Krapyak Selalu Macet, Perbaikan Jalan Harus Dipercepat
A
A
A
SEMARANG - Warga Kota Semarang mengeluhkan lamanya proses perbaikan Jalan Siliwangi, tepatnya dekat Tol Krapyak, Semarang. Sebab, akibat pembangunan proyek tak kunjung selesai, warga selalu terjebak kemacetan saat melintas di jalur itu.
Pantauan KORAN SINDO di lapangan, kemacetan di jalur Pantura akibat adanya proyek itu hampir terjadi setiap hari. Ribuan kendaraan setiap hari memadati jalur tersebut dan selalu mengular hingga belasan kilometer.
Tak hanya satu lajur, perbaikan pembetonan Jalan Siliwangi, tepatnya di Krapyak membuat dua arah lumpuh. Dari arah Jakarta-Semarang, kemacetan bisa terjadi hingga Mangkang, sementara dari arah sebaliknya kemacetan mencapai kawasan Kalibanteng.
"Selalu macet tiap hari, bosan kami karena selalu menghadapi kemacetan di Krapyak," kata Teguh (34), warga Ngaliyan, Semarang, Kamis (25/9/2014).
Menurut Teguh, dirinya tidak bisa menghindari kemacetan setiap hari. Sebab, tidak ada jalur lain yang dapat digunakan untuk menghindari kemacetan itu.
"Kerja di Simpanglima, rumah di Ngaliyan. Setiap hari ya lewat sini. Tidak ada jalan lain, adanya jalan-jalan kampung yang tidak bisa dilewati mobil," imbuhnya.
Selain kemacetan, masyarakat juga mengeluhkan banyaknya debu di lokasi perbaikan. Warga berharap pelaksana proyek menyirami jalanan dengan air agar tidak berdebu seperti itu.
"Debunya banyak, sampai-sampai tebal banget dan membuat napas sesak," tambah Nurhadi (56), warga Semarang lainnya.
Tak hanya warga Kota Semarang, kemacetan di Krapyak juga dikeluhkan sopir-sopir angkutan barang. Mulyadi (48), misalnya, sopir truk asal Cirebon dengan tujuan Rembang mengaku tiga jam lebih terjebak kemacetan di jalur itu. Padahal, truknya memuat sayuran dan buah yang harus sampai dengan segera.
"Sudah empat jam saya terjebak macet. Mobil sudah tidak dapat bergerak mulai Mangkang hingga Krapyak ini," ujarnya.
Selain khawatir barang muatannya rusak, macetnya jalan juga membuat pengeluarannya semakin banyak. Sebab, laju kendaraan yang tidak stabil membuat bahan bakar semakin boros.
"Solarnya tambah boros, lantaran jalan cuma sedikit-sedikit. Belum lagi kena marah karena nganter barang telat," ujarnya.
Sementara itu, pelaksana proyek perbaikan jalan dari PT Adhi Karya Naryo saat dikonfirmasi mengatakan, pembangunan proyek pengecoran jalan masih berlangsung hingga saat ini. Rencananya, proyek yang telah dimulai sejak Mei 2014 itu akan selesai pada akhir Desember 2014.
"Target selesai tahun ini, kemungkinan akhir Desember sudah kembali normal seperti semula," kata dia.
Naryo mengatakan, proses pembangunan pasti akan menyebabkan kemacetan. Untuk itu, pihaknya telah bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kota Semarang dan Sat Lantas Polrestabes Semarang untuk membantu mengurai kemacetan di lokasi itu.
"Kami sudah meminta bantuan polisi dan Dishub untuk pengaturan lalu lintas agar tidak macet parah. Memang, setiap perbaikan jalan pasti akan menimbulkan kemacetan. Apalagi ini jalur Pantura yang selalu padat kendaraan," pungkasnya.
Pantauan KORAN SINDO di lapangan, kemacetan di jalur Pantura akibat adanya proyek itu hampir terjadi setiap hari. Ribuan kendaraan setiap hari memadati jalur tersebut dan selalu mengular hingga belasan kilometer.
Tak hanya satu lajur, perbaikan pembetonan Jalan Siliwangi, tepatnya di Krapyak membuat dua arah lumpuh. Dari arah Jakarta-Semarang, kemacetan bisa terjadi hingga Mangkang, sementara dari arah sebaliknya kemacetan mencapai kawasan Kalibanteng.
"Selalu macet tiap hari, bosan kami karena selalu menghadapi kemacetan di Krapyak," kata Teguh (34), warga Ngaliyan, Semarang, Kamis (25/9/2014).
Menurut Teguh, dirinya tidak bisa menghindari kemacetan setiap hari. Sebab, tidak ada jalur lain yang dapat digunakan untuk menghindari kemacetan itu.
"Kerja di Simpanglima, rumah di Ngaliyan. Setiap hari ya lewat sini. Tidak ada jalan lain, adanya jalan-jalan kampung yang tidak bisa dilewati mobil," imbuhnya.
Selain kemacetan, masyarakat juga mengeluhkan banyaknya debu di lokasi perbaikan. Warga berharap pelaksana proyek menyirami jalanan dengan air agar tidak berdebu seperti itu.
"Debunya banyak, sampai-sampai tebal banget dan membuat napas sesak," tambah Nurhadi (56), warga Semarang lainnya.
Tak hanya warga Kota Semarang, kemacetan di Krapyak juga dikeluhkan sopir-sopir angkutan barang. Mulyadi (48), misalnya, sopir truk asal Cirebon dengan tujuan Rembang mengaku tiga jam lebih terjebak kemacetan di jalur itu. Padahal, truknya memuat sayuran dan buah yang harus sampai dengan segera.
"Sudah empat jam saya terjebak macet. Mobil sudah tidak dapat bergerak mulai Mangkang hingga Krapyak ini," ujarnya.
Selain khawatir barang muatannya rusak, macetnya jalan juga membuat pengeluarannya semakin banyak. Sebab, laju kendaraan yang tidak stabil membuat bahan bakar semakin boros.
"Solarnya tambah boros, lantaran jalan cuma sedikit-sedikit. Belum lagi kena marah karena nganter barang telat," ujarnya.
Sementara itu, pelaksana proyek perbaikan jalan dari PT Adhi Karya Naryo saat dikonfirmasi mengatakan, pembangunan proyek pengecoran jalan masih berlangsung hingga saat ini. Rencananya, proyek yang telah dimulai sejak Mei 2014 itu akan selesai pada akhir Desember 2014.
"Target selesai tahun ini, kemungkinan akhir Desember sudah kembali normal seperti semula," kata dia.
Naryo mengatakan, proses pembangunan pasti akan menyebabkan kemacetan. Untuk itu, pihaknya telah bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kota Semarang dan Sat Lantas Polrestabes Semarang untuk membantu mengurai kemacetan di lokasi itu.
"Kami sudah meminta bantuan polisi dan Dishub untuk pengaturan lalu lintas agar tidak macet parah. Memang, setiap perbaikan jalan pasti akan menimbulkan kemacetan. Apalagi ini jalur Pantura yang selalu padat kendaraan," pungkasnya.
(zik)