Warga diminta waspada elpiji oplosan

Jum'at, 03 Januari 2014 - 13:03 WIB
Warga diminta waspada elpiji oplosan
Warga diminta waspada elpiji oplosan
A A A
Sindonews.com - Kenaikan harga elpiji non subsidi 12 Kilogram dikhawatirkan akan memicu terjadinya praktik pengoplosan elpiji 3 Kg di sejumlah wilayah di Pantura Timur, Jawa Tengah.

Hal ini seiring adanya selisih harga yang cukup besar antara harga elpiji 12 Kg dengan 3 Kg yang tergolong elpiji bersubsidi. Modusnya, isi elpiji 3 Kg diambil dan disuntikkan ke dalam tabung elpiji 12 Kg.

PT Pertamina (Persero) telah memutuskan menaikkan harga elpiji non subsidi kemasan 12 Kg per 1 Januari 2014. Elpiji 12 Kg yang semula harganya di tangan konsumen berkisar antara Rp80-82 ribu pertabung, kini melonjak drastis menjadi Rp129-130 ribu.

Koordinator Hiswana Migas Kudus, Jawa Tengah, David Budi Agung mengatakan, kekhawatiran adanya praktik pengoplosan ini sangat beralasan. Sebab keuntungan yang diperoleh dari praktik pengoplosan itu sangat besar.

Di pasaran, harga elpiji 3 Kg yang berwarna hijau berkisar antara Rp15–16 ribu. Jika dikalikan empat tabung elpiji 3 Kg sehingga menjadi 12 Kg, maka pelaku cukup merogoh kocek sekitar Rp64 ribu.

Tapi jika isi empat tabung elpiji 3 Kg itu disuntikkan ke tabung elpiji 12 Kg yang berwarna biru, dan lantas dijual lagi, maka keuntungan yang diperoleh sekitar Rp64–65 ribu per tabungnya. Keuntungan akan bertambah besar jika tabung elpiji 12 Kg yang disuntikkan dari empat tabung elpiji 3 Kg semakin banyak.

“Ini memang patut diwaspadai. Tapi semoga saja tidak terjadi seperti itu. Semua orang harus berfikir berulangkali jika mau melakukan ini, karena risikonya sangat besar,” kata David, di Kudus, Jumat (3/1/2014).

Selain praktik pengoplosan, menurut David yang juga harus diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya migrasi pengguna elpiji 12 Kg. Sebab bisa saja karena merasa harga pertabungnya terlalu mahal, maka pengguna elpiji 12 Kg beralih ke 3 Kg.

Sejauh ini, David belum melihat adanya gejala migrasi tersebut secara massal. Sebab hingga kini tingkat permintaan elpiji 12 Kg di Kudus masih tinggi.

“Deliveriy Order (DO) dari agen-agen juga lancar dan selalu habis. Harapan kita semua berjalan normal sebab jika tidak nanti stok elpiji 3 Kg bersubsidi yang cepat menipis,” paparnya.

Kekhawatiran serupa juga diungkapkan Supervisor agen elpiji 3 Kg Coes Putronegoro Jepara, Nano. Menurut Nano, praktik pengoplosan ini pernah terjadi beberapa waktu lalu di wilayah Mayong, Jepara.

Momentumnya juga sama karena saat itu harga elpiji 12 kg yang semula sekitar Rp57 ribu – Rp60 ribu melonjak menjadi Rp80 ribu pertabung. Akibat praktik oplosan tersebut, stok elpiji 3 Kg di lapangan cepat habis, karena ditimbun oleh para pelaku untuk menjalankan praktik terlarang itu.

“Kali ini juga sama. Ada disparitas harga yang terlalu besar antara harga elpiji 3 Kg dengan 12 Kg,” tandasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8342 seconds (0.1#10.140)