Tumbuhkan Nasionalisme lewat Nyadran
A
A
A
SEMARANG - Ada banyak cara untuk mengekspresikan diri dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda. Tidak melulu dengan hal-hal yang langsung berbau perjuangan atau nasionalisme, tapi juga bisa dalam bentuk lain. Seperti para seniman di Kota Semarang yang menggelar acara tradisi, yakni Nyadran.
Nyadran yang dilakukan puluhan seniman Kota Semarang, kemarin berlangsung di sendang (mata air) di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. Meski dilakukan dalam upacara yang sederhana, kegiatan yang berlangsung sejak pagi hari itu berjalan lancar dan khidmat.
Pantauan KORAN SINDO di lapangan, Nyadran dimulai dengan bersih-bersih sendang yang terletak di pojok belakang gedung TBRS. Dibantu warga sekitar, para pegiat seni di Kota Semarang itu membersihkan sendang dari sampah serta rerumputan di lokasi itu.
Sore harinya, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan Nyadran. Dimulai dengan pengiriman doa bersama, kegiatan kemudian diakhiri dengan pemotongan tumpeng dan makan bersama.
"Ini bentuk syukur kepada Tuhan karena telah memberikan sumber air yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi, penting rasanya mengajak generasi muda peduli terhadap sumber air yang manfaatnya sangat dirasakan masyarakat ini," ungkap seniman Teater Widyo Leksono Babahe yang memimpin acara Nyadran.
Babahe menambahkan, banyak masyarakat yang tidak mengetahui jika TBRS memiliki sendang. Untuk itu, kegiatan ini sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat jika di TBRS terdapat sendang dengan air yang melimpah."Ironisnya, sering kali pemilik warung di dalam TBRS bertengkar rebutan air, padahal tidak jauh dari mereka terdapat air jernih melimpah ruah," ucapnya.
Selain itu, Nyadran juga memiliki makna filosofis lebih dalam, terutama dalam peringatan Sumpah Pemuda kali ini. Sebab, kata Babahe, acara bersih-bersih sendang merupakan bagian dari menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda.
"Sendang itu lambang dari kesatuan tanah dan air. Jadi, ini juga simbol dari nasionalisme. Untuk itu, dengan merawat sendang serta lingkungannya ini diharapkan jiwa nasionalisme pada diri peserta Nyadran ini semakin tumbuh," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Kegiatan, Ibrahim Bra, mengatakan, selain Nyadran sendang tersebut, berbagai kegiatan lain juga diselenggarakan dalam peringatan sumpah pemuda itu. Misalnya pertunjukan teater, karya seni, dan pembacaan puisi akan digelar di lokasi itu selama tiga hari ke depan.
"Banyak kegiatan yang kami gelar dalam acara ini. Selain pentas teater dan pameran karya seni, kegiatan juga akan dimeriahkan dengan pertunjukan karya seni tato, wayang Sobokartti, dan pertunjukan barang-barang antik. Semua digelar setiap hari mulai hari ini (kemarin) hingga Selasa (28/10)," ujarnya.
Di akhir kegiatan, lanjut Ibrahim, acara akan ditutup dengan upacara Sumpah Pemuda dan pertunjukan Rebo Legen Gaul bertema Gerdu Nglindur. Dimana dalam pertunjukan itu, salah satu staf Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan hadir sebagai pembicara.
"Kami mengajak masyarakat khususnya generasi muda hadir dalam kegiatan itu. Mari kita meriahkan peringatan Sumpah Pemuda dengan berbagai kegiatan yang positif dan membangun,"tandasnya.
Andika prabowo
Nyadran yang dilakukan puluhan seniman Kota Semarang, kemarin berlangsung di sendang (mata air) di kawasan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. Meski dilakukan dalam upacara yang sederhana, kegiatan yang berlangsung sejak pagi hari itu berjalan lancar dan khidmat.
Pantauan KORAN SINDO di lapangan, Nyadran dimulai dengan bersih-bersih sendang yang terletak di pojok belakang gedung TBRS. Dibantu warga sekitar, para pegiat seni di Kota Semarang itu membersihkan sendang dari sampah serta rerumputan di lokasi itu.
Sore harinya, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan Nyadran. Dimulai dengan pengiriman doa bersama, kegiatan kemudian diakhiri dengan pemotongan tumpeng dan makan bersama.
"Ini bentuk syukur kepada Tuhan karena telah memberikan sumber air yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jadi, penting rasanya mengajak generasi muda peduli terhadap sumber air yang manfaatnya sangat dirasakan masyarakat ini," ungkap seniman Teater Widyo Leksono Babahe yang memimpin acara Nyadran.
Babahe menambahkan, banyak masyarakat yang tidak mengetahui jika TBRS memiliki sendang. Untuk itu, kegiatan ini sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat jika di TBRS terdapat sendang dengan air yang melimpah."Ironisnya, sering kali pemilik warung di dalam TBRS bertengkar rebutan air, padahal tidak jauh dari mereka terdapat air jernih melimpah ruah," ucapnya.
Selain itu, Nyadran juga memiliki makna filosofis lebih dalam, terutama dalam peringatan Sumpah Pemuda kali ini. Sebab, kata Babahe, acara bersih-bersih sendang merupakan bagian dari menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda.
"Sendang itu lambang dari kesatuan tanah dan air. Jadi, ini juga simbol dari nasionalisme. Untuk itu, dengan merawat sendang serta lingkungannya ini diharapkan jiwa nasionalisme pada diri peserta Nyadran ini semakin tumbuh," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Kegiatan, Ibrahim Bra, mengatakan, selain Nyadran sendang tersebut, berbagai kegiatan lain juga diselenggarakan dalam peringatan sumpah pemuda itu. Misalnya pertunjukan teater, karya seni, dan pembacaan puisi akan digelar di lokasi itu selama tiga hari ke depan.
"Banyak kegiatan yang kami gelar dalam acara ini. Selain pentas teater dan pameran karya seni, kegiatan juga akan dimeriahkan dengan pertunjukan karya seni tato, wayang Sobokartti, dan pertunjukan barang-barang antik. Semua digelar setiap hari mulai hari ini (kemarin) hingga Selasa (28/10)," ujarnya.
Di akhir kegiatan, lanjut Ibrahim, acara akan ditutup dengan upacara Sumpah Pemuda dan pertunjukan Rebo Legen Gaul bertema Gerdu Nglindur. Dimana dalam pertunjukan itu, salah satu staf Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan hadir sebagai pembicara.
"Kami mengajak masyarakat khususnya generasi muda hadir dalam kegiatan itu. Mari kita meriahkan peringatan Sumpah Pemuda dengan berbagai kegiatan yang positif dan membangun,"tandasnya.
Andika prabowo
(bbg)