Air Sumur Warga Tercemar Bensin
A
A
A
JEPARA - Air belasan sumur warga Kelurahan Bapangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Jepara, tiba-tiba berubah warna dan berbau menyengat seperti bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.
Diduga kuat kondisi tersebut terjadi karena kebocoran tangki penyimpanan BBM milik SPBU Senenan, yang lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter dari pemukiman warga.
Berdasar pantauan, bau bensin terasa menyengat di sekitar sumur warga Bapangan tersebut. Saat diambil, bau bensin kian menguat. Saat dituangkan ke botol, terlihat jelas ada dua lapisan cairan berbeda. Bagian atas berwarna kuning keemasan, sedangkan bagian bawah bening. Untuk membuktikan kandungan BBM, sekitar segayung air sumur tersebut disiramkan ke lantai di luar rumah. Saat disulut dengan korek, api pun langsung berkobar-kobar.
“Ini bukti kalau air di sumur warga mengandung BBM,” tandas salah seorang warga RT 2/RW IV Kelurahan Bapangan yang sumurnya tercemar BBM, Eko Wiyoto, 32, kemarin.
Selain Eko Wiyoto, ada belasan warga lain yang sumur di rumahnya tercemar BBM, yakni Tarno, Sabar, Agus, Harno, Jasmani, Siswanto, Saiman, Mat Lekan, Winarto, dan Anton. Tingkat pencemaran sumur di rumah warga ini beragam. Ada yang hanya bau saja, tapi ada juga yang airnya sudah berwarna kuning keemasan seperti bensin.
Rumah Edi Wiyoto tidak hanya dihuni oleh keluarganya, tapi ada lima kepala keluarga (KK) lain yang menyewa. Urusan minum, mandi, cuci, buang air besar maupun kecil keenam, keluarga ini sangat bergantung ketersediaan air sumur yang disedot dengan alat penyedot tersebut. Karena air sumur tercemar, beberapa anggota keluarga ini terpaksa membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, ada juga yang memilih mengungsi ke rumah saudara atau tetangga terdekat yang rumahnya menggunakan air PDAM Jepara. “Yang tercemar hanya sumur warga. Kalau yang pakai air PDAM tidak masalah,” ungkapnya.
Warga lain bernama Jasmani mengatakan bahwa sumur di rumahnya juga tercemar tapi tidak parah. Agar tetap dapat digunakan, dia terpaksa menyaring air sumurnya itu. Namun karena memang sudah tercemar, saat digunakan untuk mandi, air itu meninggalkan bekas minyak di tubuh. “Setelah mandi, badan saya terasa licin seperti terkena minyak. Ini risikonya daripada beli air galon,” ucapnya.
Warga lainnya, Sulistiani, 40, menuntut agar pihak pengelola SPBU Senenan bertanggung jawab terkait peristiwa ini. Dia yakin jika sumurnya dan belasan warga lainnya memang tercemar BBM milik SPBU Senenan. Sebab, lokasi SPBU tersebut memang paling dekat dengan permukiman warga yang sumurnya tercemar.
“Paling penting ganti rugi itu. Baik materiil maupun imateriil. Sudah beberapa pekan sumur kami tercemar dan itu sangat mengganggu aktivitas harian warga,” ucapnya.
Salah seorang karyawan SPBU Senenan, Indra mengatakan perusahaan tempatnya bekerja sudah mendatangi lokasi sumur warga yang diduga tercemar BBM. Dia belum mengetahui hasil lebih lanjut karena persoalan itu masih dibicarakan dengan pihak Pertamina. “Keluhan warga sudah kita tampung. Tapi keputusannya bagaimana, saya belum tahu karena memang masih dikonsultasikan,” tandasnya.
Muhammad Oliez
Diduga kuat kondisi tersebut terjadi karena kebocoran tangki penyimpanan BBM milik SPBU Senenan, yang lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter dari pemukiman warga.
Berdasar pantauan, bau bensin terasa menyengat di sekitar sumur warga Bapangan tersebut. Saat diambil, bau bensin kian menguat. Saat dituangkan ke botol, terlihat jelas ada dua lapisan cairan berbeda. Bagian atas berwarna kuning keemasan, sedangkan bagian bawah bening. Untuk membuktikan kandungan BBM, sekitar segayung air sumur tersebut disiramkan ke lantai di luar rumah. Saat disulut dengan korek, api pun langsung berkobar-kobar.
“Ini bukti kalau air di sumur warga mengandung BBM,” tandas salah seorang warga RT 2/RW IV Kelurahan Bapangan yang sumurnya tercemar BBM, Eko Wiyoto, 32, kemarin.
Selain Eko Wiyoto, ada belasan warga lain yang sumur di rumahnya tercemar BBM, yakni Tarno, Sabar, Agus, Harno, Jasmani, Siswanto, Saiman, Mat Lekan, Winarto, dan Anton. Tingkat pencemaran sumur di rumah warga ini beragam. Ada yang hanya bau saja, tapi ada juga yang airnya sudah berwarna kuning keemasan seperti bensin.
Rumah Edi Wiyoto tidak hanya dihuni oleh keluarganya, tapi ada lima kepala keluarga (KK) lain yang menyewa. Urusan minum, mandi, cuci, buang air besar maupun kecil keenam, keluarga ini sangat bergantung ketersediaan air sumur yang disedot dengan alat penyedot tersebut. Karena air sumur tercemar, beberapa anggota keluarga ini terpaksa membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, ada juga yang memilih mengungsi ke rumah saudara atau tetangga terdekat yang rumahnya menggunakan air PDAM Jepara. “Yang tercemar hanya sumur warga. Kalau yang pakai air PDAM tidak masalah,” ungkapnya.
Warga lain bernama Jasmani mengatakan bahwa sumur di rumahnya juga tercemar tapi tidak parah. Agar tetap dapat digunakan, dia terpaksa menyaring air sumurnya itu. Namun karena memang sudah tercemar, saat digunakan untuk mandi, air itu meninggalkan bekas minyak di tubuh. “Setelah mandi, badan saya terasa licin seperti terkena minyak. Ini risikonya daripada beli air galon,” ucapnya.
Warga lainnya, Sulistiani, 40, menuntut agar pihak pengelola SPBU Senenan bertanggung jawab terkait peristiwa ini. Dia yakin jika sumurnya dan belasan warga lainnya memang tercemar BBM milik SPBU Senenan. Sebab, lokasi SPBU tersebut memang paling dekat dengan permukiman warga yang sumurnya tercemar.
“Paling penting ganti rugi itu. Baik materiil maupun imateriil. Sudah beberapa pekan sumur kami tercemar dan itu sangat mengganggu aktivitas harian warga,” ucapnya.
Salah seorang karyawan SPBU Senenan, Indra mengatakan perusahaan tempatnya bekerja sudah mendatangi lokasi sumur warga yang diduga tercemar BBM. Dia belum mengetahui hasil lebih lanjut karena persoalan itu masih dibicarakan dengan pihak Pertamina. “Keluhan warga sudah kita tampung. Tapi keputusannya bagaimana, saya belum tahu karena memang masih dikonsultasikan,” tandasnya.
Muhammad Oliez
(ftr)