Peringati Hari Pendidikan Nasional guru ngantor di WC
A
A
A
Sindonews.com - Potret buram pendidikan di Indonesia, tampak jelas di SMP satu atap, Kabila Bone, di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Proses belajar mengajar di sekolah ini, menumpang di rumah warga yang kondisinya rusak.
Para siswa terpaksa belajar di ruangan kelas yang rusak dan sempit. Lebih buruk, ruang kerja guru terpaksa menggunakan WC. Dalam situasi yang serba memprihatinkan itulah, para siswa menuntut ilmu.
Berdasarkan pantauan langsung, kondisi rumah yang sejak tahun 2011 digunakan sebagai SMPN 3 Satu Atap ini sangat tidak layak untuk digunakan sebagai tempat belajar mengajar.
Atap plafon ruang kelas bocor dan rusak parah. Sewaktu-waktu, atap bisa runtuh dan menimpa kepala para siswa. Ketika musim hujan, kegiatan belajar mengajar dihentikan, karena kelas basah akibat atap yang bocor.
Selain rusak, tempat ini sangat sempit, sehingga tidak bisa menampung siswa yang berjumlah 57 orang, dan sembilan orang guru. Akibatnya, siswa terpaksa belajar berhimpitan. Udara yang panas, membuat para siswa sulit menyerap ilmu pengetahun.
Melihat kondisi sekolah yang tidak layak tersebut, pelaksanaan ujian nasional, pada Senin mendatang akan menumpang di sekolah terdekat. Dalam situasi inilah, para siswa dan guru memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Berdasarkan informasi yang terhimpun, kondisi miris itu mulai dialami sejak sekolah didirikan tahun 2008. Berawal dari ketidakjelasan status lahan sekolah. Keputusan Mahkamah Agung (MA) tahun 2010, membuat nasib siswa terkatung-katung.
Ombudsman perwakilan Gorontalo yang melihat langsung kondisi ini mendesak Bupati Bone Bolango Hamim Pou untuk segera menyediakan fasilitas yang layak untuk siswa dan guru.
Para siswa terpaksa belajar di ruangan kelas yang rusak dan sempit. Lebih buruk, ruang kerja guru terpaksa menggunakan WC. Dalam situasi yang serba memprihatinkan itulah, para siswa menuntut ilmu.
Berdasarkan pantauan langsung, kondisi rumah yang sejak tahun 2011 digunakan sebagai SMPN 3 Satu Atap ini sangat tidak layak untuk digunakan sebagai tempat belajar mengajar.
Atap plafon ruang kelas bocor dan rusak parah. Sewaktu-waktu, atap bisa runtuh dan menimpa kepala para siswa. Ketika musim hujan, kegiatan belajar mengajar dihentikan, karena kelas basah akibat atap yang bocor.
Selain rusak, tempat ini sangat sempit, sehingga tidak bisa menampung siswa yang berjumlah 57 orang, dan sembilan orang guru. Akibatnya, siswa terpaksa belajar berhimpitan. Udara yang panas, membuat para siswa sulit menyerap ilmu pengetahun.
Melihat kondisi sekolah yang tidak layak tersebut, pelaksanaan ujian nasional, pada Senin mendatang akan menumpang di sekolah terdekat. Dalam situasi inilah, para siswa dan guru memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Berdasarkan informasi yang terhimpun, kondisi miris itu mulai dialami sejak sekolah didirikan tahun 2008. Berawal dari ketidakjelasan status lahan sekolah. Keputusan Mahkamah Agung (MA) tahun 2010, membuat nasib siswa terkatung-katung.
Ombudsman perwakilan Gorontalo yang melihat langsung kondisi ini mendesak Bupati Bone Bolango Hamim Pou untuk segera menyediakan fasilitas yang layak untuk siswa dan guru.
(san)