Tak Mampu Beli Beras, Keluarga Ini Makan Nasi Aking
A
A
A
JOMBANG - Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintah langsung berdampak terhadap kehidupan rakyat miskin. Naiknya harga BBM, dikhawatirkan akan memperburuk keadaan rakyat miskin.
Di Jombang, Jawa Timur, satu keluarga miskin terpaksa harus memakan nasi basi yang dikeringkan atau nasi aking, hanya untuk bertahan hidup. Hal itu dilakukan karena harga beras yang kian mahal dan tidak mampu dibeli keluarga miskin ini.
Adalah pasangan suami istri Tarkam (60), dan Sunarti (58). Keluarga ini sudah mulai mengkonsumsi nasi aking itu sejak dihentikannya bantuan beras miskin oleh pemerintah. Padahal, beras itu sangat menolong keluarga miskin ini.
Sehari-harinya, Sunarti bekerja sebagai buruh cuci pakaian, dan penjual makanan. Penghasilannya sebagai buruh cuci pakaian dan menjual makanan, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Sementara Tarkam suaminya, sudah beberapa tahun ini lumpuh, dan tidak bisa bekerja lagi. Saat ditemui wartawan di rumahnya, Sunarti mengaku, kadang jika penghasilannya sedang berlebih, dirinya akan membeli beras layak makan.
Namun, situasi itu sangat jarang dirasakan Sunarti. Hingga, sering kali dia harus meminta nasi basi sisa-sisa masakan para tetangganya. Nasi basi itu lalu dia keringkan, lalu dimasak, dan dimakan bersama suaminya.
Namun begitu, keluarga miskin ini hanya satu dari sekian ribu keluarga miskin lainnya yang hidupnya sangat sulit. Dengan mulai naiknya harga kebutuhan pokok akibat rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, dipastikan kehidupan mereka makin sulit.
Sementara berbagai kompensasi yang diberikan pemerintah selama ini hanya bersifat sementara, dan tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyat miskin.
Di Jombang, Jawa Timur, satu keluarga miskin terpaksa harus memakan nasi basi yang dikeringkan atau nasi aking, hanya untuk bertahan hidup. Hal itu dilakukan karena harga beras yang kian mahal dan tidak mampu dibeli keluarga miskin ini.
Adalah pasangan suami istri Tarkam (60), dan Sunarti (58). Keluarga ini sudah mulai mengkonsumsi nasi aking itu sejak dihentikannya bantuan beras miskin oleh pemerintah. Padahal, beras itu sangat menolong keluarga miskin ini.
Sehari-harinya, Sunarti bekerja sebagai buruh cuci pakaian, dan penjual makanan. Penghasilannya sebagai buruh cuci pakaian dan menjual makanan, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Sementara Tarkam suaminya, sudah beberapa tahun ini lumpuh, dan tidak bisa bekerja lagi. Saat ditemui wartawan di rumahnya, Sunarti mengaku, kadang jika penghasilannya sedang berlebih, dirinya akan membeli beras layak makan.
Namun, situasi itu sangat jarang dirasakan Sunarti. Hingga, sering kali dia harus meminta nasi basi sisa-sisa masakan para tetangganya. Nasi basi itu lalu dia keringkan, lalu dimasak, dan dimakan bersama suaminya.
Namun begitu, keluarga miskin ini hanya satu dari sekian ribu keluarga miskin lainnya yang hidupnya sangat sulit. Dengan mulai naiknya harga kebutuhan pokok akibat rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, dipastikan kehidupan mereka makin sulit.
Sementara berbagai kompensasi yang diberikan pemerintah selama ini hanya bersifat sementara, dan tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyat miskin.
(san)