Sebagian Warung Tutup Total, Pendapatan Turun hingga 50%

Minggu, 09 November 2014 - 13:12 WIB
Sebagian Warung Tutup...
Sebagian Warung Tutup Total, Pendapatan Turun hingga 50%
A A A
Masnur, 32, duduk santai di lincak di depan salah satu warung makan di tepi Jalan WR Supratman, Semarang Barat. Pandangan matanya yang sedikit hampa menatap lalu lalang mobil dan sepeda motor melintas serta aktivitas pembangunan jalan.

Tidak banyak aktivitas yang dilakukannya. Masnur adalah satu dari beberapa pedagang yang memanfaatkan ruang milik jalan untuk berdagang kue bandung dan martabak. Dia kini dipaksa mencari tempat baru setelah lokasinya digusur proyek. Tidak hanya lelaki asal Tegal itu saja yang tergusur, tidak kurang dari 10 warung lainnya harus dibongkar.

Beberapa masih bisa memanfaatkan sedikit lahan di luar talut yang membatasi jalan dengan permukiman warga. Bagi yang tidak memiliki tempat lagi, selamanya berhenti. Seperti Dewi, pemilik usaha es tebu. Sejak jalan dilebarkan, dia berhenti total berjualan. Warung pecel milik Sardi juga demikian. Masnur mengaku tidak berjualan lagi karena sudah tidak ada lokasi.

“Sudah sebulan tidak jualan. Saya sedang membuka lahan di belakang talut, yang membatasi jalan dengan permukiman,” katanya kepada KORAN SINDO Jateng. Kebutuhan hidup Masnur selama sebulan dicukupi dari cabang usahanya di kawasan Anjasmoro. Dia juga tidak bisa berbuat banyak karena lokasi tersebut bukan resmi menjadi haknya.

“Ya masih cari-cari, kalau boleh tetap di pinggir jalan. Di pelang proyek, pekerjaan baru selesai 22 Desember,” katanya. Lokasi yang sebelumnya banyak berjajar pedagang kaki lima (PKL) kini rata dengan tanah setelah Pemerintah Kota Semarang memulai proyek pelebaran jalan sejak sebulan lalu.

Sejumlah backhoe tampak meratakan jalan yang diuruk pasir dan batu. Debu banyak beterbangan di lokasi itu ketika arus lalu lintas cukup padat. Pembongkaran sebelumnya sudah disosialisasikan di kelurahan setempat. Karena dinilai bangunan liar, tidak ada tali asih dari Pemkot Semarang.

Para pedagang diminta tidak berjualan lagi di tempat tersebut. Akibat proyek tidak kunjung selesai, banyak dikeluhkan pemilik warung makan. Sebab, banyaknya debu mengotori lingkungan dan mengganggu kenyamanan pembeli. Salah satunya pemilik warung nasi Sella, Sri Wati, 40, berharap proyek segera dituntaskan.

“Sudah ada sebulanan, tapi cuma diuruk tanah dan pasir batu. Kabeh warung do sambat (pada mengeluh),” kata Sri. Sri masih beruntung karena tetap bisa membuka warung lantaran ada lahan kosong di luar talut. Hanya, akibat jalan depan warung dikepras , sebelumnya sempat menyulitkan pembeli karena harus memutar dan naik lebih tinggi.

“Kalau sebelumnya sehari bisa dapat Rp500.000. Sejak dimulai pekerjaan jalan, sempat turun menjadi Rp250.000 dan kini sudah mendingan, meski tidak seperti biasanya,” ujarnya. Terpisah, Kepala Dinas Bina Marga Kota Semarang Iswar Aminudin menjelaskan, di Jalan WR Supratman, ruang efektif jalan yang semula 6 meter kini diperlebar 4 meter di sisi kanan dan kiri.

Pelebaran akan dilakukan secara bertahap hingga pertigaan dengan Jalan Pamularsih. “Sekarang dimanfaatkan secara total,” ujarnya. Ruang milik jalan tidak diperbolehkan untuk berjualan. Hal itu sudah diatur undangundang (UU) dan peraturan pemerintah (PP). Atas dasar itu, pihaknya tidak akan merekomendasikan untuk digunakan berjualan. “Kalau ada minyak tumpah kan bisa merusak aspal dan membahayakan pengguna kendaraan dengan kecepatan tinggi,” kata Iswar.

ARIF PURNIAWAN
Kota Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9694 seconds (0.1#10.140)