Wisata panjat tebing tertinggi kedua di Asia
A
A
A
TERNYATA, Indonesia memiliki tebing batu andesit tertinggi ke dua di Asia. Bahkan masuk dalam urutan 10 besar tebing alam tertinggi di dunia. Tebing ini dinamai Gunung Parang. Berada di Purwakarta, Jawa Barat, atau di Kampung Cihuni, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru.
Sudah lama keberadaan Gunung Parang menjadi salah satu tempat obyek wisata alam yang menyediakan kebutuhan untuk kegiatan wisata petualangan minat khusus, seperti rock climbing atau olahraga pajat tebing.
"Sejak dibuka sekitar 30 tahun lalu, jalur daki Gunung Parang telah dipanjat ribuan pemanjat tebing, baik mereka pemajat lokal dari dalam negeri, maupun manca negara," ungkap Dede (37), salah seorang pegelola Rock Climbing Gunung Parang, saat berbincang dengan wartawan, belum lama ini.
Gunung batu yang terbentuk dari gesekan bumi dan menyembul ke permukaan ini memiliki tiga jalur panjat. Pertama puncak tower I, memiliki ketinggian 983 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan medan panjat lebih dari 700 meter.
Tower II, hampir sama tinggi dengan tower I. Bentuknya meruncing di bagian atas dan mirip senjata parang. Dan Tower III, lebih landai dan terlihat tumpul dari kejauhan.
“Berdasarkan data yang saya dapat, tebing Gunung Parang ini lebih tinggi dibandingkan dengan tebing batu andesit lain, seperti di Lahat, Sumatera Selatan, yang memiliki tinggi 630 meter, atau Gunung Unta di Kalimantan Tengah dengan tinggi 600-an meter. Selain tertinggi di Indonesia, Gunung Parang termasuk tebing batu alam tertinggi ke dua di Asia, dan disebut-sebut masuk dalam urutan 10 besar tebing alam tertinggi di dunia,” tuturnya.
Dede yang juga warga Kampung Cihuni, Desa Sukamulya ini menyebutkan, lokasi panjat tebing Gunung Parang pertama dipopulerkan pada tahun 1980 oleh team ITB dan Skygers. Sebelum dijadikan lokasi panjat tebing para pecinta alam, jalur panjat di lokasi ini sering dijadikan latihan perang oleh anggota TNI.
“Mereka melakukan pemanjatan petamanya di Gunung Parang bersama Harry Suliztiarto. Harry adalah orang yang merintis skygers (sekolah pajat tebing pertama di Indonesia). Saat itu lah pertama kalinya Gunung Parang dipupulerkan sebagai lokasi olah raga minat khusus,” terangnya.
Namun sayang, selama 33 tahun, sejak lokasi ini dibuka dan dikenal sebagai lokasi yang menyediakan minat khusus, tidak ada perhatian dari pemerintah untuk mengembangkan potensi wisata Gunung Parang. Padahal, gunung ini terus didatangi pemanjat tebing dari manca negara. Di antaranya Belanda, Jepang, dan Amerika.
Meski begitu, masyarakat Kampung Cihuni, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, berinisiatif mengembangkan kekayaan alam ini. Mereka bergotong royong, melakukan swadaya membuat sebuah tempat, untuk memfasilitasi para pemanjat dan wisatawan yang datang ke Gunung Parang.
"Sebelumnya para pemanjat tebing lokal maupun manca negara mengandalkan rumah-rumah penduduk sekitar atau bahkan membuat tenda-tenda kecil di bawah kaki Gunung Parang untuk tempat berteduh. Namun sekarang kami fasilitasi mereka," kata Dede.
Dede menamai tempat wisata yang dirintis secara swadaya ini adalah "Objek Wisata Tradisional dan Petualangan Kampung Cihuni". Namun akhirnya diganti oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dengan nama "Obyek Wisata Badega Gunung Parang".
"Wisatawan juga bisa ikut merasakan kehidupan masyarakat Desa Cihuni (masyarakat sekitar kaki Gunung Parang) yang masih mempertahankan kultur perkampungan kesundaannya. Adapun satwa yang masih ada di Gunung Parang ini adalah moyet, lutung, dan Elang Jawa," tutur Dede.
Sementara itu, ditemui terpisah, Kepala Bidang Parawisata Dishubparpostel Kabupaten Purwakarta Rahmat Pardede mengaku, sejauh ini keberadaan Gunung Parang memang tidak menjadi fokus Pemkab Purwakarta untuk pentaan dan pembinaan obyek wisata.
"Saat ini kami fokus dulu pada kawasan Jatiluhur dan Situ Wanayasa untuk ditata sebagai obyek wisata. Gunung Parang belum," terangnya.
Saat ditanya apakah lembaganya memiliki data spasifik mengenai Gunung Parang, Rahmat mengaku tidak ada. Namun, kata dia, jika ada organisasi panjat tebing yang menyebutkan ketinggian tebing Gunung Parang masuk dalam urutan 10 besar tebing alam tertinggi di dunia dan tertinggi ke dua di Asia, hal itu tidak menutup kemungkinan bisa saja benar.
"Dinas kami tidak memiliki data secara sepesifik mengenai hal tersebut. Mungkin belum. Bisa jadi kedepan pemerintah akan menata Gunung Parang sebagai obyek wisata," pungkasnya.
Sudah lama keberadaan Gunung Parang menjadi salah satu tempat obyek wisata alam yang menyediakan kebutuhan untuk kegiatan wisata petualangan minat khusus, seperti rock climbing atau olahraga pajat tebing.
"Sejak dibuka sekitar 30 tahun lalu, jalur daki Gunung Parang telah dipanjat ribuan pemanjat tebing, baik mereka pemajat lokal dari dalam negeri, maupun manca negara," ungkap Dede (37), salah seorang pegelola Rock Climbing Gunung Parang, saat berbincang dengan wartawan, belum lama ini.
Gunung batu yang terbentuk dari gesekan bumi dan menyembul ke permukaan ini memiliki tiga jalur panjat. Pertama puncak tower I, memiliki ketinggian 983 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan medan panjat lebih dari 700 meter.
Tower II, hampir sama tinggi dengan tower I. Bentuknya meruncing di bagian atas dan mirip senjata parang. Dan Tower III, lebih landai dan terlihat tumpul dari kejauhan.
“Berdasarkan data yang saya dapat, tebing Gunung Parang ini lebih tinggi dibandingkan dengan tebing batu andesit lain, seperti di Lahat, Sumatera Selatan, yang memiliki tinggi 630 meter, atau Gunung Unta di Kalimantan Tengah dengan tinggi 600-an meter. Selain tertinggi di Indonesia, Gunung Parang termasuk tebing batu alam tertinggi ke dua di Asia, dan disebut-sebut masuk dalam urutan 10 besar tebing alam tertinggi di dunia,” tuturnya.
Dede yang juga warga Kampung Cihuni, Desa Sukamulya ini menyebutkan, lokasi panjat tebing Gunung Parang pertama dipopulerkan pada tahun 1980 oleh team ITB dan Skygers. Sebelum dijadikan lokasi panjat tebing para pecinta alam, jalur panjat di lokasi ini sering dijadikan latihan perang oleh anggota TNI.
“Mereka melakukan pemanjatan petamanya di Gunung Parang bersama Harry Suliztiarto. Harry adalah orang yang merintis skygers (sekolah pajat tebing pertama di Indonesia). Saat itu lah pertama kalinya Gunung Parang dipupulerkan sebagai lokasi olah raga minat khusus,” terangnya.
Namun sayang, selama 33 tahun, sejak lokasi ini dibuka dan dikenal sebagai lokasi yang menyediakan minat khusus, tidak ada perhatian dari pemerintah untuk mengembangkan potensi wisata Gunung Parang. Padahal, gunung ini terus didatangi pemanjat tebing dari manca negara. Di antaranya Belanda, Jepang, dan Amerika.
Meski begitu, masyarakat Kampung Cihuni, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, berinisiatif mengembangkan kekayaan alam ini. Mereka bergotong royong, melakukan swadaya membuat sebuah tempat, untuk memfasilitasi para pemanjat dan wisatawan yang datang ke Gunung Parang.
"Sebelumnya para pemanjat tebing lokal maupun manca negara mengandalkan rumah-rumah penduduk sekitar atau bahkan membuat tenda-tenda kecil di bawah kaki Gunung Parang untuk tempat berteduh. Namun sekarang kami fasilitasi mereka," kata Dede.
Dede menamai tempat wisata yang dirintis secara swadaya ini adalah "Objek Wisata Tradisional dan Petualangan Kampung Cihuni". Namun akhirnya diganti oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dengan nama "Obyek Wisata Badega Gunung Parang".
"Wisatawan juga bisa ikut merasakan kehidupan masyarakat Desa Cihuni (masyarakat sekitar kaki Gunung Parang) yang masih mempertahankan kultur perkampungan kesundaannya. Adapun satwa yang masih ada di Gunung Parang ini adalah moyet, lutung, dan Elang Jawa," tutur Dede.
Sementara itu, ditemui terpisah, Kepala Bidang Parawisata Dishubparpostel Kabupaten Purwakarta Rahmat Pardede mengaku, sejauh ini keberadaan Gunung Parang memang tidak menjadi fokus Pemkab Purwakarta untuk pentaan dan pembinaan obyek wisata.
"Saat ini kami fokus dulu pada kawasan Jatiluhur dan Situ Wanayasa untuk ditata sebagai obyek wisata. Gunung Parang belum," terangnya.
Saat ditanya apakah lembaganya memiliki data spasifik mengenai Gunung Parang, Rahmat mengaku tidak ada. Namun, kata dia, jika ada organisasi panjat tebing yang menyebutkan ketinggian tebing Gunung Parang masuk dalam urutan 10 besar tebing alam tertinggi di dunia dan tertinggi ke dua di Asia, hal itu tidak menutup kemungkinan bisa saja benar.
"Dinas kami tidak memiliki data secara sepesifik mengenai hal tersebut. Mungkin belum. Bisa jadi kedepan pemerintah akan menata Gunung Parang sebagai obyek wisata," pungkasnya.
(san)