Sulap Limbah SIM Card Jadi Karinding
A
A
A
BANDUNG - Rabu siang (29/10), hujan deras kembali mengguyur Kota Bandung. Kendati demikian, suara deras itu tak menghalangi antusiasme ratusan siswa mengikuti workshop pembuatan karinding berbahan plastik di Padepokan Seni Mayang Sunda, Jalan Peta, Kota Bandung.
Mereka tetap terlihat ceria dan semakin penasaran memainkan karinding berbahan SIM card. Tak lama pemateri me nyampaikan pemaparan cara pengolahan limbah kartu ponsel (SIM card) menjadi karinding. Ratusan siswa yang telah terbagi menjadi beberapa kelompok itu langsung mem praktekan arahan yang di be ri kan instuktur di lapangan. Berbagai alat tulis dan pendukung lainnya seperti, penggaris, pulpen, dan cutter mulai mereka keluarkan.
Dengan berlahan, siswa pun mulai menorehkan alat tajam pemotong berbahan plastik lunak itu di atas SIM card. Meski sempat gagal, siswa terus mencoba. Sebagian di an taranya bahkan langsung mendatangi pemateri meminta penjelas an lebih detail cara membuat alat music khas Sunda itu. Meski terbilang sederhana, namun proses pembuatannya tetap mengikuti kaidah fisika. Bahkan karakter bunyi nada bergantung skala panjang ‘lidah kucing‘ atau bagian penggetar yang menghasilkan bunyi saaat dimainkan di rong ga mulut.
Sebagai perbandingan, bentuk karinding kartu ini merupakan hasil pe ngembangan dari jenis ‘karinding toel’. Selain bahan dan bentuk pembuatannnya yang berbeda, ujung ‘lidah kucing’ pada karinding kartu ini berbentuk kotak, sementara pada karinding toel ujung ‘lidah kucing’ ini mengerucut dan tajam. “Untuk bentuknya memang mengadaptasi bentuk karindingtoel, proses pem buatannya relatif mudah. Dengan me mahami teknik pem buat an nya, semua orang bisa membuatnya,” ujarnya Gun gun Nugraha, salah seorang pemateri workshop karinding kartu sekaligus pimpinan Balai Pasini.
Dia menambahkan, pengem bangan karinding berbahan limbah mulai di perkenalkan sejak dua bulan lalu. Sementara kegiatan percobaan pembuatan karinding menggunakan limbah telah dilakukan sejak Agustus lalu. “Pada Ramadhan lalu, anakanak di Balai Pasini mulai mengulik pembuatan ka rin ding dari kartu SIM card bekas. Saya tidak menyangka ternyata alat mu sik dari bahan limbah ini bisa menghasilkan berbagai nada,” ujar Gungun.
Untuk ukuran karinding kar tu, sebenarnya bisa dibuat mengikuti selera hati. Namun agar lebih efisien dan mudah, pem buatan karinding itu tetap dibuat mengikuti bentuk standar kartu ponsel. Biasanya satu limbah SIM card hanya berfungsi maksimal meng hasilkan satu karinding. “Ukuran bentuknya dibuat sepertiga limbah SIM card, dengan batas tepian jarak ‘lidah kucing’ sepanjang satu sentimeter. Khusus untuk nada da sar C tinggi yang dibuat saat ini menggu nakan format ‘lidah kucing’ sepanjang 3,3 cm.
Namun ukuran milimeter pada lidah kucing ini sangat berpe ngaruh terhadap nada bunyi, semakin pendek akan menghasilkan nada yang tinggi,” ujar Gungun. Pendapat sama disampaikan pegiat budaya, sekaligus salah seorang musisi Karinding Attack, Kimung. Dia menuturkan, sekilas per bandingan karinding kartu yang dikembangkan Balai Pasini itu memang mengadaptasi bentuk dari karinding towel.
Hanya saja bentuk lidah kucing dalam karinding ini tak seruncing karinding towel. Kepala UPT Padepokan seni Mayang Sunda Sri Susiagawati menuturkan, pelaksanaan workshop terhadap para pelajar merupakan bentuk agenda pembinaan kepada generasi muda. Sehingga perhatian dan ke cintaan te rhadap berbagai warisan tradisi bisa tetap terpelihara. “Selain diberikan materi tata cara pembuatan, mereka juga dikenalkan dengan permainan karinding buhun,” ujar Susi.
HERU MUTHAHARI
Kota Bandung
Mereka tetap terlihat ceria dan semakin penasaran memainkan karinding berbahan SIM card. Tak lama pemateri me nyampaikan pemaparan cara pengolahan limbah kartu ponsel (SIM card) menjadi karinding. Ratusan siswa yang telah terbagi menjadi beberapa kelompok itu langsung mem praktekan arahan yang di be ri kan instuktur di lapangan. Berbagai alat tulis dan pendukung lainnya seperti, penggaris, pulpen, dan cutter mulai mereka keluarkan.
Dengan berlahan, siswa pun mulai menorehkan alat tajam pemotong berbahan plastik lunak itu di atas SIM card. Meski sempat gagal, siswa terus mencoba. Sebagian di an taranya bahkan langsung mendatangi pemateri meminta penjelas an lebih detail cara membuat alat music khas Sunda itu. Meski terbilang sederhana, namun proses pembuatannya tetap mengikuti kaidah fisika. Bahkan karakter bunyi nada bergantung skala panjang ‘lidah kucing‘ atau bagian penggetar yang menghasilkan bunyi saaat dimainkan di rong ga mulut.
Sebagai perbandingan, bentuk karinding kartu ini merupakan hasil pe ngembangan dari jenis ‘karinding toel’. Selain bahan dan bentuk pembuatannnya yang berbeda, ujung ‘lidah kucing’ pada karinding kartu ini berbentuk kotak, sementara pada karinding toel ujung ‘lidah kucing’ ini mengerucut dan tajam. “Untuk bentuknya memang mengadaptasi bentuk karindingtoel, proses pem buatannya relatif mudah. Dengan me mahami teknik pem buat an nya, semua orang bisa membuatnya,” ujarnya Gun gun Nugraha, salah seorang pemateri workshop karinding kartu sekaligus pimpinan Balai Pasini.
Dia menambahkan, pengem bangan karinding berbahan limbah mulai di perkenalkan sejak dua bulan lalu. Sementara kegiatan percobaan pembuatan karinding menggunakan limbah telah dilakukan sejak Agustus lalu. “Pada Ramadhan lalu, anakanak di Balai Pasini mulai mengulik pembuatan ka rin ding dari kartu SIM card bekas. Saya tidak menyangka ternyata alat mu sik dari bahan limbah ini bisa menghasilkan berbagai nada,” ujar Gungun.
Untuk ukuran karinding kar tu, sebenarnya bisa dibuat mengikuti selera hati. Namun agar lebih efisien dan mudah, pem buatan karinding itu tetap dibuat mengikuti bentuk standar kartu ponsel. Biasanya satu limbah SIM card hanya berfungsi maksimal meng hasilkan satu karinding. “Ukuran bentuknya dibuat sepertiga limbah SIM card, dengan batas tepian jarak ‘lidah kucing’ sepanjang satu sentimeter. Khusus untuk nada da sar C tinggi yang dibuat saat ini menggu nakan format ‘lidah kucing’ sepanjang 3,3 cm.
Namun ukuran milimeter pada lidah kucing ini sangat berpe ngaruh terhadap nada bunyi, semakin pendek akan menghasilkan nada yang tinggi,” ujar Gungun. Pendapat sama disampaikan pegiat budaya, sekaligus salah seorang musisi Karinding Attack, Kimung. Dia menuturkan, sekilas per bandingan karinding kartu yang dikembangkan Balai Pasini itu memang mengadaptasi bentuk dari karinding towel.
Hanya saja bentuk lidah kucing dalam karinding ini tak seruncing karinding towel. Kepala UPT Padepokan seni Mayang Sunda Sri Susiagawati menuturkan, pelaksanaan workshop terhadap para pelajar merupakan bentuk agenda pembinaan kepada generasi muda. Sehingga perhatian dan ke cintaan te rhadap berbagai warisan tradisi bisa tetap terpelihara. “Selain diberikan materi tata cara pembuatan, mereka juga dikenalkan dengan permainan karinding buhun,” ujar Susi.
HERU MUTHAHARI
Kota Bandung
(ars)