Bahan Dasar dari Kulit Lembu hingga Ikan Bluntak

Rabu, 26 November 2014 - 13:31 WIB
Bahan Dasar dari Kulit...
Bahan Dasar dari Kulit Lembu hingga Ikan Bluntak
A A A
SEMARANG - Tas atau dompet kulit selama ini identik berasal dari Yogyakarta. Namun, di Kota Semarang ada juga produk serupa yang tak kalah kualitasnya. Mereknya Zawa Collection. DWI Hafiani merupakan sang pemilik label tas berkualitas baik ini. Sejak empat tahun terakhir, Fia, sapaan akrabnya, menekuni usaha pembuatan tas dan dompet kulit asli. Lambat laun produknya mulai dikenal masyarakat dan tembus ke pasar nasional.

Meski masih tergolong skala industri kecil menengah, kualitas tas dan dompet kulit Zawa Collection tidak kalah dengan produk pabrikan. Desainnya lebih terkesan etnik. Jika pada umumnya produk tas yang dijual di pasaran sebatas berbentuk lembaran kulit, tas buatan Fia ini berani berkreasi dengan menganyamnya. Lembaran kulit dipotongpotong dengan panjang dan lebar sama. Selanjutnya, kulit dianyam seperti menganyam tikar.

Kulit yang sudah dianyam baru dijadikan tas sesuai dengan desain atau keinginan pemesan. “Hasil kulit anyaman itu ada yang satu warna dan ada pula yang dengan banyak warna. Dengan pewarnaan ini kesan tradisional atau etnik menjadi sangat kentara (terlihat),” ujar istri dari Irfan Hidayat ini beberapa waktu lalu. Bahan dasar tas yang digunakan bervariasi mulai dari kulit lembu, kambing, kelinci, ikan bluntak (ikan kembung), hingga kulit ular.

Khusus kulit dari ikan bluntak, ciri khasnya terdapat duri-duri kecil sehingga terlihat lebih eksotik. Karena cukup rumit, Fia hanya memproduksi tas kulit ikan bluntak jika ada pesanan. Produksi tas dan dompet kulit itu sengaja dibuat terbatas. Hal itu agar model tas atau dompetnya hanya dimiliki oleh sedikit orang. Saat memproduksi lagi, model atau desain tas dan dompet akan berbeda dari sebelumnya. Strategi ini dilakukan Fia karena dia membidik pasar dari kalangan menengah ke atas.

Berdasar pengalamannya, konsumen lebih bangga dengan produk yang hanya bisa dimiliki sendiri atau hanya sedikit orang Oleh karena itu, setiap produk dibuat terbatas degan kualitas eksklusif dan excellent . “Setiap model baru hanya diproduksi antara 20-30 saja. Sehingga jangan kaget kalau satu tas harganya bisa di kisaran Rp350.000 sampai Rp2 juta. Kalau dompet jauh lebih murah, mulai harga Rp50.000 saja,” ujarnya.

Saat ini Fia sedang membuat tas desain destinasi wisata Kota Semarang, dan tas kulit yang dipadukan dengan kain songket dan motif batik Semarangan. “Yang sedang tren adalah tas bermotif bulu asli kelinci dan kambing serta kombinasi tas bahan kulit ikan bluntak,” ungkapnya.

Terkait pemasaran, Fia masih mengalami kendala. Salah satunya perilaku pasar yang masih menganggap remeh hasil produksi lokal atau dalam negeri. Konsumen dalam negeri lebih suka membeli tas merek terkenal meski sebenarnya produk KW2. Bahannya bukan kulit asli dan kualitasnya buruk mudah mengelupas.

Karena pemasarannya masih sangat terbatas, Fia menyiasatinya dengan banyak memanfaatkan media online dan mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Saat ini Zawa Collection sudah bisa merambah pasar hingga ke kota-kota besar lainnya di Indonesia. Selain melalui penjualan online dan pameran, Fia juga memanfaatkan jaringan keluarga dan kerabat.

Karena kebetulan berasal dari Kota Medan, Fia memanfaatkan keluarganya memasarkan produk Zawa Collection di sana. Sementara di Semarang, dia menjalin kerja sama dengan sebuah butik dengan sistem bagi hasil keuntungan.

Untuk menjalankan usaha itu Fia kini dibantu delapan karyawan yang semuanya berasal dari Semarang. Dia sengaja memilih orang Semarang karena dinilai kreatif membuat tas dan dompet. Semarang juga memiliki pabrik penyamakan kulit dengan kualitas super yang tak kalah hasilnya dengan produk luar negeri.

“Semarang juga memiliki pasar potensial, hanya kendalanya bagaimana mengubah persepsi masyarakat bahwa yang punya produk dari bahan dasar kulit tidak hanya Yogyakarta, tapi juga Kota Semarang yang bahkan kualitasnya lebih baik,” paparnya.

M Abduh
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6245 seconds (0.1#10.140)