Kiai NU se-Jatim Minta Santri Waspadai ISIS
A
A
A
SIDOARJO - Kiai Nahdlatul Ulama (NU) se-Jawa Timur meminta santri mewaspadai keberadaan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sebab, ISIS bisa membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Rois Suriah PWNU Jatim KH Miftahul Achyar mengatakan, pihaknya bersama para kiai NU Jatim telah mendesak gubernur untuk mengeluarkan peraturan gubernur (pergub) terkait pelarangan keberadaan ISIS. Hal tersebut sebagai bentuk penolakan ISIS di Jatim dan Indonesia.
Kiai Miftah menambahkan, keberadaan ISIS bisa mempengaruhi masyarakat kepada bentuk kegiatan yang tidak benar. "Sudah seharusnya gubernur keluarkan Pergub larangan ISIS dan pergubnya sudah keluar," ujarnya saat Silaturahmi Alim Ulama se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Rabu (20/8/2014).
Untuk itulah, pemuda dan santri yang ada di pondok pesantren di Jawa Timur harus memiliki wawasan yang luas tentang bahaya ISIS. Keberadaan ISIS harus dilarang karena bisa merusak persatuan dan kesatuan NKRI. Sasaran ISIS kebanyakan pemuda karena mudah dipengaruhi.
Di Jatim, terdapat sejumlah wilayah yang ditengarai ada gerakan ISIS. Salah satunya di Sidoarjo yang beberapa waktu lalu sempat ramai. Karena itu, hendaknya pemerintah dan pihak kepolisian menindak dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat lain. Dengan demikian, perkembangan ISIS di Sidoarjo semakin melemah dan hilang.
Silaturahmi kiai NU se-Jatim juga dihadiri Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Aziz Mansur, Ketua Tanfidz PCNU Sidoarjo KH Abdi Manaf, pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdussalam Mujib, serta alim ulama dan pihak TNI/Polri. Dalam kesempatan itu juga digelar dialog untuk membahas keberadaan ISIS yang saat ini sudah dilarang.
Pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdussalam Mujib menjelaskan, keberadaan ISIS harus secara tegas ditolak. "Kehadiran alim ulama ingin menekankan penolakan keberadaan ISIS," katanya.
Rois Suriah PWNU Jatim KH Miftahul Achyar mengatakan, pihaknya bersama para kiai NU Jatim telah mendesak gubernur untuk mengeluarkan peraturan gubernur (pergub) terkait pelarangan keberadaan ISIS. Hal tersebut sebagai bentuk penolakan ISIS di Jatim dan Indonesia.
Kiai Miftah menambahkan, keberadaan ISIS bisa mempengaruhi masyarakat kepada bentuk kegiatan yang tidak benar. "Sudah seharusnya gubernur keluarkan Pergub larangan ISIS dan pergubnya sudah keluar," ujarnya saat Silaturahmi Alim Ulama se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Rabu (20/8/2014).
Untuk itulah, pemuda dan santri yang ada di pondok pesantren di Jawa Timur harus memiliki wawasan yang luas tentang bahaya ISIS. Keberadaan ISIS harus dilarang karena bisa merusak persatuan dan kesatuan NKRI. Sasaran ISIS kebanyakan pemuda karena mudah dipengaruhi.
Di Jatim, terdapat sejumlah wilayah yang ditengarai ada gerakan ISIS. Salah satunya di Sidoarjo yang beberapa waktu lalu sempat ramai. Karena itu, hendaknya pemerintah dan pihak kepolisian menindak dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat lain. Dengan demikian, perkembangan ISIS di Sidoarjo semakin melemah dan hilang.
Silaturahmi kiai NU se-Jatim juga dihadiri Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Aziz Mansur, Ketua Tanfidz PCNU Sidoarjo KH Abdi Manaf, pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdussalam Mujib, serta alim ulama dan pihak TNI/Polri. Dalam kesempatan itu juga digelar dialog untuk membahas keberadaan ISIS yang saat ini sudah dilarang.
Pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdussalam Mujib menjelaskan, keberadaan ISIS harus secara tegas ditolak. "Kehadiran alim ulama ingin menekankan penolakan keberadaan ISIS," katanya.
(zik)