Alat Medis Minim, Bayi Warga Kepulauan Karimunjawa Meninggal
A
A
A
JEPARA - Duka mendalam menyelimuti pasangan Khulafaur Rosyidin (40) dan Jumiyarti (38), warga RT 3 RW 1, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Bayi pasutri tersebut yang berjenis kelamin laki-laki, meninggal dunia lantaran minimnya perlengkapan medis di kepulauan yang ada di Laut Jawa tersebut.
Rabu (20/8/2014) ini, bayi pasutri dari keluarga kurang mampu tersebut dibawa pulang ke Karimunjawa dengan menumpang Kapal Motor Penumpang (KMP) Siginjai setelah sebelumnya sempat mendapat perawatan intensif di RSUD Kartini Jepara. Rencananya, hari ini juga bayi malang tersebut dimakamkan oleh pihak keluarganya.
"Kami ikut berduka cita. Semoga pihak keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," kata Camat Karimunjawa, M Taksin, Rabu (20/8/2014).
Bayi pasutri Khulafaur Rosyidin-Jumiyarti lahir dengan kondisi sungsang pada Senin (18/8/2014) malam di Puskesmas Karimunjawa. Saat lahir, bayi tersebut tidak bisa menangis dan kesulitan bernapas. Tenaga medis di puskesmas tersebut berusaha memberikan bantuan seadanya. Maklum saja, peralatan medis maupun tenaga medis di Puskesmas Karimunjawa memang terbatas. Untung saja, nyawa bayi itu masih bisa ditolong.
Namun, tim medis menyarankan agar bayi beserta ibu yang melahirkannya segera dirujuk ke RSUD Kartini Jepara. Namun karena malam itu tidak ada kapal yang melayani rute Karimunjawa-Jepara, akhirnya bayi laki-laki tersebut baru bisa dibawa pada Selasa (19/8/2014) siang.
"Bayi lahir sungsang memang berpotensi besar mengalami gangguan oksigenasi. Makanya kita rujuk ke RSUD Jepara yang fasilitasnya lebih lengkap," ujar satu-satunya dokter yang bertugas di Kepulauan Karimunjawa, dr Manaf.
Setelah menempuh perjalanan laut selama sekitar 4 jam, Selasa (19/8/2014) sore bayi dan ibunya tiba di RSUD Kartini Jepara. Keduanya langsung mendapat perawatan intensif. Namun, sekitar pukul 22.30 WIB, bayi yang baru berusia satu hari tersebut meninggal dunia. "Infonya selain gangguan oksigenisasi, jantung bayi itu juga bermasalah," jelas Manaf.
Menurut Manaf, minimnya peralatan medis di Karimunjawa memang berpengaruh pada pelayanan kesehatan warga kepulauan yang ada di Laut Jawa tersebut. Kondisi tersebut diperparah dengan jauhnya jarak tempuh dan terbatasnya moda transportasi laut yang melayani rute Karimunjawa - Jepara atau sebaliknya. "Mungkin kalau bayi pasutri Khulafaur Rosyidin-Jumiyarti lebih cepat ditangani, bisa jadi nyawanya tertolong," tandas Manaf.
Rabu (20/8/2014) ini, bayi pasutri dari keluarga kurang mampu tersebut dibawa pulang ke Karimunjawa dengan menumpang Kapal Motor Penumpang (KMP) Siginjai setelah sebelumnya sempat mendapat perawatan intensif di RSUD Kartini Jepara. Rencananya, hari ini juga bayi malang tersebut dimakamkan oleh pihak keluarganya.
"Kami ikut berduka cita. Semoga pihak keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," kata Camat Karimunjawa, M Taksin, Rabu (20/8/2014).
Bayi pasutri Khulafaur Rosyidin-Jumiyarti lahir dengan kondisi sungsang pada Senin (18/8/2014) malam di Puskesmas Karimunjawa. Saat lahir, bayi tersebut tidak bisa menangis dan kesulitan bernapas. Tenaga medis di puskesmas tersebut berusaha memberikan bantuan seadanya. Maklum saja, peralatan medis maupun tenaga medis di Puskesmas Karimunjawa memang terbatas. Untung saja, nyawa bayi itu masih bisa ditolong.
Namun, tim medis menyarankan agar bayi beserta ibu yang melahirkannya segera dirujuk ke RSUD Kartini Jepara. Namun karena malam itu tidak ada kapal yang melayani rute Karimunjawa-Jepara, akhirnya bayi laki-laki tersebut baru bisa dibawa pada Selasa (19/8/2014) siang.
"Bayi lahir sungsang memang berpotensi besar mengalami gangguan oksigenasi. Makanya kita rujuk ke RSUD Jepara yang fasilitasnya lebih lengkap," ujar satu-satunya dokter yang bertugas di Kepulauan Karimunjawa, dr Manaf.
Setelah menempuh perjalanan laut selama sekitar 4 jam, Selasa (19/8/2014) sore bayi dan ibunya tiba di RSUD Kartini Jepara. Keduanya langsung mendapat perawatan intensif. Namun, sekitar pukul 22.30 WIB, bayi yang baru berusia satu hari tersebut meninggal dunia. "Infonya selain gangguan oksigenisasi, jantung bayi itu juga bermasalah," jelas Manaf.
Menurut Manaf, minimnya peralatan medis di Karimunjawa memang berpengaruh pada pelayanan kesehatan warga kepulauan yang ada di Laut Jawa tersebut. Kondisi tersebut diperparah dengan jauhnya jarak tempuh dan terbatasnya moda transportasi laut yang melayani rute Karimunjawa - Jepara atau sebaliknya. "Mungkin kalau bayi pasutri Khulafaur Rosyidin-Jumiyarti lebih cepat ditangani, bisa jadi nyawanya tertolong," tandas Manaf.
(zik)