Waduk Sonorejo dan Blibis Kering Kerontang
A
A
A
BOJONEGORO - Waduk Sonorejo dan Blibis di wilayah Bojonegoro kering kerontang selama musim kemarau tahun ini. Akibatnya, lahan pertanian di sekitar waduk dibiarkan tidak tergarap karena tidak mendapatkan pasokan air.
Waduk Sonorejo seluas 8 hektare yang terletak di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro
ini kini kering kerontang dan tidak menyisakan air sedikitpun. Padahal, para petani mengandalkan persediaan air dari waduk itu untuk bercocok tanam.
Waduk Sonorejo terus mengalami pendangkalan. Sebelumnya waduk yang berada di kawasan persawahan itu mempunyai kedalaman sekitar 10 meter.
Namun kini kedalaman Waduk Sonorejo itu tinggal tujuh meter. Akibatnya, saat musim hujan waduk itu tak mampu menampung persediaan air dalam jumlah banyak.
Menurut Kepala Desa Sonorejo, Kokok Bagiyo, debit air Waduk Sonorejo mulai menyusut sejak awal Mei lalu. Setelah beberapa bulan cadangan air yang tersimpan di waduk itu kian menyusut hingga akhirnya habis.
“Saat ini air di Waduk Sonorejo itu sudah tidak ada sama sekali. Sudah kosong,” ujarnya. Pihaknya berharap Waduk Sonorejo dapat difungsikan lagi untuk menampung air pada saat musim hujan dan bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
Salah satu caranya yakni dengan mengeduk dasar Waduk Sonorejo yang kini mengalami pendangkalan.
“Kami sudah meminta pemerintah daerah agar mengeduk Waduk Sonorejo yang mendangkal ini. Tetapi sampai sekarang belum juga dilakukan,” ujarnya.
Waduk Sonorejo selama ini mampu mengairi areal persawahan seluas 170 hektare di kawasan Kecamatan Padangan.
Saat awal musim kemarau lalu para petani menanam berbagai tanaman palawija seperti jagung, kacang hijau, kedelai, terong dan lainnya. Saat musim hujan para petani menanam padi.
Kondisi yang sama juga terjadi pada Waduk Blibis di Dusun Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro. Waduk seluas 8 hektare di dekat kawasan hutan itu kini juga kering kerontang. Tidak ada air sedikit pun yang tersisa di waduk tersebut.
Waduk Blibis dibangun pada tahun 1955. Namun, kondisi Waduk Blibis terus mengalami pendangkalan. Sebelumnya kedalaman Waduk Blibis mencapai 12 meter akan tetapi kini tinggal 8 meter.
Waduk Blibis selama ini mampu mengairi areal persawahan seluas 100 hektare di kawasan Kecamatan Purwosari dan sekitarnya. Namun, selama musim kemarau ini areal persawahan di sekitar Waduk Blibis terlihat dibiarkan bero atau tidak tergarap.
Menurut Sukur, petani di Desa/Kecamatan Purwosari, selama musim hujan lalu Waduk Blibis mampu menampung air dan mampu mengairi areal persawahan. Namun, kata dia, saat musim kemarau ini kondisi Waduk Blibis kering kerontang.
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, tidak ada air di Waduk Blibis itu untuk mengairi persawahan,” ujarnya.
Waduk Sonorejo seluas 8 hektare yang terletak di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro
ini kini kering kerontang dan tidak menyisakan air sedikitpun. Padahal, para petani mengandalkan persediaan air dari waduk itu untuk bercocok tanam.
Waduk Sonorejo terus mengalami pendangkalan. Sebelumnya waduk yang berada di kawasan persawahan itu mempunyai kedalaman sekitar 10 meter.
Namun kini kedalaman Waduk Sonorejo itu tinggal tujuh meter. Akibatnya, saat musim hujan waduk itu tak mampu menampung persediaan air dalam jumlah banyak.
Menurut Kepala Desa Sonorejo, Kokok Bagiyo, debit air Waduk Sonorejo mulai menyusut sejak awal Mei lalu. Setelah beberapa bulan cadangan air yang tersimpan di waduk itu kian menyusut hingga akhirnya habis.
“Saat ini air di Waduk Sonorejo itu sudah tidak ada sama sekali. Sudah kosong,” ujarnya. Pihaknya berharap Waduk Sonorejo dapat difungsikan lagi untuk menampung air pada saat musim hujan dan bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
Salah satu caranya yakni dengan mengeduk dasar Waduk Sonorejo yang kini mengalami pendangkalan.
“Kami sudah meminta pemerintah daerah agar mengeduk Waduk Sonorejo yang mendangkal ini. Tetapi sampai sekarang belum juga dilakukan,” ujarnya.
Waduk Sonorejo selama ini mampu mengairi areal persawahan seluas 170 hektare di kawasan Kecamatan Padangan.
Saat awal musim kemarau lalu para petani menanam berbagai tanaman palawija seperti jagung, kacang hijau, kedelai, terong dan lainnya. Saat musim hujan para petani menanam padi.
Kondisi yang sama juga terjadi pada Waduk Blibis di Dusun Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro. Waduk seluas 8 hektare di dekat kawasan hutan itu kini juga kering kerontang. Tidak ada air sedikit pun yang tersisa di waduk tersebut.
Waduk Blibis dibangun pada tahun 1955. Namun, kondisi Waduk Blibis terus mengalami pendangkalan. Sebelumnya kedalaman Waduk Blibis mencapai 12 meter akan tetapi kini tinggal 8 meter.
Waduk Blibis selama ini mampu mengairi areal persawahan seluas 100 hektare di kawasan Kecamatan Purwosari dan sekitarnya. Namun, selama musim kemarau ini areal persawahan di sekitar Waduk Blibis terlihat dibiarkan bero atau tidak tergarap.
Menurut Sukur, petani di Desa/Kecamatan Purwosari, selama musim hujan lalu Waduk Blibis mampu menampung air dan mampu mengairi areal persawahan. Namun, kata dia, saat musim kemarau ini kondisi Waduk Blibis kering kerontang.
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, tidak ada air di Waduk Blibis itu untuk mengairi persawahan,” ujarnya.
(sms)