Ini hasil penelitian PVMBG terkait gerakan tanah Cikalong
A
A
A
Sindonews.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) baru saja menyelesaikan penelitian di lokasi pergerakan tanah di Kampung Cikalong, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Kepala Bidang Mitigasi Bencana, Gempa Bumi, dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, mengatakan kemiringan kawasan tersebut berkategori landai dan agak terjal.
"Kemudian penyusunan (material tanah) di situ secara geologis disebut formasi rajamandala yang kandungan bagian atasnya batu gamping, lalu bagian bawahnya (tanah) lempung," kata Gede di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/2/2014).
Tanah bagian atasnya mengalami pelapukan berat. Sedangkan kandungan tanah lempung menjadi lembek ketika musim hujan. Sehingga ketika terjadi hujan besar, kemungkinan longsor di sana sangat tinggi.
"Berdasarkan potensi gerakan tanah yang kami buat, daerah itu masuk kategori menengah sampai tinggi," ungkapnya. Kawasan itu juga bertipe gerakan tanah cepat.
Kondisi itu diperparah dengan tata guna lahan yang kurang tepat. Drainase di sana juga kurang baik. Ada juga beberapa faktor lain yang membuat kawasan sekitar rawan atau berpotensi tinggi terjadinya gerakan tanah.
PVMBG lalu mengeluarkan rekomendasi untuk pemerintah setempat dan BPBD. Warga yang rumahnya sudah rusak direkomendasikn untuk direlokasi. Sedangkan warga yang rumahnya rusak sedang dan ringan direkomendasikan mengungsi ketika terjadi hujan deras di lokasi.
Drainase di sana juga harus kedap air atau dialirkan ke tempat lain. "Kita juga merekomendasikan untuk dilakukan penghijauan kembali di sana dengan menanam pohon-pohon yang berakar kuat," tutur Gede.
Sementara untuk penambangan batu yang ada di lokasi, PVMBG tidak mengeluarkan rekomendasi penutupan. "Tidak ada rekomendasi untuk penambangan karena itu jauh ke pemukiman penduduk," ujarnya.
Dalam bencana pergerakan tanah di sana, PVMBG mencatat ada sekira 20 rumah rusak berat, 11 rusak sedang, 22 rumah rusak ringan, serta 62 rumah terancam.
Kepala Bidang Mitigasi Bencana, Gempa Bumi, dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, mengatakan kemiringan kawasan tersebut berkategori landai dan agak terjal.
"Kemudian penyusunan (material tanah) di situ secara geologis disebut formasi rajamandala yang kandungan bagian atasnya batu gamping, lalu bagian bawahnya (tanah) lempung," kata Gede di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/2/2014).
Tanah bagian atasnya mengalami pelapukan berat. Sedangkan kandungan tanah lempung menjadi lembek ketika musim hujan. Sehingga ketika terjadi hujan besar, kemungkinan longsor di sana sangat tinggi.
"Berdasarkan potensi gerakan tanah yang kami buat, daerah itu masuk kategori menengah sampai tinggi," ungkapnya. Kawasan itu juga bertipe gerakan tanah cepat.
Kondisi itu diperparah dengan tata guna lahan yang kurang tepat. Drainase di sana juga kurang baik. Ada juga beberapa faktor lain yang membuat kawasan sekitar rawan atau berpotensi tinggi terjadinya gerakan tanah.
PVMBG lalu mengeluarkan rekomendasi untuk pemerintah setempat dan BPBD. Warga yang rumahnya sudah rusak direkomendasikn untuk direlokasi. Sedangkan warga yang rumahnya rusak sedang dan ringan direkomendasikan mengungsi ketika terjadi hujan deras di lokasi.
Drainase di sana juga harus kedap air atau dialirkan ke tempat lain. "Kita juga merekomendasikan untuk dilakukan penghijauan kembali di sana dengan menanam pohon-pohon yang berakar kuat," tutur Gede.
Sementara untuk penambangan batu yang ada di lokasi, PVMBG tidak mengeluarkan rekomendasi penutupan. "Tidak ada rekomendasi untuk penambangan karena itu jauh ke pemukiman penduduk," ujarnya.
Dalam bencana pergerakan tanah di sana, PVMBG mencatat ada sekira 20 rumah rusak berat, 11 rusak sedang, 22 rumah rusak ringan, serta 62 rumah terancam.
(lns)