Pengamen kuda lumping tewas di pinggir kali
A
A
A
Sindonews.com - Seorang pria berusia sekira 72 tahun, Mulyono ditemukan tewas, di bantaran Sungai Banjir Kanal Barat (BKB) Kota Semarang. Pria asal Kediri, warga Jalan Puspanjolo Dalam IX/18, RT002/002, Kelurahan Bojong Salaman, Semarang Barat, ini diduga meninggal karena stroke.
Menurut keterangan saksi mata, Fathurrahman (50), Mulyono diketahui tidak bernyawa sekitar pukul 06.00 WIB. Saat itu, dia sedang bersama korban tiduran di pelataran sungai.
"Kami memang biasa tidur di sini (pelataran BKB), sudah sejak dua bulan lalu tinggal di tempat ini," kata dia, kepada wartawan, Selasa (28/1/2014).
Saat kejadian, Mulyono tidur di sampingnya. Namun pagi hari, dia tidak bangun dan tetap tertidur meski sudah pagi. "Saat saya bangunkan, saya terkejut karena tubuhnya sudah dingin. Ternyata dia sudah meninggal," imbuhnya.
Sehari-hari, imbuh Fathurohman, Mulyono bekerja sebagai pengamen kuda lumping di Kota Semarang. Selain itu, dia juga sering bekerja sebagai pemulung. "Dia bekerja sebagai pengamen, setelah ditinggal mati istrinya, dia tinggal di sini," pungkasnya.
Sementara itu, Taun (65), teman mengamen Mulyono mengatakan, korban meninggal diduga karena penyakit stroke yang menyerangnya satu minggu lalu. Akibat penyakit itu, Mulyono tidak bisa berjalan, karena kedua kakinya lemas dan tak dapat digerakkan.
"Minggu lalu dia jatuh ke selokan, kemudian stroke enggak bisa jalan. Setelah itu, dia hanya berdiam di tempat ini setiap hari. Mungkin meninggal karena penyakit itu," terangnya.
Setiap hari, dia mengaku dirinyalah yang merawat Mulyono. Dia selalu memberikan makan dan minum buat temannya itu untuk bertahan hidup. "Kasihan, tidak ada keluarganya yang mengurusi. Padahal setahu saya ada anak tirinya yang tinggal di Semarang," tukasnya.
Setelah melihat temannya itu tidak bernyawa, Taun dan Fathurrohman melapor ke polisi. Tak lama, Tim Inafis Polrestabes Semarang mendatangi lokasi dan melakukan identifikasi. Setelah itu, jenazah Mulyono dibawa ke kamar mayat RSUD Dr Kariadi.
Menurut keterangan saksi mata, Fathurrahman (50), Mulyono diketahui tidak bernyawa sekitar pukul 06.00 WIB. Saat itu, dia sedang bersama korban tiduran di pelataran sungai.
"Kami memang biasa tidur di sini (pelataran BKB), sudah sejak dua bulan lalu tinggal di tempat ini," kata dia, kepada wartawan, Selasa (28/1/2014).
Saat kejadian, Mulyono tidur di sampingnya. Namun pagi hari, dia tidak bangun dan tetap tertidur meski sudah pagi. "Saat saya bangunkan, saya terkejut karena tubuhnya sudah dingin. Ternyata dia sudah meninggal," imbuhnya.
Sehari-hari, imbuh Fathurohman, Mulyono bekerja sebagai pengamen kuda lumping di Kota Semarang. Selain itu, dia juga sering bekerja sebagai pemulung. "Dia bekerja sebagai pengamen, setelah ditinggal mati istrinya, dia tinggal di sini," pungkasnya.
Sementara itu, Taun (65), teman mengamen Mulyono mengatakan, korban meninggal diduga karena penyakit stroke yang menyerangnya satu minggu lalu. Akibat penyakit itu, Mulyono tidak bisa berjalan, karena kedua kakinya lemas dan tak dapat digerakkan.
"Minggu lalu dia jatuh ke selokan, kemudian stroke enggak bisa jalan. Setelah itu, dia hanya berdiam di tempat ini setiap hari. Mungkin meninggal karena penyakit itu," terangnya.
Setiap hari, dia mengaku dirinyalah yang merawat Mulyono. Dia selalu memberikan makan dan minum buat temannya itu untuk bertahan hidup. "Kasihan, tidak ada keluarganya yang mengurusi. Padahal setahu saya ada anak tirinya yang tinggal di Semarang," tukasnya.
Setelah melihat temannya itu tidak bernyawa, Taun dan Fathurrohman melapor ke polisi. Tak lama, Tim Inafis Polrestabes Semarang mendatangi lokasi dan melakukan identifikasi. Setelah itu, jenazah Mulyono dibawa ke kamar mayat RSUD Dr Kariadi.
(san)