Pelaku gendam kembali beraksi
A
A
A
Sindonews.com - Aksi kejahatan gendam masih saja terjadi di Kota Semarang. Kemarin, dua mahasiswi digendam orang tak dikenal sehingga rugi jutaan rupiah.
Dua mahasiswi tersebut bernama Ratri Ridha Sasanti (21), warga Jalan Melon nomor 7 RT 01 RW 01, Kelurahan Metroyudan, Kecamatan Metroyudan, Kabupaten Magelang dan Ratih Kumala Dewi (20), warga Dukuh Megulung RT 01 RW 03, Pati.
Keduanya terpaksa merelakan uang Rp3.000.000 kepada dua laki-laki yang tidak dikenalnya saat jalan-jalan di Mall Ciputra.
“Kejadiannya Jumat 27 Desember 2013. Waktu itu saya ingin belanja sama Dewi di Mall Ciputra. Saat sedang mencari toko, saya ketemu dua orang laki-laki yang mengajak kenalan,” kata Ratri kepada wartawan saat melaporkan kejadian itu kepada petugas kepolisian, Minggu (29/12/2013).
Ratri menambahkan, setelah itu ia tidak menyadari menjadi korban kejahatan. Tanpa sadar, mereka berdua terus melayani percakapan dari dua laki-laki itu dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.
“Tidak tahu kenapa, saya terus menjawab setiap pertanyaan mereka. Lalu apa yang mereka perintahkan saya turuti,” imbuhnya.
Setelah itu, Ratri mengaku tidak mengetahui apa-apa lagi. Beberapa saat kemudian, saat ia sadar dua lelaki itu sudah tidak ada di hadapannya.
Kekagetannya memuncak saat hendak mengambil uang di ATM untuk berbelanja. Berkali-kali ia mencari, ATM nya tidak ketemu. Setelah penasaran, ia kemudian pulang dan mengecek buku tabungan.
“Setelah saya cek di bank, ternyata ada transaksi penarikan uang pada jam dan waktu saya di mal. Sisa uang saya hanya batas minimal saja. Sebelumnya ada uang sekitar tiga juta lebih di ATM itu,” pungkasnya sambil menyesal.
Sementara itu, kriminolog asal Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Rahmat Bowo Suharto mengatakan, tindak kriminalitas dengan modus gendam ini memang kerap terjadi. Ironisnya, banyak pengungkapan serta pencegahan kasus tersebut sulit sekali dilakukan oleh petugas.
“Modus satu ini memang sangat sulit diungkap, karena pelaku menggunakan sejenis ilmu untuk mempengaruhi kesadaran korban. Korban juga sangat sulit membuktikan kejahatan pelaku karena saat terjadi mereka berada di alam bawah sadar,” kata dia.
Meski begitu, pemerintah harus segera mengambil tindakan untuk menuntaskan kasus tersebut. Berbagai cara harus dilakukan termasuk melakukan pendataan terhadap orang-orang yang diduga kuat memiliki kemampuan hipnotis itu.
“Memang sulit sekali, tapi upaya harus terus dilakukan. Misalnya dengan mendata orang-orang yang memiliki kemampuan hipnotis, juga memberikan syarat dan ketentuan bagi mereka agar tidak menyebarkan kemampuan itu ke sembarang orang,” imbuhnya.
Lebih lanjut Rahmat mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus waspada dan hati-hati menanggapi modus kejahatan ini. Hal itu dapat dilakukan dengan tidak mudah percaya kepada orang-orang yang tidak dikenal.
“Meskipun orang itu baik, kita harus tetap waspada. Selain itu, sebisa mungkin hindari penggunaan barang yang berlebihan saat bepergian, agar tidak menjadi incaran pelaku kejahatan model ini,” pungkasnya.
Dua mahasiswi tersebut bernama Ratri Ridha Sasanti (21), warga Jalan Melon nomor 7 RT 01 RW 01, Kelurahan Metroyudan, Kecamatan Metroyudan, Kabupaten Magelang dan Ratih Kumala Dewi (20), warga Dukuh Megulung RT 01 RW 03, Pati.
Keduanya terpaksa merelakan uang Rp3.000.000 kepada dua laki-laki yang tidak dikenalnya saat jalan-jalan di Mall Ciputra.
“Kejadiannya Jumat 27 Desember 2013. Waktu itu saya ingin belanja sama Dewi di Mall Ciputra. Saat sedang mencari toko, saya ketemu dua orang laki-laki yang mengajak kenalan,” kata Ratri kepada wartawan saat melaporkan kejadian itu kepada petugas kepolisian, Minggu (29/12/2013).
Ratri menambahkan, setelah itu ia tidak menyadari menjadi korban kejahatan. Tanpa sadar, mereka berdua terus melayani percakapan dari dua laki-laki itu dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.
“Tidak tahu kenapa, saya terus menjawab setiap pertanyaan mereka. Lalu apa yang mereka perintahkan saya turuti,” imbuhnya.
Setelah itu, Ratri mengaku tidak mengetahui apa-apa lagi. Beberapa saat kemudian, saat ia sadar dua lelaki itu sudah tidak ada di hadapannya.
Kekagetannya memuncak saat hendak mengambil uang di ATM untuk berbelanja. Berkali-kali ia mencari, ATM nya tidak ketemu. Setelah penasaran, ia kemudian pulang dan mengecek buku tabungan.
“Setelah saya cek di bank, ternyata ada transaksi penarikan uang pada jam dan waktu saya di mal. Sisa uang saya hanya batas minimal saja. Sebelumnya ada uang sekitar tiga juta lebih di ATM itu,” pungkasnya sambil menyesal.
Sementara itu, kriminolog asal Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Rahmat Bowo Suharto mengatakan, tindak kriminalitas dengan modus gendam ini memang kerap terjadi. Ironisnya, banyak pengungkapan serta pencegahan kasus tersebut sulit sekali dilakukan oleh petugas.
“Modus satu ini memang sangat sulit diungkap, karena pelaku menggunakan sejenis ilmu untuk mempengaruhi kesadaran korban. Korban juga sangat sulit membuktikan kejahatan pelaku karena saat terjadi mereka berada di alam bawah sadar,” kata dia.
Meski begitu, pemerintah harus segera mengambil tindakan untuk menuntaskan kasus tersebut. Berbagai cara harus dilakukan termasuk melakukan pendataan terhadap orang-orang yang diduga kuat memiliki kemampuan hipnotis itu.
“Memang sulit sekali, tapi upaya harus terus dilakukan. Misalnya dengan mendata orang-orang yang memiliki kemampuan hipnotis, juga memberikan syarat dan ketentuan bagi mereka agar tidak menyebarkan kemampuan itu ke sembarang orang,” imbuhnya.
Lebih lanjut Rahmat mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus waspada dan hati-hati menanggapi modus kejahatan ini. Hal itu dapat dilakukan dengan tidak mudah percaya kepada orang-orang yang tidak dikenal.
“Meskipun orang itu baik, kita harus tetap waspada. Selain itu, sebisa mungkin hindari penggunaan barang yang berlebihan saat bepergian, agar tidak menjadi incaran pelaku kejahatan model ini,” pungkasnya.
(lns)