Korban perdagangan manusia sering disiksa di Brunei

Kamis, 15 Mei 2014 - 16:52 WIB
Korban perdagangan manusia sering disiksa di Brunei
Korban perdagangan manusia sering disiksa di Brunei
A A A
Sindonews.com - Marsiti Sapojai (39), salah seorang korban perdagangan manusia, sudah diamankan di Kedubes RI di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Saat bekerja di majikannya, dia sering disiksa dan gajinya hanya dibayar kepada yang menyalurkan Marsiti, yakni Datuk.

Matius Lajo, kerabat korban menjelaskan, Marsiti berhasil kabur dibantu oleh rekannya sesama pembantu rumah tangga yang berasal dari Jawa Tengah. Saat itu Marsiti yang juga warga Madobak, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, bersebelahan kamar, tetapi masih bisa berkomunikasi. Di situlah temannya itu memberi tahu cara keluar dari rumah majikannya dan akhirnya dia dijemput petugas KBRI yang telah dihubungi temannya. Kabar tersebut diperolehnya langsung dari Marsiti yang dihubunginya melalui pada Sabtu, 10 Mei lalu. "Sekarang dia sudah di Kedubes RI di Brunei Darussalam," katanya, Kamis (15/5/2014).

Dari pengakuan Marsiti lewat Matius Lajo, selama bekerja di rumah majikannya di Brunei, dia sering mendapat perlakukan kasar dengan cara dipukul. Ia juga sering disekap di ruangan gelap dan tidak diberi makan. "Gajinya juga tidak dibayar karena menurut majikannya langsung diserahkan kepada orang yang membawanya ke Brunei (Datuk)," ujarnya.

Marsiti merupakan satu dari lima warga Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat yang diduga menjadi korban perdagangan manusia sejak awal Januari 2014 di Brunei Darussalam. Mereka mencoba bekerja ke luar negeri melalui jasa salah seorang pria bernama Datuk. Keempat korban yang masih hilang itu adalah Lidya Samaranggure (37), Susakkerei, Silvia Sarah. Posisi mereka di Brunei. Sementara, Yasmin posisinya ada di Malaysia.

Sementara. Kepala Kesbangpol Linmas Kabupaten Kepulauan Mentawai, Halomoan Pardede membenarkan korban Marsiti sudah berada di KBRI Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam dan mendapat perlindungan dari Direktorat Kementerian Luar Negeri. "Kondisi korban baik-baik saja, sementara bekas luka dan pukulan sudah hilang," ujarnya.

Pardede menambahkan, korban lainnya yang bernama Lidya masih bekerja di tempat majikannya. Sementara, yang dua lagi belum diketahui pasti posisinya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5590 seconds (0.1#10.140)