untuk menjadi bagian dari para kompetitor di ajang ini karena tahap seleksinya sangat ketat, dari tingkat provinsi hingga nasional. Kami juga harus mengikuti pemusatan latihan sebelum akhirnya dipilih dua terbaik dari masing-masing kejuruan untuk pergi ke Vietnam,” ungkap Dewinta.
Mahasiswa angkatan 2012 ini pun menambahkan, ajang kompetisi yang mempertandingkan 25 kejuruan ini diikuti oleh 283 kompetitor yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Kompetitor dari Indonesia yang berlaga dalam ASC kali ini berjumlah 44 orang. ”Saya tidak menyangka bisa menyumbang emas untuk Indonesia. Tentu saya sangat bersyukur dengan prestasi ini karena ini juga sebagai bukti bahwa kualitas dan keahlian pekerja atau kompetitor Indonesia cukup unggul dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Apalagi sebentar lagi kita akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” paparnya.
Dewinta mengungkapkan, saat pertandingan, dirinya dan kompetitor lainnya pada bidang Fashion Technology dalam test projectdi ASC ke-10 tersebut diminta untuk membuat busana tradisional Vietnam, Ao Dai. Semua proses pengerjaan dilakukannya sendiri, mulai dari desain, pola, dekorasi, hingga menjadi busana siap pakai untuk tiap model yang telah disiapkan.
”Untuk kategori Fashion Technology, kami diberi waktu selama tiga hari dengan total pengerjaan 19 jam untuk mengerjakan semua proses dari awal sampai akhir. Saya mengerjakan busana tersebut dari pagi hingga sore agar cepat selesai dengan hasil yang terbaik,” tutur mahasiswa kelahiran Pati ini.
Dewinta menerangkan, keunggulan karyanya dibandingkan dengan peserta lain terletak pada dekorasi busana. Dia menggunakan motif bulu pada bagian pinggang dan manik-manik sebagai hiasan apik pada bagian dada busana. Motif bulu diakuinya bukan berasal dari bahan bulu, tapi itu merupakan hasil kreativitas manipulasi yang dilakukannya dengan menggunakan bahan yang telah disediakan agar menyerupai bulu.
”Cara memanipulasi bahan tersebut dengan cara menumpuk bahan hingga lapis empat kemudian dijahit miring atau diagonal. Setelah itu, dipotong sesuai dengan arah jahitan. Kemudian, kain disikat dengan sikat gigi sampai menyerupai bulu-bulu,” katanya.
Menurut Dewanti, dengan motif hasil kreativitasnya tersebut, para kompetitor lain merasa terheran-heran karena dirinya dianggap benar-benar menggunakan bahan bulu. Para juri diakuinya memberikan pujian terkait fittingbusana yang bagus di model, yang juga menjadi nilai tambah dari karyanya.
Setelah menyandang predikat juara ASEAN di bidang Fashion Technology, Dewinta berencana untuk mengikuti seleksi pada ajang yang lebih tinggi yakni World Skill Competition yang akan diselenggarakan di Brasil pada 2015.
Ratih Keswara
Hal tersebut dibuktikan oleh Dewinta Megarani, mahasiswa Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang menjuarai ajang ASEAN Skill Competition (ASC) ke-10 bidang Fashion Technology. Dewinta mampu menyumbangkan medali emas bagi Indonesia pada kompetisi yang diadakan pada akhir Oktober 2014 lalu di National Convention Center, Hanoi, Vietnam tersebut.
ASC merupakan kompetisi sekaligus arena unjuk kebolehan terhadap penguasaan kompetensi keterampilan kerja berbagai bidang kejuruan oleh para tenaga kerja muda.”Pesertanya maksimal berusia 22 tahun. Tidak mudah untuk menjadi bagian dari para kompetitor di ajang ini karena tahap seleksinya sangat ketat, dari tingkat provinsi hingga nasional. Kami juga harus mengikuti pemusatan latihan sebelum akhirnya dipilih dua terbaik dari masing-masing kejuruan untuk pergi ke Vietnam,” ungkap Dewinta.
Mahasiswa angkatan 2012 ini pun menambahkan, ajang kompetisi yang mempertandingkan 25 kejuruan ini diikuti oleh 283 kompetitor yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Kompetitor dari Indonesia yang berlaga dalam ASC kali ini berjumlah 44 orang. ”Saya tidak menyangka bisa menyumbang emas untuk Indonesia. Tentu saya sangat bersyukur dengan prestasi ini karena ini juga sebagai bukti bahwa kualitas dan keahlian pekerja atau kompetitor Indonesia cukup unggul dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Apalagi sebentar lagi kita akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” paparnya.
Dewinta mengungkapkan, saat pertandingan, dirinya dan kompetitor lainnya pada bidang Fashion Technology dalam test projectdi ASC ke-10 tersebut diminta untuk membuat busana tradisional Vietnam, Ao Dai. Semua proses pengerjaan dilakukannya sendiri, mulai dari desain, pola, dekorasi, hingga menjadi busana siap pakai untuk tiap model yang telah disiapkan.
”Untuk kategori Fashion Technology, kami diberi waktu selama tiga hari dengan total pengerjaan 19 jam untuk mengerjakan semua proses dari awal sampai akhir. Saya mengerjakan busana tersebut dari pagi hingga sore agar cepat selesai dengan hasil yang terbaik,” tutur mahasiswa kelahiran Pati ini.
Dewinta menerangkan, keunggulan karyanya dibandingkan dengan peserta lain terletak pada dekorasi busana. Dia menggunakan motif bulu pada bagian pinggang dan manik-manik sebagai hiasan apik pada bagian dada busana. Motif bulu diakuinya bukan berasal dari bahan bulu, tapi itu merupakan hasil kreativitas manipulasi yang dilakukannya dengan menggunakan bahan yang telah disediakan agar menyerupai bulu.
”Cara memanipulasi bahan tersebut dengan cara menumpuk bahan hingga lapis empat kemudian dijahit miring atau diagonal. Setelah itu, dipotong sesuai dengan arah jahitan. Kemudian, kain disikat dengan sikat gigi sampai menyerupai bulu-bulu,” katanya.
Menurut Dewanti, dengan motif hasil kreativitasnya tersebut, para kompetitor lain merasa terheran-heran karena dirinya dianggap benar-benar menggunakan bahan bulu. Para juri diakuinya memberikan pujian terkait fittingbusana yang bagus di model, yang juga menjadi nilai tambah dari karyanya.
Setelah menyandang predikat juara ASEAN di bidang Fashion Technology, Dewinta berencana untuk mengikuti seleksi pada ajang yang lebih tinggi yakni World Skill Competition yang akan diselenggarakan di Brasil pada 2015.
Ratih Keswara
(ftr)