Peh Cun Ditutup dengan Ritual Mendirikan Telur
A
A
A
BANTUL - Perayaan Peh Cun 2014 ditutup dengan ritual mendirikan telur. Sebuah tradisi yang menyimbulkan nasib seseorang dalam mendapatkan rezeki serta menunjukkan kebersihan hati orang yang melaksanakan ritual tersebut.
Ritual mendirikan telur tersebut tidak hanya diikuti oleh masyarakat Tionghoa saja, tetapi juga banyak masyarakat non-keturunan yang hadir di lokasi ritual, Pantai Parangtritis, Senin (2/6/2014) yang turut mencoba peruntungannya mendirikan telur tersebut.
Sekretaris Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC), Thomas Saputra mengungkapkan, mendirikan telur tersebut hanya bisa dilakukan setahun sekali, yaitu tepat saat tanggal 5 bulan 5 penanggalan Tionghoa dan jamnyapun antara 11.00 hingga 13.00 WIB.
Hal ini akibat posisi bumi, bulan dan matahari berada dalam posisi segaris, yang menyebabkan tarik menarik grafitasi. "Ini tradisi kami sudah sejak jaman nenek moyang," ujarnya, Senin (2/6/2014).
Thomas menyebutkan, ritual pendirian telur diawali dengan doa bersama masyarakat Tionghoa di pinggir Pantai Parangtritis dan dilanjutkan dengan membuang beberapa sesaji di laut.
Acara dilanjutkan dengan mendirikan telur, oleh peserta serta masyarakat sekitar yang turut menyaksikan.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, orang yang mampu mendirikan telur dipercaya mudah dapat rejeki, dan membuktikan orangnya bersih.
Sehingga, bagi masyarakat Tionghoa yang ingin rejekinya lancar, mereka berusaha tidak melewatkan ritual setahun sekali ini.
Ritual mendirikan telur tersebut tidak hanya diikuti oleh masyarakat Tionghoa saja, tetapi juga banyak masyarakat non-keturunan yang hadir di lokasi ritual, Pantai Parangtritis, Senin (2/6/2014) yang turut mencoba peruntungannya mendirikan telur tersebut.
Sekretaris Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC), Thomas Saputra mengungkapkan, mendirikan telur tersebut hanya bisa dilakukan setahun sekali, yaitu tepat saat tanggal 5 bulan 5 penanggalan Tionghoa dan jamnyapun antara 11.00 hingga 13.00 WIB.
Hal ini akibat posisi bumi, bulan dan matahari berada dalam posisi segaris, yang menyebabkan tarik menarik grafitasi. "Ini tradisi kami sudah sejak jaman nenek moyang," ujarnya, Senin (2/6/2014).
Thomas menyebutkan, ritual pendirian telur diawali dengan doa bersama masyarakat Tionghoa di pinggir Pantai Parangtritis dan dilanjutkan dengan membuang beberapa sesaji di laut.
Acara dilanjutkan dengan mendirikan telur, oleh peserta serta masyarakat sekitar yang turut menyaksikan.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, orang yang mampu mendirikan telur dipercaya mudah dapat rejeki, dan membuktikan orangnya bersih.
Sehingga, bagi masyarakat Tionghoa yang ingin rejekinya lancar, mereka berusaha tidak melewatkan ritual setahun sekali ini.
(sms)