Mencari Kincir Angin Tepat Guna dan Elegan
A
A
A
BANTUL - Puluhan tenda berdiri berjajar di sepanjang Pantai Baru, Bantul, sejak, Senin (16/9/2014) malam.
Di depan tenda-tenda tersebut, menjulang tinggi kincir-kincir angin dengan ukuran cukup besar. Dari atas kincir angin ada kabel yang masuk ke dalam setiap tenda.
Di dalam tenda terpasang instalasi listrik mini yang tersambung dengan baterai (aki), serta sejumlah lampu. Seperti halnya instalasi listrik di dalam rumah, lampu-lampu yang berada di dalam tenda tersebut juga menyala dengan terang dan stabil.
Ternyata, lampu-lampu tersebut berasal dari tenaga kincir angin yang berada di depan masing-masing tenda. Sejak Minggu (15/9/2014), memang di Pantai Baru sedang diadakan lomba kincir angin tingkat mahasiswa. Lomba tersebut berakhir hingga Kamis (18/9/2014) mendatang.
Sebanyak 30 kincir angin berbagai model menambah semarak suasana di kawasan wisata yang penuh dengan pohon cemara ini. Hal ini menunjukkan kreativitas mahasiswa di tanah air semakin maju.
Pravasta Ongko Syahriyah, salah seorang mahasiswa Institut Tehnologi Nasional (ITN), Malang bersama empat rekannya, menjadi peserta lomba kincir angin tingkat mahasiswa yang diselenggarakan oleh Pendidikan Tinggi (Dikti) DIY bekerja sama dengan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pravasta yakin akan memenangkan ajang yang sudah diselenggarakan ketiga kalinya di Bantul ini. Sebab, dia membawa teknologi yang sangat berbeda. Kali ini, ia membawa kincir dengan desain Lenz 2, sebuah kincir yang tak lazim bentuknya. "Proyek ini kami mulai 1,5 bulan lalu,"ujarnya.
Dengan desain Lenz 2, kincirnya mampu menampung/menangkap angin lebih banyak dibanding dengan desain manual baling-baling. Bahkan, ketika sudah stabil pergerakkannya, kincirnya tetap berputar stabil kendati anginnya sangat kecil.
Kincir yang ia buat tersebut mampu menghasilkan 40 watt listrik sehingga mampu menghidupkan beberapa peralatan rumah tangga. Kelebihan lainnya, tidak bergantung dari arah angin. Kincirnya akan tetap berputar ketika angin datang dari mana saja.
"Kalau yang berbentuk baling-baling itu anginnya pasti harus dari depan agar tetap bisa berputar,"paparnya.
Dengan konsep leave and drag yaitu penggabungan angin dan torsi energi, kincir ini tidak membutuhkan lahan yang luas. "Namun, tetap dapat diterapkan di rumah tangga karena setara dengan listrik tenaga matahari."
Wakil Ketua Panitia Lomba Kincir Angin, Petrus Setyo Prabowo mengatakan, antusiasme mahasiswa dalam lomba kali ini lebih bagus dibanding dengan sebelumnya. Buktinya, ada 79 proposal dari 46 perguruan tinggi (PT) masuk ke meja panitia. Sementara, tahun lalu hanya sekitar 60 proposal.
"79 tersebut kemudian kami seleksi, yang lolos lolos ada 39. Kami seleksi lagi dan yang berhak ikut lomba ada 30 kelompok dari 30 PT."Paparnya.
Dalam lomba ini, panitia akan menilai format proposal hingga desain kincir. Kincir angin yang didirikan dibatasi maksimal ketinggiannya hanya 8 meter dan diharapkan ketika angin kencang, energi yang dihasilkan oleh kincir ini mampu menyentuh total 300 Watt hour (WH) selama tiga hari.
Menurutnya, lomba ini menjadi salah satu cara mengeksplorasi dalam menemukan desain kincir yang akan dikembangkan oleh instansi terkait. Energi terbarukan terutama angin harus selalu dikembangkan karena potensi angin di Indonesia sangat besar.
"Harapannya memunculkan kepedulian generasi muda terhadap krisis energi, minyak bumi dan mencari solusi untuk kita semua," tandasnya.
Di depan tenda-tenda tersebut, menjulang tinggi kincir-kincir angin dengan ukuran cukup besar. Dari atas kincir angin ada kabel yang masuk ke dalam setiap tenda.
Di dalam tenda terpasang instalasi listrik mini yang tersambung dengan baterai (aki), serta sejumlah lampu. Seperti halnya instalasi listrik di dalam rumah, lampu-lampu yang berada di dalam tenda tersebut juga menyala dengan terang dan stabil.
Ternyata, lampu-lampu tersebut berasal dari tenaga kincir angin yang berada di depan masing-masing tenda. Sejak Minggu (15/9/2014), memang di Pantai Baru sedang diadakan lomba kincir angin tingkat mahasiswa. Lomba tersebut berakhir hingga Kamis (18/9/2014) mendatang.
Sebanyak 30 kincir angin berbagai model menambah semarak suasana di kawasan wisata yang penuh dengan pohon cemara ini. Hal ini menunjukkan kreativitas mahasiswa di tanah air semakin maju.
Pravasta Ongko Syahriyah, salah seorang mahasiswa Institut Tehnologi Nasional (ITN), Malang bersama empat rekannya, menjadi peserta lomba kincir angin tingkat mahasiswa yang diselenggarakan oleh Pendidikan Tinggi (Dikti) DIY bekerja sama dengan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pravasta yakin akan memenangkan ajang yang sudah diselenggarakan ketiga kalinya di Bantul ini. Sebab, dia membawa teknologi yang sangat berbeda. Kali ini, ia membawa kincir dengan desain Lenz 2, sebuah kincir yang tak lazim bentuknya. "Proyek ini kami mulai 1,5 bulan lalu,"ujarnya.
Dengan desain Lenz 2, kincirnya mampu menampung/menangkap angin lebih banyak dibanding dengan desain manual baling-baling. Bahkan, ketika sudah stabil pergerakkannya, kincirnya tetap berputar stabil kendati anginnya sangat kecil.
Kincir yang ia buat tersebut mampu menghasilkan 40 watt listrik sehingga mampu menghidupkan beberapa peralatan rumah tangga. Kelebihan lainnya, tidak bergantung dari arah angin. Kincirnya akan tetap berputar ketika angin datang dari mana saja.
"Kalau yang berbentuk baling-baling itu anginnya pasti harus dari depan agar tetap bisa berputar,"paparnya.
Dengan konsep leave and drag yaitu penggabungan angin dan torsi energi, kincir ini tidak membutuhkan lahan yang luas. "Namun, tetap dapat diterapkan di rumah tangga karena setara dengan listrik tenaga matahari."
Wakil Ketua Panitia Lomba Kincir Angin, Petrus Setyo Prabowo mengatakan, antusiasme mahasiswa dalam lomba kali ini lebih bagus dibanding dengan sebelumnya. Buktinya, ada 79 proposal dari 46 perguruan tinggi (PT) masuk ke meja panitia. Sementara, tahun lalu hanya sekitar 60 proposal.
"79 tersebut kemudian kami seleksi, yang lolos lolos ada 39. Kami seleksi lagi dan yang berhak ikut lomba ada 30 kelompok dari 30 PT."Paparnya.
Dalam lomba ini, panitia akan menilai format proposal hingga desain kincir. Kincir angin yang didirikan dibatasi maksimal ketinggiannya hanya 8 meter dan diharapkan ketika angin kencang, energi yang dihasilkan oleh kincir ini mampu menyentuh total 300 Watt hour (WH) selama tiga hari.
Menurutnya, lomba ini menjadi salah satu cara mengeksplorasi dalam menemukan desain kincir yang akan dikembangkan oleh instansi terkait. Energi terbarukan terutama angin harus selalu dikembangkan karena potensi angin di Indonesia sangat besar.
"Harapannya memunculkan kepedulian generasi muda terhadap krisis energi, minyak bumi dan mencari solusi untuk kita semua," tandasnya.
(lis)