JK Terkesan Kesederhanaan Sidang Raya PGI
A
A
A
GUNUNGSITOLI - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) memuji pelaksanaan Sidang Raya Ke-16 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang digelar dari desa ke desa di Gunungsitoli, Nias, kemarin.
Bahkan, dalam sambutannya, JK yang baru dua pekan dilantik sebagai wapres, sangat terkesan dengan kesederhanaan pembukaan Sidang Raya PGI. “Sebelum pemerintah mengimbau agar pelaksanaan acara tidak digelar di hotel, PGI sudah melakukannya dengan menggelar sidang dari desa ke desa,” ujarnya saat membuka kegiatan ini di Gunungsitoli. Dia mengungkapkan pentingnya keberagaman dan solidaritas.
Seluruh warga negara patut bersyukur karena bangsa ini memiliki keanekragaman luar biasa terdiri atas bermacam suku, adat, agama dan budaya, yang tidak terjadi di banyak negara. “Kebhinekaan kita adalah kekuatan kita,” ujarnya. Aceh dan Nias yang lepas dari bencana membuktikan bahwa solidaritas dan saling menolong menjadikan semuanya kembali normal. Waktu itu, 50 negara ikut membantu Nias kembali normal. Bencana terbesar dalam sejarah Indonesia pun bisa dilalui.
JK berharap forum Sidang Raya Ke-16 PGI 2014 ini mampu merumuskan pokok-pokok tugas panggilan bersama, terutama dalam pengamalan Pancasila guna menanggulangi kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan kerusakan lingkungan, sebagaimana subtema dari sidang raya ini. Wapres mengatakan, kemiskinan dan ketidakadilan bisa menjadi sumber dan akar radikalisme sehingga semua komponen bangsa dan agama secara gotong royong bisa menciptakan masyarakat sejahtera. Dengan sejahtera dan bersikap adil, maka sumber radikalisme dapat ditumpas.
“Saat ini banyak tumbuh subur gereja, masjid, dan tempat ibadah lainnya. Saya mengapresiasi sebagai upaya memberikan pendidikan agama dengan baik,” ujarnya. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua komponen yang sangat penting untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sehingga ketidakadilan dan kemiskinan bisa dikurangi. Oleh sebab itu, peluncuran kartu kesehatan dan kartu pendidikan merupakan upaya pemerintah mengurangi kemiskinan serta ketidakadilan.
Bangsa Indonesia harus bersyukur mengingat sekalipun memiliki banyak suku, agama, adat, dan bahasa, namun tetap rukun dan tak ada kekacauan berarti. “Adalah kebahagiaan tersendiri bangsa kita bisa hidup harmonis bahwa ada kerikil, namun bisa diatasi dengan harmonis,” ujarnya.
JK menunjuk banyak negara tetangga, sepeti Filipina dan Myanmar serta negara lain, seperti Afghanistan, Palestina, dan Israel yang selalu bergejolak sehingga tidak bisa menciptakan suatu bangsa harmonis. Dia mengapresiasi pihak gereja yang selama ini memberikan pendidikan dan kesejahteraan kepada masyarakat sehingga menjadi sejahtera dan memperoleh kesehatan serta pendidikan dengan baik.
Pada kesempatan itu, Pendeta Andreas A Yewangoe mengatakan, pihak gereja akan tetap mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatasi kemiskinan, ketidakadilan, serta radikalisme. Menurut dia, kerukunan sudah ada sejak dulu ketika negara Indonesia belum ada sehingga keberadaannya harus dijaga. Sidang Raya PGI yang dimulai 11-17 November 2014 dihadiri 3.000 peserta utusan gereja dari seluruh daerah di Indonesia.
Rangkaian kegiatan sidang raya antara lain, Pertemuan Raya Perempuan Gereja, Pertemuan Raya Pemuda Gereja, serta Sidang Raya PGI. Adapun subtema adalah “Dalam Solidaritas Dengan Sesama Anak Bangsa Kita Kembali Mengamalkan Nilai Pancasila Guna Menanggulagi Kemiskinan, Ketidakadilan serta Radikalisme”. Hadir menyertai rombongan wapres, Menteri Agama Lukman Hakim, Menteri Hukum dan HAM Yasona Hamonangan Laoli.
Sejak pukul 08.00 WIB, para peserta dan undangan Sidang Raya PGI mengikuti ibadah pembuka sebelum kehadiran Wapres dan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho, sekitar pukul 11.25 WIB. Sementara itu, Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho mengatakan, baru dua pekan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla (JK), memilih Sumut sebagai provinsi pertama yang dikunjungi. Sebelumnya, Jokowi mengunjungi pengungsi erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, beberapa waktu lalu.
“Belumlagi sebulan pemerintahan Pak Jokowi-JK, Sumut menjadi provinsi pertama yang dikunjungi dalam rangkaian tugas presiden dan wakil presiden, ini tentu menjadi spirit bagi masyarakat Sumut,” ujarnya. Menurut Gatot, JK bukan sosok asing bagi Nias. Pada 2005, ketika Nias dihantam gempa dahsyat, JK juga hadir. Gatot mengungkapkan terima kasih atas perhatian dan kepedulian JK pada Sumut dan Nias.
“Cobaan yang pernah dialami Nias kala itu memang sangat menyedihkan, tetapi pengalaman itu juga memberi kekuatan baru bagi masyarakat untuk melanjutkan kehidupan,” ujarnya.
Dia percaya dengan komitmen dan semangat baru ini, Pulau Nias dulu porak-poranda diterjang gelombang tsunami dan gempa bumi dahsyat. Sekarang bisa bangkit dari keterpurukannya dan akan berubah menjadi nusa indah andalan Sumut yang nyaman, indah, aman, dan sejahtera. Wali Kota Gunungsitoli Martinus Lase yang juga Ketua Umum Panitia Sidang PGI, mengungkapkan, sidang raya diikuti 2.000 peserta dari seluruh Indonesia.
“Kegiatan ini didukung dana partisipasi warga jemaat dari empat sinode, sumbangandari PemerintahProvinsi Sumut Rp2,5 miliar, dan kontribusi kabupaten/kota se-Kepulauan Nias Rp8 miliar,” katanya.
Fakhrur rozi
Bahkan, dalam sambutannya, JK yang baru dua pekan dilantik sebagai wapres, sangat terkesan dengan kesederhanaan pembukaan Sidang Raya PGI. “Sebelum pemerintah mengimbau agar pelaksanaan acara tidak digelar di hotel, PGI sudah melakukannya dengan menggelar sidang dari desa ke desa,” ujarnya saat membuka kegiatan ini di Gunungsitoli. Dia mengungkapkan pentingnya keberagaman dan solidaritas.
Seluruh warga negara patut bersyukur karena bangsa ini memiliki keanekragaman luar biasa terdiri atas bermacam suku, adat, agama dan budaya, yang tidak terjadi di banyak negara. “Kebhinekaan kita adalah kekuatan kita,” ujarnya. Aceh dan Nias yang lepas dari bencana membuktikan bahwa solidaritas dan saling menolong menjadikan semuanya kembali normal. Waktu itu, 50 negara ikut membantu Nias kembali normal. Bencana terbesar dalam sejarah Indonesia pun bisa dilalui.
JK berharap forum Sidang Raya Ke-16 PGI 2014 ini mampu merumuskan pokok-pokok tugas panggilan bersama, terutama dalam pengamalan Pancasila guna menanggulangi kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan kerusakan lingkungan, sebagaimana subtema dari sidang raya ini. Wapres mengatakan, kemiskinan dan ketidakadilan bisa menjadi sumber dan akar radikalisme sehingga semua komponen bangsa dan agama secara gotong royong bisa menciptakan masyarakat sejahtera. Dengan sejahtera dan bersikap adil, maka sumber radikalisme dapat ditumpas.
“Saat ini banyak tumbuh subur gereja, masjid, dan tempat ibadah lainnya. Saya mengapresiasi sebagai upaya memberikan pendidikan agama dengan baik,” ujarnya. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua komponen yang sangat penting untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sehingga ketidakadilan dan kemiskinan bisa dikurangi. Oleh sebab itu, peluncuran kartu kesehatan dan kartu pendidikan merupakan upaya pemerintah mengurangi kemiskinan serta ketidakadilan.
Bangsa Indonesia harus bersyukur mengingat sekalipun memiliki banyak suku, agama, adat, dan bahasa, namun tetap rukun dan tak ada kekacauan berarti. “Adalah kebahagiaan tersendiri bangsa kita bisa hidup harmonis bahwa ada kerikil, namun bisa diatasi dengan harmonis,” ujarnya.
JK menunjuk banyak negara tetangga, sepeti Filipina dan Myanmar serta negara lain, seperti Afghanistan, Palestina, dan Israel yang selalu bergejolak sehingga tidak bisa menciptakan suatu bangsa harmonis. Dia mengapresiasi pihak gereja yang selama ini memberikan pendidikan dan kesejahteraan kepada masyarakat sehingga menjadi sejahtera dan memperoleh kesehatan serta pendidikan dengan baik.
Pada kesempatan itu, Pendeta Andreas A Yewangoe mengatakan, pihak gereja akan tetap mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatasi kemiskinan, ketidakadilan, serta radikalisme. Menurut dia, kerukunan sudah ada sejak dulu ketika negara Indonesia belum ada sehingga keberadaannya harus dijaga. Sidang Raya PGI yang dimulai 11-17 November 2014 dihadiri 3.000 peserta utusan gereja dari seluruh daerah di Indonesia.
Rangkaian kegiatan sidang raya antara lain, Pertemuan Raya Perempuan Gereja, Pertemuan Raya Pemuda Gereja, serta Sidang Raya PGI. Adapun subtema adalah “Dalam Solidaritas Dengan Sesama Anak Bangsa Kita Kembali Mengamalkan Nilai Pancasila Guna Menanggulagi Kemiskinan, Ketidakadilan serta Radikalisme”. Hadir menyertai rombongan wapres, Menteri Agama Lukman Hakim, Menteri Hukum dan HAM Yasona Hamonangan Laoli.
Sejak pukul 08.00 WIB, para peserta dan undangan Sidang Raya PGI mengikuti ibadah pembuka sebelum kehadiran Wapres dan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho, sekitar pukul 11.25 WIB. Sementara itu, Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho mengatakan, baru dua pekan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla (JK), memilih Sumut sebagai provinsi pertama yang dikunjungi. Sebelumnya, Jokowi mengunjungi pengungsi erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, beberapa waktu lalu.
“Belumlagi sebulan pemerintahan Pak Jokowi-JK, Sumut menjadi provinsi pertama yang dikunjungi dalam rangkaian tugas presiden dan wakil presiden, ini tentu menjadi spirit bagi masyarakat Sumut,” ujarnya. Menurut Gatot, JK bukan sosok asing bagi Nias. Pada 2005, ketika Nias dihantam gempa dahsyat, JK juga hadir. Gatot mengungkapkan terima kasih atas perhatian dan kepedulian JK pada Sumut dan Nias.
“Cobaan yang pernah dialami Nias kala itu memang sangat menyedihkan, tetapi pengalaman itu juga memberi kekuatan baru bagi masyarakat untuk melanjutkan kehidupan,” ujarnya.
Dia percaya dengan komitmen dan semangat baru ini, Pulau Nias dulu porak-poranda diterjang gelombang tsunami dan gempa bumi dahsyat. Sekarang bisa bangkit dari keterpurukannya dan akan berubah menjadi nusa indah andalan Sumut yang nyaman, indah, aman, dan sejahtera. Wali Kota Gunungsitoli Martinus Lase yang juga Ketua Umum Panitia Sidang PGI, mengungkapkan, sidang raya diikuti 2.000 peserta dari seluruh Indonesia.
“Kegiatan ini didukung dana partisipasi warga jemaat dari empat sinode, sumbangandari PemerintahProvinsi Sumut Rp2,5 miliar, dan kontribusi kabupaten/kota se-Kepulauan Nias Rp8 miliar,” katanya.
Fakhrur rozi
(ars)