Ditentang, diskusi buku Tan Malaka tetap berjalan
A
A
A
Sindonews.com – Meskipun mendapat banyak pertentangan dari berbagai organisasi masyarakat, acara diskusi dan bedah buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 4 tetap dilaksanakan.
Diskusi dilaksanakan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro Semarang mulai pukul 21.00 WIB. Ratusan pengunjung memenuhi tempat itu untuk mengikuti diskusi.
Hadir dalam kesempatan itu, pembicara utama sekaligus penulis buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Harry A Poeze.
Selain Harry, hadir pula dalam diskusi tersebut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Rektor Undip Prof Sudharto dan beberapa tokoh penting lainnya.
Dalam diskusi tersebut, Poeze menerangkan satu demi satu hasil penelitiannya mengenai Tan Malaka. Termasuk penemuan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung Kediri.
"Setelah saya melakukan penelitian, saya dapat yakin jika Tan Malaka dimakamkan di tempat itu," kata Senin (17/2/2014).
Poeze mengatakan, setelah yakin jika itu makam Tan Malaka, maka pihaknya melakukan pembongkaran makam pada September 2009. Dia meyakini, makam tersebut merupakan makam Tan Malaka.
"Kami menemukan jenazah setinggi 165 meter, umur sekitar 46 tahun dan jenazah dikubur dalam posisi tangan diikat di belakang, ciri-ciri itu sangat cocok dengan Tan Malaka," imbuhnya.
Selain soal penemuan makam, Poeze juga membicarakan soal pengaruh politik Tan Malaka semasa hidupnya, bagaimana ia menjadi tahanan dan kisah-kisah lainnya. Hingga kematian Tan Malaka yang diduga ditembak oleh anggota TNI waktu itu.
"Setelah Agresi Belanda, Tan Malaka sangat kritis terhadap TNI. Akibat kekritisannya itu, dia ditembak mati oleh Letnan TNI Soekoco dan jenazahnya dimakamkan di hutan," paparnya.
Poeze juga mengatakan soal keterlibatan Tan Malaka dengan PKI. Dalam kesempata itu, Poeze mengatakan jika Tan Malaka itu dikambinghitamkan oleh PKI.
"Dia itu dijadikan kambing hitam, sebenarnya dia sangat menolak dengan PKI, terbukti saat dia memutuskan hubungannya dengan Moskow yang dulu dia sangat erat hubungannya dengan Moskow. Dia juga memutuskan diri dengan PKI karena kecewa dengan partai itu, dan mendirikan partai sendiri yakni Partai Republik Indonesia," pungkasnya.
Hingga acara berlangsung, ratusan orang yang hadir sangat antusias mengikuti jalannya diskusi. Selain mendengarkan materi, Poeze juga sesekali memperlihatkan video Tan Malaka dan foto-foto Tan Malaka.
Sebelum acara diskusi berlangsung ada banyak penolakan dari berbagai kalangan. Mereka menolak diskusi tersebut karena menilai Tan Malaka adalah tokoh PKI. Untuk mengamankan jalannya diskusi, polisi menurunkan beberapa petugas yang berjaga-jaga di lokasi.
Menanggapi soal penolakan diskusi yang datang dari beberapa ormas, Yunantio Adi Setiawan selaku sekretaris komunitas pegiat sejarah semarang sekaligus moderator mengatakan, penolakan itu dikarenakan mereka tidak mengetahui sejarah yang sebenarnya mengenai siapa Tan Malaka itu.
“Mereka menilai Tan Malaka itu terlibat PKI, padahal sesuai sejarah dia dan pengikutnyalah yang memberantas PKI Muso di Madiun. Untuk itu kami sebenarnya lebih senang jika mereka para ormas yang menentang itu ikut duduk bersama dan berdiskusi,” pungkasnya.
Seperti diketahui, kegiatan diskusi dan bedah buku tersebut mendapat pertentangan dari banyak kalangan di Kota Semarang. Selain warga masyarakat sekitar, beberapa organisasi masyarakat dengan lantang menolak kegiatan diskusi itu.
Kemarin, puluhan orang yang mengaku dari aliansi Masyarakat Peduli Nasib Bangsa (Mapenab) menggeruduk sebuah rumah yang menjadi markas Hysteria Semarang, Jalan Stonen no 29 Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
Mereka menolak dilaksanakannya diskusi dan bedah buku Tan Malaka yang rencananya digelar pada Senin (17/2) malam di tempat itu.
Peserta aksi datang dengan menggunakan mobil angkot kuning sekitar pukul 10.00 WIB. Menggunakan spanduk besar bertuliskan menolak paham Komunisme dan Marxisme, mereka kemudian berbondong-bondong mendatangi tempat itu untuk melakukan orasi bebas.
Dalam orasinya, mereka menuntut agar diskusi bedah buku Tan Malaka digagalkan. Sebab menurut mereka, Tan Malaka adalah orang yang terkait dengan gerakan PKI.
"Kami menuntut agar diskusi Tan Malaka ini digagalkan, karena dia (Tan Malaka) pernah terlibat dengan gerakan PKI semasa hidupnya,” kata Sucipto, ketua LSM Mapenab usai menggelar orasi kepada wartawan, kemarin.
Sucipto menambahkan, meskipun masyarakat menerima Tan Malaka sebagai pahlawan nasional, tapi di akhir-akhir hidupnya dia terlibat dalam kasus PKI. Untuk itu dia menilai, diskusi tentang PKI sama saja menghidupkan kembali komunisme atau marxisme di kalangan bangsa.
"Kami akan terus melawan dan menolak segala macam bentuk komunisme da marxisme. Sebab, hal itu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Jika tetap dilakukan, maka kami akan mengerahkan massa yang lebih besar," imbuhnya.
Sementara itu, Kasat Intelkam Polrestabes Semarang, AKBP Ahmad Sukandar mengatakan, demi keamanan bersama pihaknya meminta kegiatan diskusi dipindahkan. Sebab menurutnya, banyak masyarakat termasuk warga sekitar markas Hysteria menolak kegiatan diskusi itu.
“Masyarakat di sekitar sini juga menolak, untuk itu lebih baik mencari tempat lain saja,” kata dia.
Sukandar juga membenarkan jika banyak ormas yang menentang kegiatan diskusi dan bedah buku Tan Malaka itu. Sampai saat ini, sudah ada sekitar lima surat resmi yang diterima pihak Sat Intelkam Polrestabes Semarang.
“Sudah ada lima surat resmi yang menolak diskusi itu, sementara dari informasi yang kami dapat, akan ada aksi besar-besaran dari salah satu ormas saat diskusi berlangsung,” imbuhnya.
Sebelumnya, Pemuda Pancasila Kota Semarang sempat mengirimkan surat keberatan pelaksanaan diskusi tersebut ke Polrestabes Semarang. Belakangan, mereka mencabut surat keberatan itu, setelah ada pembicaraan dengan pihak panitia penyelenggara.
Khusus pemanggilan 10 eks tahanan politik pada Minggu (16/2) kemarin, Pemuda Pancasila menolak secara tegas dan akan melawan setiap gerakan-gerakan yang ingin menghidupkan lagi paham komunis dan ideologi PKI.
“Pemuda Pancasila menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk selalu bergandengan tangan, dalam rangka selalu menjaga NKRI,” tegas ketua PP Semarang, Joko Santoso.
Diskusi dilaksanakan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro Semarang mulai pukul 21.00 WIB. Ratusan pengunjung memenuhi tempat itu untuk mengikuti diskusi.
Hadir dalam kesempatan itu, pembicara utama sekaligus penulis buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Harry A Poeze.
Selain Harry, hadir pula dalam diskusi tersebut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Rektor Undip Prof Sudharto dan beberapa tokoh penting lainnya.
Dalam diskusi tersebut, Poeze menerangkan satu demi satu hasil penelitiannya mengenai Tan Malaka. Termasuk penemuan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung Kediri.
"Setelah saya melakukan penelitian, saya dapat yakin jika Tan Malaka dimakamkan di tempat itu," kata Senin (17/2/2014).
Poeze mengatakan, setelah yakin jika itu makam Tan Malaka, maka pihaknya melakukan pembongkaran makam pada September 2009. Dia meyakini, makam tersebut merupakan makam Tan Malaka.
"Kami menemukan jenazah setinggi 165 meter, umur sekitar 46 tahun dan jenazah dikubur dalam posisi tangan diikat di belakang, ciri-ciri itu sangat cocok dengan Tan Malaka," imbuhnya.
Selain soal penemuan makam, Poeze juga membicarakan soal pengaruh politik Tan Malaka semasa hidupnya, bagaimana ia menjadi tahanan dan kisah-kisah lainnya. Hingga kematian Tan Malaka yang diduga ditembak oleh anggota TNI waktu itu.
"Setelah Agresi Belanda, Tan Malaka sangat kritis terhadap TNI. Akibat kekritisannya itu, dia ditembak mati oleh Letnan TNI Soekoco dan jenazahnya dimakamkan di hutan," paparnya.
Poeze juga mengatakan soal keterlibatan Tan Malaka dengan PKI. Dalam kesempata itu, Poeze mengatakan jika Tan Malaka itu dikambinghitamkan oleh PKI.
"Dia itu dijadikan kambing hitam, sebenarnya dia sangat menolak dengan PKI, terbukti saat dia memutuskan hubungannya dengan Moskow yang dulu dia sangat erat hubungannya dengan Moskow. Dia juga memutuskan diri dengan PKI karena kecewa dengan partai itu, dan mendirikan partai sendiri yakni Partai Republik Indonesia," pungkasnya.
Hingga acara berlangsung, ratusan orang yang hadir sangat antusias mengikuti jalannya diskusi. Selain mendengarkan materi, Poeze juga sesekali memperlihatkan video Tan Malaka dan foto-foto Tan Malaka.
Sebelum acara diskusi berlangsung ada banyak penolakan dari berbagai kalangan. Mereka menolak diskusi tersebut karena menilai Tan Malaka adalah tokoh PKI. Untuk mengamankan jalannya diskusi, polisi menurunkan beberapa petugas yang berjaga-jaga di lokasi.
Menanggapi soal penolakan diskusi yang datang dari beberapa ormas, Yunantio Adi Setiawan selaku sekretaris komunitas pegiat sejarah semarang sekaligus moderator mengatakan, penolakan itu dikarenakan mereka tidak mengetahui sejarah yang sebenarnya mengenai siapa Tan Malaka itu.
“Mereka menilai Tan Malaka itu terlibat PKI, padahal sesuai sejarah dia dan pengikutnyalah yang memberantas PKI Muso di Madiun. Untuk itu kami sebenarnya lebih senang jika mereka para ormas yang menentang itu ikut duduk bersama dan berdiskusi,” pungkasnya.
Seperti diketahui, kegiatan diskusi dan bedah buku tersebut mendapat pertentangan dari banyak kalangan di Kota Semarang. Selain warga masyarakat sekitar, beberapa organisasi masyarakat dengan lantang menolak kegiatan diskusi itu.
Kemarin, puluhan orang yang mengaku dari aliansi Masyarakat Peduli Nasib Bangsa (Mapenab) menggeruduk sebuah rumah yang menjadi markas Hysteria Semarang, Jalan Stonen no 29 Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
Mereka menolak dilaksanakannya diskusi dan bedah buku Tan Malaka yang rencananya digelar pada Senin (17/2) malam di tempat itu.
Peserta aksi datang dengan menggunakan mobil angkot kuning sekitar pukul 10.00 WIB. Menggunakan spanduk besar bertuliskan menolak paham Komunisme dan Marxisme, mereka kemudian berbondong-bondong mendatangi tempat itu untuk melakukan orasi bebas.
Dalam orasinya, mereka menuntut agar diskusi bedah buku Tan Malaka digagalkan. Sebab menurut mereka, Tan Malaka adalah orang yang terkait dengan gerakan PKI.
"Kami menuntut agar diskusi Tan Malaka ini digagalkan, karena dia (Tan Malaka) pernah terlibat dengan gerakan PKI semasa hidupnya,” kata Sucipto, ketua LSM Mapenab usai menggelar orasi kepada wartawan, kemarin.
Sucipto menambahkan, meskipun masyarakat menerima Tan Malaka sebagai pahlawan nasional, tapi di akhir-akhir hidupnya dia terlibat dalam kasus PKI. Untuk itu dia menilai, diskusi tentang PKI sama saja menghidupkan kembali komunisme atau marxisme di kalangan bangsa.
"Kami akan terus melawan dan menolak segala macam bentuk komunisme da marxisme. Sebab, hal itu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Jika tetap dilakukan, maka kami akan mengerahkan massa yang lebih besar," imbuhnya.
Sementara itu, Kasat Intelkam Polrestabes Semarang, AKBP Ahmad Sukandar mengatakan, demi keamanan bersama pihaknya meminta kegiatan diskusi dipindahkan. Sebab menurutnya, banyak masyarakat termasuk warga sekitar markas Hysteria menolak kegiatan diskusi itu.
“Masyarakat di sekitar sini juga menolak, untuk itu lebih baik mencari tempat lain saja,” kata dia.
Sukandar juga membenarkan jika banyak ormas yang menentang kegiatan diskusi dan bedah buku Tan Malaka itu. Sampai saat ini, sudah ada sekitar lima surat resmi yang diterima pihak Sat Intelkam Polrestabes Semarang.
“Sudah ada lima surat resmi yang menolak diskusi itu, sementara dari informasi yang kami dapat, akan ada aksi besar-besaran dari salah satu ormas saat diskusi berlangsung,” imbuhnya.
Sebelumnya, Pemuda Pancasila Kota Semarang sempat mengirimkan surat keberatan pelaksanaan diskusi tersebut ke Polrestabes Semarang. Belakangan, mereka mencabut surat keberatan itu, setelah ada pembicaraan dengan pihak panitia penyelenggara.
Khusus pemanggilan 10 eks tahanan politik pada Minggu (16/2) kemarin, Pemuda Pancasila menolak secara tegas dan akan melawan setiap gerakan-gerakan yang ingin menghidupkan lagi paham komunis dan ideologi PKI.
“Pemuda Pancasila menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk selalu bergandengan tangan, dalam rangka selalu menjaga NKRI,” tegas ketua PP Semarang, Joko Santoso.
(lns)