Nasi Jangkrik dan Uyah Asem Jadi Rebutan Warga
A
A
A
KUDUS - Bagi kaum muslim di Indonesia, terlebih di Jawa Tengah atau khususnya sepanjang pantura timur, nama Sunan Kudus sudah tak asing lagi. Saat hari-hari biasa, makam salah satu penyebar Islam di Jawa yang terkenal dengan sebutan Walisongo ini ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah.
Suasana bahkan lebih ramai saat acara penggantian kelambu (buka luwur) di kompleks Makam Sunan Kudus yang digelar setiap 10 Muharam Hijriah. Kegiatan itu juga diramaikan dengan pembagian nasi “uyah asem” dan nasi “jangkrik goreng” yang dipercaya membawa berkah.
Kemarin ribuan warga berasal dari sejumlah daerah kemarin terlihat memadati kompleks Makam Sunan Kudus. Mereka rela antre hingga berjamjam mendapatkan demi nasi “uyah asem” dan “ jangkrik goreng” yang memang dibagikan tiap tradisi ritual Buka Luwur Makam Sunan Kudus.
Antrean warga yang memadati kompleks Makam Sunan Kudus sudah ada sejak pukul 03.00 WIB karena khawatir tidak mendapatkan nasi “uyah asem” dan nasi “jangkrik goreng” yang mereka percaya membawa berkah. Panitia buka luwur berupaya mengatur warga yang antre agar tidak berdesak-desakan dengan membagi antrean dari sepanjang Jalan Menara menjadi dua antrean khusus untuk laki-laki dan perempuan.
Jumlah nasi bungkus yang disediakan untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar 28.576 bungkus untuk masyarakat umum ditambah 1.962 bungkus keranjang dari anyaman bambu untuk tamu antara lain tokoh masyarakat, kiai, pejabat, pekerja, panitia, relawan, dan penyumbang.
Nasi bungkus yang disediakan terdiri atas dua jenis yakni nasi “uyah asem” dan “ jangkrik goreng”. Menu nasi “uyah asem” adalah daging kerbau tanpa kuah, sedangkan menu nasi jangkrik goreng” dilengkapi kuah “tetelan” daging kerbau. Menu nasi uyah asem meliputi daging kerbau tanpa kuah, sedangkan menu nasi jangkrik goreng dilengkapi kuah tetelan daging kerbau. Baik nasi “uyah asem” maupun “jangkrik goreng” dibungkus dengan daun jati kering.
Jumlah beras yang dimasak hingga 6,5 ton, kerbau 13 ekor, dan kambing 65 ekor. Pekerja yang bertugas di dapur mencapai puluhan orang, sedangkan jumlah relawan mencapai 700 orang. Daun jati yang disediakan berjumlah puluhan ikat dengan jumlah per ikat mencapai 700 lembar.
Warga Bonang, Demak, Komariyah, 45, mengaku dia bersama tiga orang tetangganya rela antre untuk mendapatkan sebungkus nasi “uyah asem” dan “ jangkrik goreng”sejak pukul 05.30 WIB. Dia sengaja datang lebih awal untuk menghindari antrean panjang dan berdesakdesakan dengan pengunjung lainnya. “Tapi walaupun datang lebih pagi, antrean warga rupanya sudah cukup panjang untuk mendapatkan sebungkus nasi,” ujarnya kemarin.
Kedatangannya ke kompleks Makam Sunan Kudus ini untuk mendapat berkah. Istiqomah percaya nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi “Buka Luwur” itu dapat membawa berkah. Tidak hanya dimakan, tetapi sebagian digunakan untuk pupuk tanaman. “Kalau dimakan bisa sehat. Kalau ditaburkan ke tanaman maka bisa subur,” tandasnya.
Pengakuan serupa juga diungkapkan Ahmadi, 47, warga Genuk Semarang. Dia percaya nasi yang didapat dari prosesi buka luwur dapat membawa manfaat tersendiri, terlebih di usianya yang sudah tua.
Tak hanya warga yang benarbenar ngalap (mengharap) berkah saja yang datang, ada juga puluhan orang yang sengaja datang untuk mencari untung dari menjual nasi “uyah asem” dan “jangkrik goreng” yang diperolehnya. Para pengunjung ini bahkan nekat antre berkalikali agar mendapat hasil lebih banyak. Satu bungkus nasi dijual sekitar Rp5.000-Rp10.000.
Ketua Yayasan Masjid Makam dan Menara Sunan Kudus Najib Hasan mengatakan acara buka luwur ini sudah berjalan ratusan tahun. Tujuannya untuk menghormati dan mengenang jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan ajaran Islam.
M Oliez
Suasana bahkan lebih ramai saat acara penggantian kelambu (buka luwur) di kompleks Makam Sunan Kudus yang digelar setiap 10 Muharam Hijriah. Kegiatan itu juga diramaikan dengan pembagian nasi “uyah asem” dan nasi “jangkrik goreng” yang dipercaya membawa berkah.
Kemarin ribuan warga berasal dari sejumlah daerah kemarin terlihat memadati kompleks Makam Sunan Kudus. Mereka rela antre hingga berjamjam mendapatkan demi nasi “uyah asem” dan “ jangkrik goreng” yang memang dibagikan tiap tradisi ritual Buka Luwur Makam Sunan Kudus.
Antrean warga yang memadati kompleks Makam Sunan Kudus sudah ada sejak pukul 03.00 WIB karena khawatir tidak mendapatkan nasi “uyah asem” dan nasi “jangkrik goreng” yang mereka percaya membawa berkah. Panitia buka luwur berupaya mengatur warga yang antre agar tidak berdesak-desakan dengan membagi antrean dari sepanjang Jalan Menara menjadi dua antrean khusus untuk laki-laki dan perempuan.
Jumlah nasi bungkus yang disediakan untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar 28.576 bungkus untuk masyarakat umum ditambah 1.962 bungkus keranjang dari anyaman bambu untuk tamu antara lain tokoh masyarakat, kiai, pejabat, pekerja, panitia, relawan, dan penyumbang.
Nasi bungkus yang disediakan terdiri atas dua jenis yakni nasi “uyah asem” dan “ jangkrik goreng”. Menu nasi “uyah asem” adalah daging kerbau tanpa kuah, sedangkan menu nasi jangkrik goreng” dilengkapi kuah “tetelan” daging kerbau. Menu nasi uyah asem meliputi daging kerbau tanpa kuah, sedangkan menu nasi jangkrik goreng dilengkapi kuah tetelan daging kerbau. Baik nasi “uyah asem” maupun “jangkrik goreng” dibungkus dengan daun jati kering.
Jumlah beras yang dimasak hingga 6,5 ton, kerbau 13 ekor, dan kambing 65 ekor. Pekerja yang bertugas di dapur mencapai puluhan orang, sedangkan jumlah relawan mencapai 700 orang. Daun jati yang disediakan berjumlah puluhan ikat dengan jumlah per ikat mencapai 700 lembar.
Warga Bonang, Demak, Komariyah, 45, mengaku dia bersama tiga orang tetangganya rela antre untuk mendapatkan sebungkus nasi “uyah asem” dan “ jangkrik goreng”sejak pukul 05.30 WIB. Dia sengaja datang lebih awal untuk menghindari antrean panjang dan berdesakdesakan dengan pengunjung lainnya. “Tapi walaupun datang lebih pagi, antrean warga rupanya sudah cukup panjang untuk mendapatkan sebungkus nasi,” ujarnya kemarin.
Kedatangannya ke kompleks Makam Sunan Kudus ini untuk mendapat berkah. Istiqomah percaya nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi “Buka Luwur” itu dapat membawa berkah. Tidak hanya dimakan, tetapi sebagian digunakan untuk pupuk tanaman. “Kalau dimakan bisa sehat. Kalau ditaburkan ke tanaman maka bisa subur,” tandasnya.
Pengakuan serupa juga diungkapkan Ahmadi, 47, warga Genuk Semarang. Dia percaya nasi yang didapat dari prosesi buka luwur dapat membawa manfaat tersendiri, terlebih di usianya yang sudah tua.
Tak hanya warga yang benarbenar ngalap (mengharap) berkah saja yang datang, ada juga puluhan orang yang sengaja datang untuk mencari untung dari menjual nasi “uyah asem” dan “jangkrik goreng” yang diperolehnya. Para pengunjung ini bahkan nekat antre berkalikali agar mendapat hasil lebih banyak. Satu bungkus nasi dijual sekitar Rp5.000-Rp10.000.
Ketua Yayasan Masjid Makam dan Menara Sunan Kudus Najib Hasan mengatakan acara buka luwur ini sudah berjalan ratusan tahun. Tujuannya untuk menghormati dan mengenang jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan ajaran Islam.
M Oliez
(ftr)