Sejarah Indonesia dalam Bidikan Fotografer Belanda

Rabu, 28 Mei 2014 - 16:06 WIB
Sejarah Indonesia dalam Bidikan Fotografer Belanda
Sejarah Indonesia dalam Bidikan Fotografer Belanda
A A A
GIANYAR - Penjajahan Belanda memang meninggalkan luka mendalam di hati masyarakat Indonesia. Namun begitu, ada sisi-sisi positif yang bisa diambil bangsa ini. Hal itu terekam dalam karya fotografi asal Belanda, Jean Demenni.

Dalam karya itu, Jean Demenni merekam perjalanan bangsa di bawah kolonialisme Belanda, hingga meraih kemerdekaan. Karya-karya itu, diambil dalam rentang tahun 1866-1939, kini dipamerkan di Rumah Topeng dan Wayang Setiadharma Kubu Bingin Cultural Village Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali.

Masyarakat berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, budayawan, birokrasi, tokoh masyarakat dan lainnya, antusias menyambut pameran ini. Tak ketinggalan, para ekspatriat dan wisatawan asing asal Eropa dan Belanda, memberikan apresisasi positif terhadap karya Jean Demenni.

Pameran yang dilangsungkan mulai 26 Mei-26 Juni 2014 itu, menampilkan ratusan karya Demenni, dari seluruh penjuru Tanah Air, mulai dari Aceh hingga tanah Papua.

"Kita mengapresiasi karya Demenni, karena dia melihat Indonesia bukan seperti kaca mata juru potret yang lain. Dia mengingatkan kembali kita pada masa itu (kolonialisme Belanda)," kata peneliti Balai Arsip Nasional Mona Lohanda, kepada wartawan, di Gianyar, Rabu (28/5/2014).

Dijelaskan dia, Demenni mengangkat bagaimana kekayaan dan keindahan alam Indonesia, dan merekam aktivitas masyarakat Indonesia di wilayah pedesaan, persawahan, dan perkebunan.

Di antara karya foto itu, tampak alat transportasi massal kereta api yang begitu dekat dan populer di mata masyarakat Indonesia jaman Belanda. Kereta api merupakan bagian penting masyarakat yang kini dilupakan pemerintah. Dia juga merekam pemandangan alam Indonesia yang mulai terkontaminasi akibat polusi industrialisasi.

"Tetapi jangan lupa di situ ada rakyat kita, jadi kita tidak lepas dari periode, kita ada di situ, itu yang mereka lupa," katanya mengingatkan.

Menurutnya, tidak semua masa penjajahan Belanda berakibat buruk pada masyarakat Indonesia. Tetap ada beberapa hal penting yang tidak bisa dilupakan dari kehadiran kompeni, seperti memperkenalkan moderninasi kesehatan, sekolah, rumah sakit, dan birokrasi.

"Sekarang birokrasi yang dipadukan gaya feodal pun dengan transportasi kereta api Belanda yang bikin, lalu kita buang. Nah, sekarang kita pontang panting bikin kereta api," terang peneliti senior yang bekerja di beberapa lembaga asing itu.

Dengan kata lain, Mona ingin menegaskan bahwa penjajahan itu tidak selalu berarti buruk. Buruk dalam pengertian bangsa dieksplitasi, hasil bumi kekayaan alam diambil diekspor untuk mereka. Namun cukup positif dalam memperkenalkan industrialisasi.

"Harus diingat, kita juga ikut di situ, bukan menikmati, tetapi kita ada di bagian dalam proses itu," tandasnya.

Ketika ada ekplorasi tambang di Muara Enim, bangsa ini juga ada belajar di sana. Masyarakat juga belajar menjadi masinis yang mengajari orang Belanda dan seterusnya. Sejarah, katanya, tidak bisa dilihat hitam dan putih.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5814 seconds (0.1#10.140)